Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ratna Sarumpaet, Thomas Hobbes, dan Sepak Bola

8 Oktober 2018   11:47 Diperbarui: 8 Oktober 2018   12:36 740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hobbes mengatakan bahwa manusia pada dasarnya secara alamiah ingin tampak lebih baik, lebih perkasa, lebih hebat, dan lebih kuat dibandingkan yang lain. Manusia berjiwa kompetitif. Tetapi pada saat yang bersamaan, manusia secara alamiah pula mudah untuk diserang, bahkan orang yang sangat kuat pun dapat dijatuhkan oleh orang-orang yang sangat lemah.

Sifat alamiah manusia yang kompetitif dan pada saat bersamaan dapat mudah diserang, membuat usaha untuk saling mneyerang, saling menjatuhkan dan saling membunuh senantiasa terjadi. Inilah yang ,menurut Hobbes membuat kebanyakan manusia secara alamiah ganas, jahat , karena menikmati kekerasan.

Sifat ini semakin kental ketika orang menginginkan kekuasaan. Kekuasaan yang tidak diimbangi dengan pengenalan akan diri mmebuat tertutupnya mata dan hati manusia yang berimbas kepada buntunya jalan nalar. Akhirnya sifat dasar manusia yang jahat pun menjadi lebih dominan. Di titik ini, Hobbes mengistilahkan dengan frase "manusia menjadi serigala bagi manusia lain".

***

Berkaca pada peristiwa di atas, RS maupun tim PS bisa jadi menjadi contoh dari apa yang dikatakan Hobbes. Namun, bisa saja dalam bentuk lain kita bisa menjadi jenis manusia seperti itu disadari atau tidak disadari.

Kita seringkali merasa diri paling benar, dan ketika itu memang terjadi kita seperti serigala yang siap menghabisi lawan dengan cara yang kita anggap benar.

Hal yang patut disadari adalah dalam kaca mata sepak bola, kejadian di lapangan hanya berlangsung selama 90 menit. Sesudah itu usai. Kedua tim akan saling berjabat tangan seusai pertandingan.

 Ada waktu untuk bertanding dan ada waktu untuk berpelukan. Jika tak ada batas untuk semua itu, tunggu saja bahwa kita mungkin akan berganti posisi di suatu waktu nanti. 

Sepak bola adalah sebuah kegembiraan. Kita menjadi kompetitif tetapi kita tidak harus saling membenci.

Ada waktu untuk menghujat, tetapi ada waktunya untuk berhenti. Ada waktunya untuk membenci tetapi ada waktunya untuk mengampuni.

 Jika segala hal itu tidak dirasakan, mungkin itulah saatnya kita harus segera keluar dari lapangan hijau. Sebuah pelajaran berharga dari sepak bola dari negeri antah berantah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun