Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Di Balik Kepergian Beppe Marotta dari Juventus

3 Oktober 2018   22:26 Diperbarui: 4 Oktober 2018   09:38 3682
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Anda tidak akan bisa makan di restoran 100 euro jika hanya memiliki 10 euro di saku Anda." ujar Antonio Conte terhadap pihak klub. Tentu saja harapan Conte ini untuk menjawab tantangan Juventus yang menginginkan Juventus berprestasi di Eropa dan bukan saja di Seri A.

Juru transfer sekaligus CEO Juventus, Giuseppe "Beppe" Marotta tak bergeming. Marotta meyakinkan manajemen bahwa melepas Antonio Conte sebelum musim 2014 dimulai adalah pilihan terbaik. 

Presiden Juventus, Andre Agnelli percaya pada Marotta. Marotta memilih Massimiliano "Max"  Allegri sebagai suksessor Conte, dan ketika Allegri mampu membawa Juventus ke semifinal Liga Champions 2014/2015, Marotta mengeluarkan pernyataan menarik.

"Ya, kami sedang duduk di meja restoran 100 euro," ujar Marotta berupaya menyindir Conte dan membuktikan bahwa di tangannya sesuatu yang tak mungkin dari segi finansial bisa saja mungkin.

***

Sepenggal cerita diatas seperti hendak mengemukakan bahwa Juventus beruntung memiliki Marotta. Pria berusia 61 tahun ini dalam waktu kurang lebih dari delapan tahun bisa dikatakan mampu menyulap Juventus kembali menjadi klub yang disegani di Seri A dan Eropa.

Marotta memang datang pada saat Juventus dalam keadaan carut marut. Juventus hanya mampu menempati peringkat ketujuh Serie A 2009/2010. 

Keadaan seperti itu membuat Juventus sakit luar dan dalam karena baru dua musim sebelumnya Juventus baru kembali dari Seri B setelah skandal calciopoli.

Menunjuk Marotta yang sebelumnya bekerja bagi Sampdoria terkesan adalah pilihan karena Juventus juga belum kuat secara finansial untuk menunjuk juru transfer mumpuni.

Gaya Marotta juga mengikuti keadaan Juventus saat itu. Bersama Fabio Paratici yang bekerja sebagai pemandu bakat, Marotta menggaet pemain-pemain medioker di awal karirnya.

CEO Juventus, Giuseppe "Beppe" Marotta (foto: www.foxsportsasia.com)
CEO Juventus, Giuseppe "Beppe" Marotta (foto: www.foxsportsasia.com)
Leonardo Bonnuci dan Andrea Barzagli adalah sedikit diantaranya yang akhirnya sempat dipinjamkan dan bahkan dijual setelahnya. Perlahan tapi pasti, Marotta menunjukan kekuatan tangan dinginnya. 

Pertama, Marotta mampu membujuk Antonio Conte untuk melatih Juventus. Bersama Conte, Juventus mampu kembali menjadi raksasa Seri A yang digdaya dan disegani. Setelah kepergian Conte, Marotta juga membuat pilihan jitu bagi Juventus dengan menunjuk Allegri.

 Kedua, Marotta mampu membeli pemain berkualitas dengan "taktik" yang hebat. Meminjam dan mendapat secara gratis atau free transfer. Sebut saja nama-nama seperti Paul Pogba, Andrea Pirlo, Dani Alves hingga yang terakhir adalah Emre Can.

***

Catatan-catatan ini membuat kabar beberapa hari lalu tentang akan mundurnya Marotta dari Juventus pada akhir masa kontraknya (25 oktober) menjadi sangat mengejutkan. 

Pertanyaan lantas mengemuka, apa alasan Marotta harus berhenti dari tugasnya dan manajemen sepertinya dengan mudah merelakan kepergian"aset" terbaiknya itu?

Beberapa alasan mengemuka. Pertama, Marotta dikabarkan berambisi untuk menjadi Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC). Sebuah alasan yang cukup masuk akal tetapi kemudian disangkal oleh Marotta yang sudah bekerja di dunia sepak bola kurang lebih 40 tahun.

"Saya mencoret kemungkinan jadi kandidat (Presiden) FIGC karena bukan itu yang saya inginkan" ujar Marotta pendek.

