"Biarlah sepak terjang saya dengan "anak-anak (Karyawan BOLA") yang terdahulu merupakan kemenangan manis" Â tulis Sunito.
Selain Sunito, ada pula catatan akhir dari Arief Kurniawan dan surat dari direktur BOLA : Christina MS. Indiarti turut menghiasi edisi terakhir ini.
Sedih
Nostalgia tidaklah lengkap tanpa ungkapan hati para atlet, pihak yang menjadi sumber tulisan bola selama ini. Para mantan atlit, atlit senior hingga yunior dan tokoh olahraga bergantian memberikan kata hati mereka dalam tajuk "BOLA di Mata Sosok Olahraga Nasional".
Yayuk Basuki, Eko Yuli Irawan, Christian Hadinata, Susi Susanti dan Kurniawan Dwi Yulianto adalah sedikit dai banyaknya atlit yang diberikan kesempatan untuk memberikan pendapat tentang BOLA.Â
"Saya ingat ketika saya menjadi pemain dan selanjutnya menjadi pelatih, Tabloid BOLA itu selalu aktif mengoreksi dan mengkritik" tulis Christian Hadinata.
"Banyak kenangan indah yang saya rasakan bersama BOLA. Sebagai pelatih, saya senang dengan berita-berita yang ada di Tabloid BOLA. Tahun 2000 adalah momen terindah yang saya dapatkan dengan BOLA. Saya terpilih menjadi pelatih terbaik Indonesia oleh tabloib BOLA. Terima kasih banyak untuk Tabloid BOLA" tulis Herry Iman Pierngadi, Pelatih Kepala Ganda Putra PB PBSI.
"Sayang sekali Tabloid Bola harus mengucap kata perpisahan. Tabloid yang amat bersejarah bagi saya karena di BOLA-lah,profil pertama saya dimuat saat saya menimba ilmu di Itali bersama PSSI Primavera (1994-1996). Terima kasih banyak BOLA telah mewarnai sepak bola nasional" tulis Kurniawan Dwi Yulianto, assisten Pelatih Timnas.
Legenda,
Tidak sedikit yang menuliskan bahwa Tabloid BOLA bukanlah sekedar tabloid olahraga biasa, BOLA lebih dari sekedar itu. Aji Santoso menyebutnya sebagai legenda; Legenda bagi berita sepak bola, sedangkan Ricardo Salampessy, bek Persipura Jayapura bahkwaan menyebutnya sebagai kitab suci olahraga.