Ketiga, 50/77 Â yang kecepatannya medium dan digunakan di daerah pesisir.
 Keempat, 51/78,  medium cepat, daerah dingin dan terakhir  52/79 cepat, digunakan di daerah dingin, di bawah permukaan laut.
Perbedaan-perbedaan inilah yang jika lambat diantisipasi dengan adaptasi yang cukup maka akan mempengaruhi para pemain. Jika France Open 2018 yang notabene adalah daerah dingin tentu akan menggunakan shuttlecock yang lebih berat dari turnamen sebelumnya, maka seperti yang dikatakan oleh Kevin/Marcus diperlukan ekstra tenaga untuk menerbangkannya.
Apa yang kita harapkan kedepannya? Â Kita dapat berharap agar masing-masing pemain dapat menemukan cara mengantisipasi perbedaan shuttlecock yang dihadapi, bisa saja mencobanya lebih lama, dan bukan dlangsung di lapangan.
Namun bisa saja hal ini tidak menjadi persoalan utama oleh Kevin/Marcus, yang dapat melaju ke final dengan shuttlecock yang berbeda. Persoalan utamanya adalah turnamen yang begitu memiliki waktu yang amat berdekatan. Stamina tidak dapat mendukung. Apapun itu, kita berharap pemain kita dapat bangkit.
Hanya satu gelar dari dua turnamen, sepertinya sebuah kemunduran.
Semoga di Fuzhou China Open 2018 serta Hong Kong Open 2018 nanti pemain kita dapat tampil lebih baik, apapun shuttlecocknya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H