"Ah, tidak pernah peduli pada dirinya. Masih bebas dan bahagia di luar sana" kata Jimi.
Cerita tentang para oknum "aparat" yang nakal juga diceritakan Jimi.
"Ah, sebenarnya ada gawai yang disewakan dengan harga yang tak murah hanya untuk say hello pada kelurga" kata Jimi.
"Ah, dibolehkan?" tanya saya.
"Ilegal lah, jika punya duit semua serba aman" kata Jimi, sambil tersenyum.
"Semua orang?" tanya saya ingin tahu.
"Tidak, masih ada yang baik dan jujur" cerita Jimi.
"Mengharap sistim ini semuanya baik bisa membuat kita frustrasi. Mulai saja dari diri kita sendiri, sekecil apapun yang kita lakukan sudah berarti untuk kehidupan yang lebih baik" kata Jimi. Lagi-lagi semakin bijak.
"Kita bisa jadi seperti mereka jika berada di posisi itu" kata Jimi, kali ini sambil tersenyum kecil.
Kalimat Jimi sempat membuat saya tertegun dan mengaminkannya. Seringkali kita lebih senang menghakimi perbuatan tercela orang lain tanpa ada ruang untuk diri sendiri berefleksi.
Kita lebih senang mencela O.C Kaligis dan para koruptor lainnya, meski sebenarnya kita juga tak lebih baik dari mereka. Kita mungkin masih terlibat korupsi kecil-kecilan di kantor secara sendiri ataupun berjamaah disadari atau tidak disadari.