Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pilihan Tepat Jokowi Mengutus Luhut Pandjaitan untuk Bertemu Prabowo

20 April 2019   22:33 Diperbarui: 20 April 2019   22:52 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luhut, Jokowi dan Prabowo I Gambar ; Antara

Sudah ada jawaban untuk pertanyaan siapa sosok yang akan diutus oleh Jokowi untuk bertemu Prabowo. Melalui  Hashim Djojohadikusumo,  adik sekaligus Direktur Media dan Komunikasi BPN, utusan Jokowi adalah Luhut Binsar Pandjaitan.

"Pak Luhut Pandjaitan akan ketemu Pak Prabowo," kata Hashim di Media Center Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Sabtu (20/4/2019).

Menghadapi polemik saling mengklaim kemenangan yang menghasilkan kebekuan komunikasi politik di antara dua kubu, memilih sosok yang tepat sebagai seorang utusan amatlah penting dan bukanlah sesuatu yang mudah.

Jika kita pernah menyaksikan film epik berjudul Braveheart yang dibintangi Mel Gibson tentang perlawanan rakyat Skotlandia terhadap jajahan Inggris, maka kita bisa melihat peran vital dari para utusan, terutama sebelum perang terjadi.

Saya ingat bagaimana cara William Wallace (Mel Gibson), pahlawan Skotland  berkomunikasi sebagai utusan Skotlandia dengan perwira atau utusan Inggris sebelum perang atau saat gencatan senjata. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari.

Pertama, seorang utusan bukan hanya seorang komunikator tetapi juga seorang mediator yang handal. Utusan bukan saja mampu membahasakan dengan baik keinginan dari pengutusnya, namun juga mampu memediasi bagaimana keinginan dari lawan bicaranya.

Kedua, meski seorang mediator, namun seorang utusan harus memiliki keteguhan hati yang teguh. Tidak mudah dipengaruhi oleh lawan bicaranya. Ketika William Wallace bersama beberapa utusan dari bangsawan Skotlandia diutus dengan pihak Inggris, mereka sempat ditawarkan untuk menerima lahan dan uang jikalau mampu membujuk orang Skotlandia untu lekas mundur. Wallace menolaknya mentah-mentah.

Ketiga, seorang utusan bukan bermodalkan keteguhan hati saja, tetapi mampu melihat cara berpikir lawan bicaranya, atau strategi perang musuhnya. William Wallace mengetahui cara berpikir Raja Inggris yang kejam saat itu, termasuk strategi perangnya, sehingga mampu mengantisipasi sebelum hal buruk terjadi. Di akhir cerita, Wallace terbunuh, namun bukan di medan perang, tetapi karena pengkhianatan.

Menilik beberapa hal di atas, maka dapat dikatakan bahwa keputusan Jokowi untuk mejadikan Luhut Pandjaitan sebagai utusan untuk bertemu dengan Prabowo adalah strategi yang cerdik dan tepat. Ada beberapa fakta untuk mendukung itu.

Pertama, Jokowi tahu persis bahwa di Tim Kampanye Nasional (TKN) tidak ada orang selain Luhut yang sangat dekat dengan Prabowo. Kedua orang ini bahkan disebut sebagai abang dan adik meski berada di pihak berseberangan di Pilpres 2019.

Kedekatan mereka memang dibentuk saat mereka masih menjadi prajurit. Keduanya memiliki persamaan yaitu sama-masa memulai karier di Korps Baret Merah alias Kopassus sebagai Komandan Peleton Para Komando. Saat itu Kopassus masih bernama Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Keduanya juga sama-sama pernah dikirim bertugas ke Timor-Timur.

Kedekatan mereka semakin dekat saat Menteri Pertahanan Keamanan (Menhankam) merangkap Panglima ABRI yang dijabat M Jusuf  mengutus mereka untuk belajar di Polisi Elit Jerman Barat, Grenzschutzgrupppe 9 (GSG-9) soal operasi khusus kontra terorisme pada 1981.

Sesudah pulang, keduanya menjadi pendiri dan pemimpin Detasemen 81/Anti Teror, Luhut menjadi komandan, dan Prabowo menjadi wakilnya.

Karena sudah saling mengenal sejak lama, pada Februari 2019 lalu dalam sebuah acara dan ditanya tentang kedekatannya dengan Prabowo, Luhut menjawab enteng.

"Dua-dua pasangan ini saya kenal baik, tapi saya jujur, lebih kenal sebelah sana (Prabowo) daripada Pak Jokowi," ucap Luhut sambil tertawa.

Kedua, kedekatan dengan Prabowo, membuat Luhut sangat mengerti cara berpikir Prabowo. Meskipun kerap berseberangan dalam hal berpolitik, Luhut seringkali mengungkapkan hal baik tentang Prabowo.

Dikutip dari Tirto.Id, Luhut sendiri tidak pernah menyanggah hubungan pribadi antara dirinya dengan Prabowo, yang tidak jarang diselingi perbedaan pendapat.

Melalui laman resminya di Facebook, Luhut pernah menulis: "Saya kenal Pak Prabowo sejak dari pangkat Letnan. Sudah lebih dari 30 tahun kami berteman, walaupun kadang kami berbeda pendapat. Tapi kalau kami sudah bicara tentang NKRI, kami jadi sepakat, kami jadi satu dan kokoh. Kami tidak mau ditawar soal itu."

Kesamaan cara berpikir dalam hal-hal prinsipil yang membuat Luhut yang lebih tua empat tahun dari Prabowo lebih mudah menjalin komunikasi kembali dengan Prabowo meski baru berbeda pendapat.

Meski publik belum tahu agenda apa yang akan dibahas, namun segenap rakyat Indonesia pasti berharap diutusnya Luhut oleh Jokowi akan meneduhkan suhu politik pasca Pemilu ini.

Keberhasilan pertemuan Luhut dan Prabowo yang direncanakan pada Minggu besok, juga diharapkan akhirnya akan berujung pada pertemuan Jokowi-Prabowo nantinya. Pertemuan yang memberikan harapan bahwa elit politik bangsa ini masih bersepakat untuk tetap menjunjung kesatuan bangsa meski berbeda.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun