Senin Kemarin, Prabowo Subianto mengundang sejumlah media asing ke kediamannya di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan. Tema pertemuan tersebut adalah 'Pemilu 2019: Bukti Kecurangan dan Apa Artinya bagi Demokrasi Indonesia'.
Hadir dalam pertemuan tersebut, hampir semua tokoh penting BPN Prabowo-Sandi. Selain Sandiaga Uno yang mendampingi, hadir juga Ketua Pemenangan BPN, Djoko Santoso, Rizal Ramli dan Amien Rais.
Sedangkan pihak media internasional yang diundang antara lain Reuters, Asahi Shimbun, Bloomberg, AFP, Al Jazeera, NHK, Nikkei, AP, SMH, VOA, dan Anadolu.
Dari komunikasinya dengan kepada media asing, pesan utama dari Prabowo adalah meminta agar dugaan kecurangan Pemilu di Indonesia disampaikan ke seluruh dunia.
"Pada intinya, kami mencoba menjelaskan kepada warga dunia dan Indonesia, tentunya, bahwa kami mengalami pemilu dengan aksi kecurangan yang terbuka dan terbukti melenceng dari norma demokrasi," ucap Prabowo dalam siaran pers BPN, Senin (6/5/2019).
The Strait Times adalah salah satu media yang sudah memberitakannya kemarin dengan judul 'Indonesian presidential hopeful Prabowo Subianto calls for data irregularities to be corrected'.
"Yang kami minta adalah koreksi semua kesalahan. Kami ingin audit IT. Sesederhana itu. Semua salah entri ini harus diperbaiki. Hanya itu yang kami minta," kata Prabowo seperti dilansir The Strait Times.
TKN Jokowi berespon terhadap pertemuan Prabowo dengan media. TKN menilai undangan media asing bertemu Prabowo untuk mengulang skenario Venezuela, sebuah tindakan yang dapat dianggap sebagai sesuatu yang "berbahaya".
Ada dua hal yang dapat kita mengerti soal skenario Venezuela dan apa yang dilakukan oleh Prabowo. Pertama, ada upaya untuk mengundang keterlibatan media asing atau luar negeri untuk mencampuri masalah dalam negeri Indonesia.
Kedua, secara tidak langsung ini juga merupakan sebuah upaya untuk mengumpulkan atau memobilisasi massa untuk menentang Presiden terpilih.