Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Merindukan Soeratin

22 Januari 2019   17:46 Diperbarui: 23 Januari 2019   04:52 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Soeratin yakin dan percaya bahwa melalui sepak bola, persatuan anak pribumi akan terjalin sekaligus dapat  membangun karakter, dan kebesaran bangsa.

Untuk visi yang besar ini Soeratin berani berkorban. Konon, meski digaji 1000 gulden oleh perusahaan konstruksi milik Belanda, Bouwkundig Bureu Sitsen en Lausada, di Yogyakarta,  demi persatuan dan sepak bola Indonesia, dia memilih meninggalkan jabatannya.

Soeratin melihat bahwa memimpin perjuangan melalui sepak bola lebih mulia dari sekedar mencari kekayaan dan popularitas. 

Di bawah kepemimpinannya, sepak bola Indonesia lahir dan makin membesar, menyatukan bangsa, juga mengangkat kehormatan.  Terbukti, pada 1938, Indonesia sudah tampil di Piala Dunia.

***
Kisah tentang Soeratin seperti cerita dongeng ketika kita melihat PSSI dewasa ini. Di zaman ini, orang-orang seperti Soeratin amat langka ditemukan.

Jika Soeratin memperjuangkan persatuan bangsa, maka di zaman sekarang, PSSI kerap dipenuhi oleh orang-orang yang suka memecah belah bangsa.

Masih ingat di ingatan kita pada 2012, kisruh di persepakbolaan Indonesia membuat induk organisasi sepakbola tertinggi di negeri tercinta ini terbelah menjadi dua.

Jika Soeratin ingin agar PSSI semakin dikenal dunia, maka di zaman sekarang PSSI memang pernah dikenal dunia, yaitu setelah PSSI dibekukan pada 2015. Kisruh lagi dan lagi.

Jika Soeratin berkorban dengan memilih untuk fokus sebagai Ketua Umum PSSI dan menomorduakan pekerjaannya sebagai engineer, maka di zaman modern ini banyak orang yang berlomba-lomba untuk menjadi Ketua Umum PSSI tetapi tidak mau melepaskan jabatannya  di tempat yang lain. 

Jika Soeratin percaya bahwa sepak bola harus tetap murni sebagai olah raga kebanggaan bangsa dengan diurus oleh pengurus yang berintegritas, maka di zaman ini, sepak bola dipenuhi oleh para pengurus yang mencari kepentingan pribadi dengan terlibat aktif sebagai mafia pengaturan skor dll.  Memilukan.

***
Saat  ini berbagai persoalan dan konflik tidak kunjung berhenti menghinggapi PSSI. Mulai dari mafia pengaturan skor yang melibatkan pengurus, prestasi timnas yang tidak bisa dibanggakan hingga mudnurnya sang Ketua Umum, Edy Rahmayadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun