Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengenal "Common Goal", Sumbangsih Sepak Bola untuk Kemanusiaan

13 Oktober 2018   10:35 Diperbarui: 13 Oktober 2018   11:36 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Common Goal, program kemanusiaan dari sepak bola I Gambar : Youtube

"What is football if it is not about freedom? What is life if it is not about freedom?

"What is the meaning of life? I think we can all agree that we can do more for humanity?

Eric Cantona

Pesepakbola berusia 52 tahun yang semasa bermain dijuluki "The King", Eric Cantona secara resmi bergabung dengan program kemanusiaan bernama Common Goal(CG). Cantona menjadi satu dari kurang lebih 60 pesepakbola yang menjadi anggota dari gerakan ini. Tugas Cantona di dalam gerakan ini adalah sebagai mentor, yaitu mendorong semakin banyak pesepakbola untuk ambil bagian dari gerakan mulia ini.

Apa itu Common Goal? Gerakan ini pada awalnya adalah inisiatif dari gelandang Manchester United asal Spanyol, Juan Mata bersama pria Jerman bernama Jurgen Griesbeck. Dikutip dari Juanmata8.com, pada bulan Agustus 2017,  Mata memutuskan ikut menginisiasi gerakan ini ketika melihat masih begitu banyak manusia yang hidup dalam kekurangan di planet bernama bumi ini.

Dalam kondisi tersebut, melalui sebuah artikel di  'The Players Tribune', Juan Mata menjelaskan bagaimana ia menemukan kemampuan sepakbola yang luar biasa untuk menyatukan orang-orang di seluruh dunia agar berkontribusi menjadi solusi dari ketimpangan yang terjadi.

Caranya Sederhana saja, melalui Common Goal yang dapat disebut sebagai badan amal, pesepakbola yang peduli diajak untuk menyumbangkan satu persen dari gajinya untuk sesama. Meski sedikit tetapi Mata berharap semakin banyak orang yang bersedia mengubah dunia melalui sepakbola.

Jika kita telusuri ide yang mulia ini sudah ada sejak lama, yaitu sejak tahun 1994. Jurgen Griesbeck yang sekarang berusia 52 tahun saat itu berada di Medellin, Kolombia untuk melakukan penelitian doktoralnya.

 Saat berada di sana, Griesbeck lalu mendengar kabar  pembunuhan Andres Escobar, kapten Kolombia di Piala Dunia 1994 di Amerika Serikat. Tragis karena Escobar yang mencetak gol bunuh diri dalam kekalahan Kolombia di Amerika Serikat, ditembak enam kali dengna pistol di sebuah parkiran mobil di Medellin.

Saat itulah Griesbeck, merasa ada sesuatu yang salah. Dia melihat tidak semestinya sepak bola meninggalkan warisan kekerasan seperti ini. Griesbeck berpikir seharusnya sepak bola memberi sumbangsh sukacita dalam kegirangan bukan dukacita dalam kebencian.

"Ini adalah waktu yang buruk di Medellin. Ada sekitar 5.000 orang muda yang mati setiap tahun hanya di kota. Saya dapat melihat bahwa sepakbola menciptakan kemungkinan komunikasi tanpa kekerasan dan dialog damai. Dari sana untuk menerjemahkannya ke dalam kehidupan sehari-hari, itu adalah langkah awal. " ujar Griesbeck, menceritakan asal mula gerakan ini.

Akhirnya, Griesbeck meninggalkan kehidupan akademisnya dan mulai menginisiasi Football for Peace di Kolombia dan mendirikan sesuatu yang mirip di Jerman. Dia mengerti bahwa dengan mengembangkan jaringan organisasi amal dia bisa menciptakan sesuatu yang jauh lebih kuat dan efisien bagi sebuah perubahan , dan akhirnya membentuk streetfootballworld pada tahun 2002.

Gerakan ini akhirnya berkembang luas dan  menjangkau berbagai negara di dunia, terutama kepada negara-negara yang memiliki resiko besar dalam keadaan hidup dan mati atau masyarakat yagn diabaikan. 

"Sepak bola menarik minat mereka dan memungkinkan mereka membangun kepercayaan dengan orang lain. Ini membuat mereka menjadi lingkungan yang bermartabat dan membuat mereka percaya pada diri mereka sendiri. Ada banyak cerita, apakah itu perempuan di India, orang HIV positif di Afrika Selatan, atau orang-orang tunawisma di Inggris."kata Griesbeck.

Menurut Griesbeck, meski dewasa ini kekuatan sepakbola sudah dimobilisasi oleh FIFA dan UEFA yang memiliki proyek sendiri dan banyak pemain memiliki fondasi atas nama mereka tetapi yagn harus tetap dijaga dan tak boleh hilang adalah gagasan besar. Gagasan besar yang menurut Griesbeck bukan bergerak  dalam isolasi tetapi berjuang untuk terus melakukan sesuatu yang lebih besar bagi kemanusiaan.

Orang Beride Besar Bertemu dengan Orang yang Baik

Juan Mata dan Jurgen Griesbeck, Inisiator Common Goal I Gambar : Skysports
Juan Mata dan Jurgen Griesbeck, Inisiator Common Goal I Gambar : Skysports
Dalam perjalanannya, akhirnya Griesbeck bertemu dengan Juan Mata tanpa disengaja. Griesbeck menonton wawancara Juan Mata pada salah satu Televisi Spanyol tahun lalu. Mata berbicara tentang sepak bola dan realitas kehidupan di luar, dimana sepak bola seperti terpisah dari dunia.

Griesbeck lantas berpikir bahwa imajinasinya tentang bagaimana sepak bola dapat membawa perubahan bagi kondisi sosial dunia dibahasakan dengan sangat baik oleh Mata.  Griesback lantas memutuskan untuk berdiskusi tentang ide ini dengan Mata, setelah melihat profil Mata yang cukup berintegritas.

Mata menyambut baik ide Griesbeck dan akhirnya pada tahun lalu, Common Goal  lahir. 

"Mereka bisa tampil lebih baik karena mereka merasa lebih baik tentang siapa mereka dan apa yang mereka lakukan ketika ada tujuan yang lebih besar di belakangnya daripada hanya bermain sepakbola dan memenangkan piala,"  ujar Griesbeck yang melihat optimisme dari kegerakan ini.

"IT CHANGED MY LIFE AND IT CAN CHANGE PLENTY OF OTHER LIVES AS WELL" - Juan Mata


******

Bahasa sepak bola memang lebih kuat dibahasakan oleh pesepakbola sendiri. Pada awalnya hanya lima orang yang menjadi anggota, lama kelamaan semakin banyak pesepakbola yang ikut bergabung.

Sekarang sekitar 60 pesepakbola telah terlibat di dalamnya. Sebut saja nama-nama seperti punggawa Juventus, Giorgio Chiellini, bek Bayern, Matt Hummels, Kiper Leicester, Kasper Scheimeichel dan banyak pesepakbola lainnya, baik wanita atau pria. Dari Asia, Shinji Kagawa menjadi pesepakbola Asia pertama yang bergabung di Common Goal.

"Sebelum menjadi pemain sepak bola mereka adalah manusia dan mereka merasakan hal yang sama seperti yang kita semua lakukan. Jadi mereka ingin bertanggung jawab atas kehidupan mereka sendiri. Saya pikir orang akan terkejut melihat bahwa pemain akan sangat terbuka untuk ini. Sesuatu yang luar buasa " ujar Grisebeck.

This is about all of us footballers giving back as a team. Individually, our pledges might not change the world but together we can make a real difference. Giorgio Chiellini- Common Goal

Saya sendiri melihat apa yang dilakukan oleh Griesbeck, Juan Mata dan banyak pesepakbola yang tergabung di Common Goal bagaikan sebuah oase yang memberi kesegaran di iklim kompetitif sepak bola modern.

Di tengah sepak bola modern yang akan menjadi lumbung kapitalis dan terkadang berhukum rimba, siapa kuat dia yang menang, masih ada nilai-nilai kemanusiaan yang disuarakan dari Common Goal. Kita berharap agar apa yang dilakukan Juan Mata cs bertahan lama dan dapat menjadi teladan untuk lahirnya kegerakan serupa dari sepak bola.

Sepak bola menjadi semakin bermakna ketika ada orang-orang yang meninggalkan sesuatu yang melebih sepak bola itu sendiri, abadi, untuk kenangan yang abadi. Ad perpetuam rei memoriam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun