Tak apalah bermain pragmatis dan mengandalkan serangan balik, daripada bermain indah dan total attack tapi lupa diri, tanpa menghitung lawan yang akan kita hadapi. Kita bisa menempatkan Egy dan Todd untuk menyelusup di antara pemain-pemain UEA, ketika tim asuhan Ludovic Batelli itu lupa diri. Biarkan mereka yang lupa diri, tapi jangan kita.
Selain itu, yang perlu diingat UEA memiliki pemain yang harus diwaspadai. Jika Qatar memiliki striker cepat dalam diri Umaru, maka UEA juga memiliki Ali Saleh, top skor sementara mereka dengan tiga gol dan berperan penting dalam membuka ruang bagi pemain lain.Â
Anak asuh Coach Indra, perlu memberikan penjagaan khusus untuknya, jangan biarkan pemain kita sibuk menyerang, karena selama ini kita dikenal seperti itu. Jangan sampai ketika Ali Saleh mencetak gol atau beradu sprint yang membuat pemain kita pontang pantingn, baru kita sadar dan terkejut bahwa ada striker tim lawan yang berbahaya.Â
Untuk sikap pantang menyerah, seharusnya ini hukumnya sudah wajib. Berlari, berjuanglah biar ratusan juta rakyat Indonesia tetap bangga, karena melihat 11 anak muda yang mau berjuang hingga akhir pertandingan.Â
Sadarilah bahwa kesejatian perjuangan bukan sekedar dari sebuah kemenangan, tetapi memupuk dan menghidupi perjuangan dari yang kita perlihatkan di lapangan. Jika itu dilakukan, maka akan menjadi modal yang akan amat berharga bagi masa depan Egy cs dan timnas kita.
Jikalau telah berjuang, percayalah transisi dari realistis menjadi sesuatu yang impossible dapat menjadi kenyataan. Semuanya masih mungkin. Berlari lah seperti tanpa lelah Egy Vikri cs, berjuanglah, jika itu sudah dilakukan, keluarlah dengan kepala tegak meski dengan kekalahan, kami akan bangga pada kalian. Berjuanglah terlebih dahulu, jangan pantang menyerah. Kami bersama kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H