Kemampuan Marotta yang baru terpilih sebagai Eksekutif Klub Terbaik di World Football Summit Industry Awards, mengalahkan CEO Manchester City Ferran Soriano dan petinggi Real Madrid Jose Angel Sanchez,  jelas masih sangat diperlukan oleh berbagai klub. Terutama klub kaya yang berusaha menjadi hemat dalam pembelian pemain tetapi tetap menjaga kualitas.

Kedua, Marotta sudah tidak sejalan dengan sang Presiden, Andrea Agnelli. Alasan ini mengemuka sesudah Agnelli memutuskan untuk turun tangan langsung untuk membeli Christiano Ronaldo dari Real Madrid dan sepertinya tidak meminta pendapat Marotta. 

Marotta dianggap tidak setuju dengan keputusan Agnelli---berkaitan dengan gaya Marotta selama ini. Berkualitas tapi murah.

Alasan ini sangat realistis, karena Agnelli sudah sangat  ambisius jika bicara soal prestasi. Agnelli menganggap bahwa Juventus sekarang harus berani membuat terobosan berani dan siap menggelontorkan uang belanja dalam dana yang besar.

Oleh karena itulah, bagi Agnelli,  Marotta dianggap tidak memiliki lagi kemampuan untuk menunjang gaya transfer Juventus yang harus semakin agresif dalam bursa transfer pemain. Artinya, Juventus butuh suasana baru.

Kabar ini akhinya dibenarkan oleh Marotta sendiri. Marotta seperti tak mau menutup-menutupi bahwa dirinya memiliki persoalan dengan Agnelli. Di sebuah kesempatan wawancara dengan Sky Sports Italia, Marotta mengungkapkan hal tersebut.

"Ini adalah yang diinginkan klub dan tidak ada satu hal tertentu yang memicunya. Saya cuma menyesuaikan diri dengan gagasan dan arahan mereka, untuk cinta saya kepada orang-orang dan Juventus," ujar Marotta

Siapa pengganti Marotta? 

Kabarnya Juve akan menunjuk tangan kanan Marotta, Fabio Paratici sebagai calon pengganti Marotta. Paratici dianggap sudah cukup berpengalaman dan yang paling penting tidak akan berseberangan dengan kebijakan Presiden ke depannya.

Soal kemampuan, Paratici dianggap sudah cukup berpengalaman dan terlabih daripada itu Paratici adalah sosok yang terlibat dari mimpi Agnelli untuk menjadikan Juventus kembali berjaya di Eropa khususnya di Liga Champions.

Untuk alasan terakhir inilah nama Zinedine Zidane muncul ke permukaan. Zidane kabarnya telah diplot Agnelli untuk menggantika peran Marotta. Meski mungkin bukan sebagai juru transfer--yang tetap akan diberikan ke Paratici, tetapi menjadi salah satu direktur klub.

Zidane diharapkan dapat membantu Allegri mewujudkan mimpi besar Juventus musim ini, dan tentunya dipersiapkan untuk menggantikan peran Allegri di masa depan. 

Pengalaman Zidane di Eropa yang hebat tentu akan sangat membantu Juventus tetapi bisa saja disainnya adalah Zidane terlebih dahulu harus diplot di posisi lain untuk mengerti kultur sepak bola Italia. Jika berhasil, bayangkan bahwa Juventus telah berinvestasi  dengan hebat di sektor manajemen.

Kemana Nanti Marotta berlabuh?

"Saya harap bisa berlabuh di klub besar Eropa lainnya pada musim 2019/20 esok. Untuk sekarang saya ingin 'mengisi baterai' dahulu," ujar Marotta. Pria asal Italia ini seperti mengisyaratkan untuk melanjutkan karirnya sesudah musim berganti.

Nama-nama klub besar seperti Manchester United dan Real Madrid dikabarkan sudah mengantri untuk menggunakan jasa Marotta. Kedua klub yang dianggap gagal bertarung di bursa transfer pada awal musim ini.

Selain kedua klub tersebut, klub-klub rival Juventus seperti Inter Milan dan AC Milan  dikabarkan juga berencana membujuk Marotta. Meski Juventini masih percaya bahwa Marotta tidak akan memilih klub rival dan akan memilih karir di luar negeri.

Real Madrid atau MU? Kita tunggu saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun