Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis Artikel Utama

PAN Seksi, Demokrat Logis

2 Mei 2019   19:56 Diperbarui: 3 Mei 2019   07:57 1345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Harus diakui PAN memang memiliki keunggulan seperti itu tapi Demokrat jika harus dinilai, adalah pilihan yang amat logis bagi Jokowi jika harus memilih di antara dua pilihan.

Mengapa? Paling tidak ada dua alasan berdasarkan level hubungan Demokrat dan Jokowi yang terjadi selama ini.

Pertama, dari sisi level sosial, Jokowi dan SBY sangat menunjukan kedekatan personal. Contohnya adalah ketika Jokowi memberikan waktunya untuk mau berkunjung saat Ibu Ani sedang dirawat di Singapura. Pendekatan emosional dan sosial yang sering terbukti ampuh.

Kedekatannya dengan AHY juga menunjukan hal tersebut. Pertemuan kedua orang ini lebih sering tergambar seperti "Om dan keponakan" dibandingkan lawan politik, hangat. AHY juga sore tadi mengatakan bahwa dia juga telah menyampaikan salam hangat dari SBY dan Ibu Ani untuk Jokowi.

Bandingkan dengan PAN, Jokowi jarang menunjukan dan hal itu memang tak terjadi. Lihat saja, relasinya dengan senior pengarah PAN seperti Amien Rais dapat dikatakan buruk, amat buruk. Padahal sekali lagi relasi antar dua pucuk pimpinan mempengaruhi gejolak politik yang lebih besar.

Kedua, dari sisi level politik, model kebangsaan yang sering ditawarkan oleh SBY atau Demokrat lebih dekat dengan harapan Jokowi. Kata-kata "melihat Indonesia yagn lebih baik", "mewujudkan Indonesia yang lebih baik ke depan" yang diucapkan oleh AHY tentu adalah sesuatu yang juga sering diucapkan oleh Jokowi.

Lihat saja ketika pertarungan politik antara dua kubu memaksa satu kubu dengan militan menggunakan politik identitas, SBY lebih memilih berada di tengah untuk memegang prinsip kebangsaan dan Bhinekka Tunggal Ika. Sesuatu di dalma kelemahannya sebagai Presiden dahulu, menjadi ciri khasnya.

PAN jelas tidak seperti Demokrat. Meksipun beberapa kali mengatakan sebagai partai Pancasilais tetapi dari pernyataan-pernyataan Amien Rais yang kontraprodukti, hal itu patut dipertanyakan oleh publik.

Berdasarkan alasan-alasan ini, sekali lagi saya harus mengatakan bahwa Demokrat amat logis untuk bergabung dengan Koalisi Jokowi. Kapan waktunya kita perlu menunggu, minimal seperti yang dikatakan oleh AHY, yaitu sesudah 22 Mei sesudah KPU mengumumkan secara resmi pemenang Pilpres nantinya.

Berulangkali, Jokowi mengatakan bahwa akan dengan terbuka menerima bergabungnya partai politik lain dari pihak sebelah. Jika Demokrat yang bergabung, Jokowi bukan senang lagi, mungkin amat sangat bergembira. Kita lihat saja nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun