Dari dua kasus ini, pendapat lain akan mengatakan bahwa Imron, Lasmi dan lainnya terpaksa melakukan hal tersebut karena sistim yang sudah buruk.
Mungkin ada benarnya juga, tetapi pada kenyataannya ada juga pelatih atau pengurus klub yang menolak atau tidak mau melakukan penyuapan meski ditawar melakukannya.
Kita bisa ambil contoh manajer Madura FC, Januar Herwanto yang menolak menski diiming-imingi uang ratusan juta rupiah oleh Hidayat (Exco PSS) untuk timnya mengalah dari PSS Sleman dalam pertandingan Liga 2.
Selain itu, ada juga  pelatih PS Ngada, Kletus Marselinus Gabhe yang menolak ajakan manajer Persekam Metro FC Kabupaten Malang, Bambang Suryo untuk sama sama 'patungan' uang senilai Rp100 juta agar kedua tim diloloskan ke babak 16 besar Liga 3 PSSI.
Kisah kedua orang ini, membuat kita masih perlu yakin bahwa masih ada orang-orang yang tulus berkecimpung di dunia sepakbola untuk majunya persepakbolaan nasional, namun kita juga tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak  mafia-mafia atau setan-setan yang ingin membodohi atau memanfaatkan orang-orang yang tulus ini untuk kepentingan pribadi mereka.
Oleh karena itu, ini bisa menjadi pelajaran agar jangan lagi pintar-pintar bodoh, tetap tulus seperti merpati tetapi juga harus cerdik menghadapi para mafia setan-setan. Stop jadi orang pyang pintar-pintar bodoh, cukup Warkop saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H