Kemenangan atas China Taipei 3-1 memberikan angin yang terlalu segar bagi timnas kita saat berlaga di fase grup Piala AFC 2018. Hitung-hitungan akan lolos ke perempat final sekaligus selangkah lagi ke Piala Dunia U-20 tentu menjadi hitungan dengan senyuman dengan keyakinan bahwa Egy Vikri cs akan mampu melakukannya.
Siapakah Qatar, calon lawan kita? Ah, cuma tim yang sudah dikalahkan oleh Uni Emirat Arab dengan skor  1-2,  di pertandingan perdana. Jika UEA bisa, mengapa kita tidak?, apalagi bertanding di depan ribuan pendukung di Gelora Bung Karno.
Tetapi yang sedikit terlupakan adalah sepak bola bukanlah matematika dengan kepastian hasil dari hitungan di atas kertas. Sepak bola itu terkadang sulit diprediksi. Sepak bola terkadang memberi harapan tetapi dengan cepat menghilangkan harapan itu. Sepak bola seperti memberikan harapan dengan optimisme yang terkadang berlebihan dan dengan cepat berubah menjadi kejam menghabisi optimisme tersebut.
Itulah yang saya kira terjadi di laga melawan timnas U-19 melawan Qatar. Di awal pertandingan, Egy Vikri berlari kencang sehingga bek sayap Qatar harus menghentikannya, maka rakyat Indonesia yang menyaksikan laga ini mungkin akan berkata bahwa Indonesia akan dengan mudah mempecundangi Qatar kali ini.
Tetapi tiba-tiba tubuh menjadi lemas. Ketika waktu baru berjalan 11 menit, Nurhidayat kapten sekaligus benteng kokoh di belakang membuat kesalahan fundamental, gagal membuang bola dengan sempurna, sehingga dengan mudah dicocor masuk oleh pemain Qatar, Hashim Ali ke gawang Muhamad Riyandi. Skor berubah, 0-1.
Ketika rasa tidak percaya belum hilang sempurna untuk apa yang dilakukan Nurhidayat, pemain Qatar, Abdul Amaru kembali membobol gawang Riyandi di menit ke-13 melalui tendangan kerasnya. Skor menjadi  0-2, Qatar terus unggul. Indonesia kembali mengumpulkan kekuatan mengatur bola dari lini belakang tetapi di menit ke-24, Qatar memperbesar keunggulan menjadi 3-0 ketika tendangan M.Waad membentur Nurhidayat sehingga mengecoh Riyandi, skor 3-0 untuk Qatar.
Indonesia sempat mendapat secercah harapan saat Luthfi Kamal berhasil mengoyak gawang Qatar dari skema tendangan bebas. Skor menjadi 3-1 di menit ke-28.Â
Indonesia terlihat terus menekan Qatar sesudah mendapat angin segar, sayangnya mendekati usainya babak pertama, lagi-lagi tanpa terduga, Abdulrasheed Amaru, pemain bernomor punggung 7, kembali membobol gawang Indonesia. Skor berubah lagi, 4-1. Saya yakin banyak yang sudah mematikan pesawat televisi saat babak pertama usai.
***
Di awal babak kedua, Indonesia masih belum terlihat berbenah, belum ada perubahan taktik oleh coach Indra yang terlihat di lapangan. Malah Qatar yang berhasil menambah dua gol dalam lumbung Indonesia sehingga menjadikan skor menjadi amat telak 6-1 di menit ke-51 dan 56. Salah satunya melalui tendangan Amaru yang sekaligus mencatatkan dirinya sebagai pencetak hattrick di laga ini. Jika Riyandi tidak melakukan beberapa penyelamatan, Umaru dapat mencetak lebih banyak gol lagi.
Setelah skor menjadi 1-6 ini, anak-anak Indonesia seperti bangkit dari kubur. Perlahan-lahan, Indonesia mulai mengejar terutama sesudah Todd Rivaldo masuk ke lapangan menggantikan M. Rafli. Rivaldo sendiri yang mencetak gol kedua Indonesia di menit ke-65 melalui tendangan bebas yang amat cantik. Tak mau kalah empat menit kemudian Saadil Ramdani juga mencetak gol dengan tendangan bebas melengkungnya di menit ke-69. Skor menjadi 3-6. Marjin skor masih jauh. Tetapi timnas U-19 terlihat kembali bergairah.
