Istilah "melempar batu sembunyi tangan" kerap digunakan untuk menggambarkan orang yang melakukan sesuatu namun ketika tindakan tersebut merugikan orang lain, maka sang pelempar batu ini tidak mau bertanggungjawab.
Saling balik menuduh, menuding, nampaknya akan semakin sengit ke depan. Menjelang 22 Mei terlihat semakin kencang. Rasanya para aktor ini mulai menyiapkan kuda-kuda terlebih dahulu agar terlihat tidak bersalah, atau meminamilisir kesalahan.
Apakah ini salah? Dalam kerangka perjuangan BPN Prabowo, hal ini terlihat sangat kontraproduktif. Mendekati 22 Mei, yang awalnya direncanakan penyatuan kekuatan untuk menggaungkan kecurangan yang terjadi di Pemilu menjadi bias terlalu lebar  karena hal ini.
Saling berkelahi, menyindir di dalam internal ini, semakin membuka jurang pemisah antara para pendukung sendiri. Masing-masing bergerak ingin menyelamatkan diri sendir. Kapan mereka berhenti? Tidak ada yang tahu pasti.
Kata beberapa orang bijak, ambisi akan kekuasaan terkadang mengorbankan rasionalitas, namun ketika tamparan keras dialami, hal itu mungkin tidak akan membuat langsung terdiam, namun mereka akan kembali rasional, berani menghadapi kehidupan selanjutnya dengan lebih baik. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H