Di pemilu 2019 ini, mengacu pada data sementara Situng KPU dan data hasil quick count, suara Demokrat diperkirakan tidak akan jauh dari angka 8 persen.
Beberapa pengamat sempat mengeluarkan pendapat mereka tentang penurunan suara Demokrat ini. Direktur Eksekutif Indo Barometer, M. Qodari, mengatakan turunnya perolehan suara Partai Demokrat di Pemilihan Imum 2019 disebabkan karena popularitas Susilo Bambang Yudhoyono yang berkurang. Â Padahal, kata dia, SBY bisa dibilang sebagai faktor tunggal terhadap perolehan suara Demokrat.
"Melihat sejarah Partai Demokrat, Demokrat ini kan partai SBY. Didirikan dan besar karena faktor SBY," kata Qodari.
Qodari mencoba membandingkan ini dengan hasil 2014, dan menganggap ada pola yang sama. Menurut Qodari, penurunan di 2014 selain karena badai korupsi juga disebabkan SBY yang tidak dapat lagi mencalonkan menjadi Presiden sehingga popularitas Demokrat menjadi menurun.Â
Artinya, Â ada hubungan yang erat antara pencalonan kader dari partai di Pilpres dengan hasil perolehan suara secara keseluruhan bagi partai.
Hal serupa sebelumnya juga pernah  dikatakan oleh pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Adi Prayitno. Adi  menilai salah satu faktor anjloknya suara Demokrat adalah karena partai tersebut tidak memiliki capres-cawapres sendiri.
"Tidak ada tokoh segaris dengan SBY, dan tidak ada figur-figur yang semantap SBY yang bisa meng-cover dan meningkatkan performa Demokrat seperti di 2009 lalu, Jadi wajar kalau suaranya tidak signifikan," ujar Adi.
Selain itu, Adi juga mengatakan bahwa Demokrat juga seperti setengah hati mendukung Prabowo-Sandi. Demokrat seperti berusaha megnambil jalan tengah. Hal ini mungkin dimaksudkan Adi membuat Demokrat terlihat tidak memiliki sikap politik jelas di depan konstituennya.Â
Berbeda dengan kolega mereka di koalisi Prabowo, PKS yang mengalami kenaikan perolehan suara, karena memiliki garis politik yang tegas di dalam koalisi pemenangan Prabowo-Sandi.
Sepertinya benar apa yang dikatakan soal ini, karena PKS sendiri, kemarin melalui Ketua DPP Mardani Ali Sera mengatakan bahwa PKS mendapatkan suara yang lebih baik karena mendukung Prabowo. Bagi PKS, kampanye Pilpres berefek positif kepada kampanye Pileg.
Lalu apa yang harus dilakukan Demokrat? Meski harus menunggu sampai akhir Pemilu untuk melakukan evaluasi secara menyeluruh, namun dapat dilihat bahwa Demokrat harus sudah siap untuk mengambil langkah berbeda demi kepentingan 2024.Â