Luar biasa! Todd Rivaldo kembali menunjukan kelasnya ketika Egy Vikri dijaga ketat pemain Qatar. Mampu meliuk-liuk di daerah pertahanan Qatar, di menit ke- 73 dan 81, Rivaldo mencetak dua gol tambahan sekaligus mencetak hattrick!. Skor  berubah tipis menjadi 5-6. Seisi Gelora Bung Karno bergumuruh, sedangkan pemirsa Televisi pasti terdiam melihat drama 11 gol yang telah tercipta.
Punggawa Timnas U-19 terus berjuang, tak mau berhenti berlari. Meskipun pemain Qatar dan pelatih mereka Burno Miguel Pinheiro mencoba memprovokasi dengan senagaja cedera atau bergerak memasuki ke dalam lapangan, tetapi anak-anak timnas U-19 masih sabar dan tetap ngotot sembari berharap dapat menyamakan kedudukan.Â
Sayangnya, tambahan injury time 5 menit rasanya terlalu pendek. Kata hampir itu tidak berarti apa-apa, hingga peluit panjang dari wasit dibunyikan skor tidak berubah, timnas U-19 kalah dengan skor tipis 5-6.
Meski dianggap sebagai partai yang sarat kedramatisan dengan perjuangan tanpa menyerah dari timnas U-19, kekalahan tetaplah sebuah kekalahan dan tentunya amat kejam dan menyakitkan. Terasa sia-sia penampilan yang tanpa lelah dari seluruh pemain yang merebahkan diri seusai pertandingan.Â
***
Kekalahan menyakitkan tetapi evaluasi terhadap penampilan timnas kita harus segera dilakukan karena masih ada partai hidup mati saat melawan UEA dalam partai terakhir nanti. Ada beberapa catatan dari hasil pertandingan tadi yang saya kira dapat menjadi perhatian.
Pertama, lini pertahanan mempunyai banyak pekerjaan rumah yang harus dikerjakan. Bek tengah kita, terkadang bingung dan terlihat kurang percaya diri. Gol-gol terjadi dengan terlalu mudah dari kesalahan sendiri pemain belakang kita.
Selain itu gelandang bertahan yang seharusnya membantu lini belakan juga terlihat kelabakan saat membantu pertahanan ketika diserang, artinya masih belum ada koordinasi yang memadai antar sektor ketika diserang, terutama saat mendapatkan serangan balik.
Kedua, serangan kita masih terlihat sporadis, dengan pola yang gampang terbaca. Qatar mudah menghentikan serangan kita karena mudah dibaca. Jika bola tidak diberikan ke Egy maka akan dioper ke sisi sayap yang lain.Â
Jika Qatar berhasil menutup pergerakan Egy dan menutup pergerakan sayap dari Firza dan Asnawi, maka pemain kita terlihat kebingungan. Itulah yang terjadu, beruntung masih ada peluang dari tendangan bebas yang mampu dimanfaatkan menjadi gol.
Ketiga, pelatih Indra Sjafrie masih terlihat lambat berespon atas situasi yang tidak diinginkan. Coach Sjafrie malah terlihat seperti kebingungan ketika Indonesia semakin banyak kebobolan.
Beruntung dalam keadaan tersebut, coach berhasil membuat keputusan brilian dengan memasukan Todd Rivaldo. Jika coach jeli, seharusnya sejak awal babak kedua, Todd Rivaldo sudah harus dimasukan, melihat lini depan yang terlihat kurang kreatif sepanjang pertandingan. Rivaldo memberikan opsi tambahan yaitu menusuk dari lini tengah ketika pergerakan sayap sudah buntu. Sayang , sekali lagi agak terlambat.
***
Hasil ini membuat Qatar menyodok ke peringkat dua menggantikan posisi Indonesia, karena unggul head to head meskipun mempunyai nilai yang sama. Hasil ini juga membuat  Timnas U-19 dipastikan akan menghadapi laga hidup mati di pertandingan terakhir melawan UEA.Â
Jika mampu tampil lebih baik dengna kepercayaan diri dan tidak melakukan banyak kesalahan lagi, maka peluang untuk lolos masih tetap ada sembari perlu berharap bahwa dalam laga nanti sepak bola tidak lagi berlaku kejam pada timnas U-19.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H