Safari Lebaran dari AHY kemarin sudah berbicara segalanya, dalam arti pernyataan Andi Arief hanya sebagai pemicu dari berbagai timbunan kekesalan dari BPN terhadap Demokrat dan AHY.
Mengapa demikian? Seperti sebelum-sebelumnya, BPN meski memaafkan AHY karena bertemu Jokowi di Istana dan hadir di pertemuan pemimpin muda Indonesia di Bogor tetap menunjukan kekecewaannya terhadap sikap AHY.
Bagaimana mungkin Ketua Kogasma Demokrat tersebut bertemu dengan Jokowi dan pemimpin muda Indonesia seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil dll, padahal masih berpayung di koalisi 02. Begitu kira-kira.
Silahturahmi kemarin saat lebaran, meski dikatakan tidak berbicara politik, tetapi secara non verbal menyatakan sebalinya. Bersilahturahmi dengan Jokowi memang sedikit dapat diterima, tetapi mengapa harus bertemu dengan Megawati di kediamannya. Meskipun dianggap sebagai silahturahim, tetapi wajah politik hal itu dapat dilihat berbeda.
Pertemuan dalam bingkai hari raya tersebut, sarat dengan komunikasi berisi pesan atau sinyal yang sangat kuat bahwa AHY memang telah bersiap berpindah kendaraan berpolitik dalam hal ini koalisi, jika pada akhirnya di akhir Juni nanti MK mengatakan bahwa  gugatan dari BPN tidak dapat diterima.
BPN tidak bisa berbuat apa-apa, dan terkesan pasrah sehingga memberi "restu" Â agar AHY jika mau bergabung dengan Jokowi, maka dapat segera mewujudkannya.
Apa yang terjadi di koalisi BPN hendak memberikan perspektif yang amat jelas bahwa politik itu amat cair, tidak ada  kawan dan lawan yang abadi, yang ada adalah kepentingan.