"Butuh berapa suara?" tanya saya berusaha mencari tahu.
"Sepuluh" sahut Udin. " Bantu kawan lah" ujarnya, sambil membuka topinya dan menggaruk kepalanya.
Waktu sudah hampir menunjukan jam 11.
"Sekarang, su dapat berapa?"
"Baru lima..payah nih" kata Udin.
Meski tak menceritakan dengan jelas, rasanya Udin diberikan target dari "Klien" nya berapa kepala di TPS tersebut. Biasanya makelar suara ini diberikan target dan jika pembayarannya adalah uang, maka akan diberikan sebelum atau sesudah target tercapai. Dari raut wajahnya yang kuatir, Udin mungkin sudah diberikan pembayaran di depan, namun kuatir bahwa targetnya tidak tercapai.
Menurut cerita yagn berkembang, pembayaran perkepala antara 100-150 rb, tergantung kemampuan caleg. Makelar seperti Udin juga tidak menerima uang secara langsung dari caleg, tapi dari juru bayar, atau dipanggil orang lapangan.
Jika berhasil, Udin bisa untung besar dalam satu hari. Sehari-hari, Udin adalah penjual ikan keliling. Hari ini dia libur. Kerjanya agak berbeda, meski menurutnya sebenarnya tidak lebih sulit dari menjadi penjual ikan. Periode panen katanya, meski bukan panen ikan.
Waktu berlalu, sudah hampir jam 12 siang. Udin entah sudah pergi kemana, lalu saya juga sudah selesai memberikan hak suara saya. Terlihat, di meja pendaftaran sudah mengantri sekitar belasan orang yang ingin memberikan suaranya dengan KTP.
Saat melangkahkan kaki ke tempat parkir kendaraan, saya kembali melihat Udin. Udin sedang berdiri di balik pagar seng berwarna biru beberapa meter dari TPS. Ada beberapa orang bersamanya, terlihat sibuk berunding. Beberapa orang yang sedang berbincang dengan Udin terlihat memegang E-KTP.
Terdengar instruksi umum dari Udin kepada mereka, "Jangan lupa difoto....." kata Udin pada mereka, wajah Udin nampak lelah.