Luar biasa! Todd Rivaldo kembali menunjukan kelasnya ketika Egy Vikri dijaga ketat pemain Qatar. Mampu meliuk-liuk di daerah pertahanan Qatar, di menit ke- 73 dan 81, Rivaldo mencetak dua gol tambahan sekaligus mencetak hattrick!. Skor  berubah tipis menjadi 5-6. Seisi Gelora Bung Karno bergumuruh, sedangkan pemirsa Televisi pasti terdiam melihat drama 11 gol yang telah tercipta.
Punggawa Timnas U-19 terus berjuang, tak mau berhenti berlari. Meskipun pemain Qatar dan pelatih mereka Burno Miguel Pinheiro mencoba memprovokasi dengan senagaja cedera atau bergerak memasuki ke dalam lapangan, tetapi anak-anak timnas U-19 masih sabar dan tetap ngotot sembari berharap dapat menyamakan kedudukan.Â
Sayangnya, tambahan injury time 5 menit rasanya terlalu pendek. Kata hampir itu tidak berarti apa-apa, hingga peluit panjang dari wasit dibunyikan skor tidak berubah, timnas U-19 kalah dengan skor tipis 5-6.
Meski dianggap sebagai partai yang sarat kedramatisan dengan perjuangan tanpa menyerah dari timnas U-19, kekalahan tetaplah sebuah kekalahan dan tentunya amat kejam dan menyakitkan. Terasa sia-sia penampilan yang tanpa lelah dari seluruh pemain yang merebahkan diri seusai pertandingan.Â
***
Kekalahan menyakitkan tetapi evaluasi terhadap penampilan timnas kita harus segera dilakukan karena masih ada partai hidup mati saat melawan UEA dalam partai terakhir nanti. Ada beberapa catatan dari hasil pertandingan tadi yang saya kira dapat menjadi perhatian.
Pertama, lini pertahanan mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Bek tengah kita, terkadang bingung dan terlihat kurang percaya diri. Gol-gol terjadi dengan terlalu mudah dari kesalahan sendiri pemain belakang kita.
Selain itu gelandang bertahan yang seharusnya membantu lini belakan juga terlihat kelabakan saat membantu pertahanan ketika diserang, artinya masih belum ada koordinasi yang memadai antar sektor ketika diserang, terutama saat mendapatkan serangan balik.
Kedua, serangan kita masih terlihat sporadis, dengan pola yang gampang terbaca. Qatar mudah menghentikan serangan kita karena mudah dibaca. Jika bola tidak diberikan ke Egy maka akan dioper ke sisi sayap yang lain.Â
Jika Qatar berhasil menutup pergerakan Egy dan menutup pergerakan sayap dari Firza dan Asnawi, maka pemain kita terlihat kebingungan. Itulah yang terjadu, beruntung masih ada peluang dari tendangan bebas yang mampu dimanfaatkan menjadi gol.
Ketiga, pelatih Indra Sjafrie masih terlihat lambat berespon atas situasi yang tidak diinginkan. Coach Sjafrie malah terlihat seperti kebingungan ketika Indonesia semakin banyak kebobolan.