Orang yang mengalami halusinasi seperti mendengarkan suara-suara dimana orang yang tidak sakit tidak mengarnya. Ketika dia berbicara sendiri, isi halunasinya adalah orang sedang berbicara dengan dirinya. Â Jika dia tertawa, maka dia berhalusinasi sedang berbicara dengan orang yang sedang mebicarakan hal-hal yang lucu. Â Â
***
Soal halunasi ini paling tidak dapat dijadikan sebagai jawaban sementara bagi kita ketika menyaksikan behaviour para tersangka maupun terpidana koruptor di depan media, yang kita anggap aneh.
Ada tersangka koruptor yang memberikan salam metal ketika memakai jaket KPK. Kita dapat menganggap orang itu sedang berhalunasi sedang berada di panggung konser musik rock atau metal.
Ada juga yang memberikan simbol V atau victory melalui tangannya sesudah ditetapkan sebagai tersangka. Anggap saja orang tersebut sedang dalam misi membela sesuatu dan berharap kemenangan.
Ada juga tersangka koruptor yang melambaikan tangan dan menyapa para wartawan sambil tersenyum. Anggap saja dia sedang berhalusinasi menjadi artis atau bintang dunia yang baru turun di bandara Soekarno Hatta. Gila.
***
Namun  jika kita perhatikan lebih dalam,  tindakan korupsi itu kebanyakan juga karena berbagai halusinasi. Halusinasi dari PNS golongan III untuk memiliki tabungan miliaran dari masa kerja dibawah 5 tahun padahal gaji per bulan hanya 3 jutaan, itulah yang membuat dirinya melakukan korupsi.
Halunasi juga yang membuat seorang istri PNS menganggap bahwa menemani suami menerima suap dalam jumlah ratusan juta rupiah seperti menerima arisan kelompok ibu-ibu.
Halunasi pula yang membuat terpidana korupsi beranggapan bahwa masuk di penjara hanyalah berpindah dari rumah mereka ke hotel berbintang.
Namun rasanya bukan sebuah halunasi ketika para pengusaha melihat para pejabat PNS adalah orang yang paling mudah disuap. Menyedihkan.