Bukan dengan Dita saja Jumhur harus diam seribu bahasa. Ketika berdialog soal data kecurangan, Jumhur harus rela tak bisa berkata banyak ketika harus beradu data dengan wakil direktur saksi TKN Jokowi-Ma'ruf, I Gusti Putu Artha.
Putu Artha beberapa kali meng-counter Jumhur soal masalah Daftar Pemilih Tetap (DPT) hingga soal meninggalnya petugas KPPS. Komentar-komentar Putu Artha yang logis membuat Jumhur tak bisa berkata banyak.
Memang akan sulit bagi Jumhur jika masuk dalam ranah dialog-dialog berbasiskan data, Jumhur akan kewalahan. Akan tetapi skeali lagi soal aksi dilapangan, Jumhur adalah kordinator, pimpinan tertinggi.
Dita Indah Sari berulang kali mengatakan, bahwa di dalam beberap aksi yang mengerahkan masa, ekses pasti terjadi, dan yang harus bertanggungjawab adalah kordinator lapangan karena tidak dapat mengendalikan massa.
Jumhur dalam aksi 22 Mei kemarin memimpin aksi lewat mobil komando. Nama Jumhur bahkan sempat disebut-sebut oleh Kapolres Jakarta Pusat Komisaris Besar Harry Kurniawan melalui pengeras suara.
Harry meminta tolong kepada pimpinan aksi yakni Bernard dan koordinator lapangan Jumhur Hidayat untuk menenangkan massa yang saat itu sudah mulai memanas dan melemparkan batu ke arah polisi. "Tolong Pak Bernard, Pak Jumhur kami juga rakyat, wartawan sampai ada yang kena batu ini, kasian mereka," ujar Harry.
Kita tunggu aksi Jumhur berikutnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H