Sebut saja namanya Udin. Memakai topi gaya anak gaul,  Udin melingkarkan tangan kirinya di bahu lelaki berbahu lebar berambut kribo  yang sedang memandang papan surat suara. Jari telunjuk Udin mulai menunjuk beberapa wajah di papan tersebut.
Wajah Udin dan lelaki itu terkadang berubah serius terkadang tertawa, sambil bebrincang. Tak lama kemudian, keduanya mulai berpisah, untuk sementara.
Udin melangkahkan kaki ke arah saya, sedangkan pria kribo itu mulai mengambil antrian dan duduk di dalam. Saya sedang duduk diatas bangku reot berwarna coklat pudar  di bawah pohon di luar TPS, tempat tersejuk siang kemarin.
"Kerja..?" tanya saya pada Udin sambil tersenyum. Saya awalnya hanya ingin bergurau. Udin membalas senyuman saya.
"Biasa...ada yang minta tolong" balas Udin cengengesan.
Tak lama lagi kemudian, Udin sudah melangkah kembali ke papan suara. Kali ini bersapa dengan pria kurus bertato, saya sempat mengingatnya, tukang tambal ban, tetangga saya, tapi saya lupa namanya.
Masih dengan gaya yang sama, Udin mulai menunjukan gelagat yang sama. Mata mereka kali ini lebih tertuju ke arah surat suara Caleg DPRD Kota. Memang jarang yang kerja untuk yang lain, mungkin carinya bukan abal-abal seperti Udin.
Sayup-sayup saya mendengar percakapan antar mereka.
"Yang ini" kata udin.
"Orang baik?" kata pria bertato tersebut.