Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Benarkah Suara Demokrat Menurun karena Mendukung Prabowo?

13 Mei 2019   06:38 Diperbarui: 13 Mei 2019   06:49 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Demokrat I Gambar : Tribun

"Kami 7 bulan ini sudah membuktikan serius kok memenangkan Prabowo. Bahkan karena dukung Prabowo ini suara partai kami turun. Caleg seperti saya ini tidak dipilih karena politik identitas," ujar Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitandaon kepada wartawan, Sabtu (11/5/2019).

Di tengah polemik internal di koalisi Adil Makmur soal 62 persen, "setan gundul"  yang belum jelas kapan terselesaikan, elit partai Demokrat kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial.

Seperti lebih cepat melakukan evaluasi, Ketua DPP Partai Demokrat Jansen Sitandaon mengatakan bahwa suara Demokrat menurun disebabkan mendukung Prabowo dalam Pemilu 2019.  Jansen juga menambahkan bahwa politik identitas sebagai alasan penurunan dan membuat dirinya tidak diplih.

Dari segi konteks, bisa dinilai bahwa pernyataan ini bernada emosional. Jansen dalam konteks sedang merespon perkataan Waketum Gerindra Arief Poyuono yang mengatakan bahwa Demokrat sebenarnya tidak berbuat apa-apa membantu pemenangan Prabowo di kontestasi pilpres 2019.

Di lain sisi harus diakui, bahwa pernyataan Jansen soal politik identitas juga sempat disuarakan secara tersirat oleh Ketua Umum Demokrat SBY saat mengkritik suasana kampanye akbar Prabowo di Gelora Bung Karno.

Dalam surat SBY kepada para petinggi partai Demokrat, SBY mengatakan bahwa kampanye akbar itu tidak lazim dan tidak inklusif. Sebuah hal yang bertentangan dengan filosofi Demokrat selama ini sebagai sebuah partai yang nasionalis dan menjunjung semangat kebangsaan.

Baiklah, mari kita kembali ke pertanyaan awal. Benarkah suara partai Demokrat menurun karena mendukung Prabowo?

Jika kita bandingkan dengan data tiga pemilu terakhir, maka benar suara Demokrat memang mengalami penurunan.

Demokrat mengalami masa kejayaan Saat Pemilu 2009, saat itu perolehan suara Demokrat menembus 20% suara, dengan 21, 6 juta suara yang didapat sekaligus SBY memenangkan pertarungan pilpres saat itu.

Di pemilu 2014, suara Demokrat menurun tajam. Demokrat meraih 10,19% atau hanya 12.728.913 suara (peringkat 4 nasional). Saat itu memang berbagai isu sedang menerpa demokrat, terutama soal isu korupsi para kadernya.

Di pemilu 2019 ini, mengacu pada data sementara Situng KPU dan data hasil quick count, suara Demokrat diperkirakan tidak akan jauh dari angka 8 persen.

Beberapa pengamat sempat mengeluarkan pendapat mereka tentang penurunan suara Demokrat ini. Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari, mengatakan turunnya perolehan suara Partai Demokrat di Pemilihan Imum 2019 disebabkan karena popularitas Susilo Bambang Yudhoyono yang berkurang.  Padahal, kata dia, SBY bisa dibilang sebagai faktor tunggal terhadap perolehan suara Demokrat.

"Melihat sejarah Partai Demokrat, Demokrat ini kan partai SBY. Didirikan dan besar karena faktor SBY," kata Qodari.

Qodari mencoba membandingkan ini dengan hasil 2014, dan menganggap ada pola yang sama. Menurut Qodari, penurunan di 2014 selain karena badai korupsi juga disebabkan SBY yang tidak dapat lagi mencalonkan menjadi Presiden sehingga popularitas Demokrat menjadi menurun. 

Artinya,  ada hubungan yang erat antara pencalonan kader dari partai di Pilpres dengan hasil perolehan suara secara keseluruhan bagi partai.

Hal serupa sebelumnya juga pernah  dikatakan oleh pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno. Adi  menilai salah satu faktor anjloknya suara Demokrat adalah karena partai tersebut tidak memiliki capres-cawapres sendiri.

"Tidak ada tokoh segaris dengan SBY, dan tidak ada figur-figur yang semantap SBY yang bisa meng-cover dan meningkatkan performa Demokrat seperti di 2009 lalu, Jadi wajar kalau suaranya tidak signifikan," ujar Adi.

Selain itu, Adi juga mengatakan bahwa Demokrat juga seperti setengah hati mendukung Prabowo-Sandi. Demokrat seperti berusaha megnambil jalan tengah. Hal ini mungkin dimaksudkan Adi membuat Demokrat terlihat tidak memiliki sikap politik jelas di depan konstituennya. 

Berbeda dengan kolega mereka di koalisi Prabowo, PKS yang mengalami kenaikan perolehan suara, karena memiliki garis politik yang tegas di dalam koalisi pemenangan Prabowo-Sandi.

Sepertinya benar apa yang dikatakan soal ini, karena PKS sendiri, kemarin melalui Ketua DPP Mardani Ali Sera mengatakan bahwa PKS mendapatkan suara yang lebih baik karena mendukung Prabowo. Bagi PKS, kampanye Pilpres berefek positif kepada kampanye Pileg.

Lalu apa yang harus dilakukan Demokrat? Meski harus menunggu sampai akhir Pemilu untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh, namun dapat dilihat bahwa Demokrat harus sudah siap untuk mengambil langkah berbeda demi kepentingan 2024. 

Jika asumsi Jansen terbukti benar demikian adanya, salah satu strategi yang dapat dilakukan Demokrat adalah menyiapkan langkah politik untuk berpindah kongsi.

Perpindahan kongsi, apalagi jika benar Prabowo nantinya akan kalah, dipandang akan sangat menguntungkan bagi Demokrat jika bicara tentang kepentingan 2024. 

Mengapa demikian? Kebutuhan untuk mengangkat figur seorang AHY untuk menggantikan SBY, bisa dimulai ketika AHY dapat terlibat di pemerintahan mendatang, hal yang dapat terjadi jika bergabung dengan koalisi pemenang pemilu.

Sesuatu hal yang sudah diprediksi dan sering disorot oleh banyak pengamat sebelumnya ketika  menilai pertemuan politik antara AHY dan Jokowi di Istana yang lalu.

Alasan lainnya adalah tetap bergabung dengan Gerindra yang sepertinya akan tetap padu dengan PKS tidak dapat membuat Demokrat terlihat jelas sikap atau garis politiknya. Selain tentunya akan ditutupi perannya karena dominasi kedua partai tersebut di koalisi, "ketakutan" Demokrat bahwa politik identitas akan tetap digunakan sebagai strategi di pemilu mendatang amat mungkin dapat terjadi.

Akan Berbeda, jika akhirnya Demokrat memilih untuk bergabung dengan PDIP, Golkar, atau PKB. Meskipun kita tahu bahwa bergabung dengan koalisi Jokowi, bukan hal yang mudah dilakukan sesudah pemilu nanti, karena diskusi tentang pembagian kekuasaan dipastikan akan alot sebelum Demokrat resmi bergabung, apalagi jika bergabung.

Kita perlu menunggu bagaimana Demokrat mempersiapkan langkah politik selanjutnya untuk menyikapi hal ini.

Sumber :

1.Detik.com, Elite PD: Dukung Prabowo Buat Suara Partai Turun karena Politik Identitas

2. Detik.com, Demokrat Merasa Suara Turun karena Dukung Prabowo, PKS Berkata Lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun