Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Misteri Tawa Kalapas Sukamiskin

23 Juli 2018   13:11 Diperbarui: 23 Juli 2018   13:33 1010
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kepala Lapas Wahid Husen ketika ditangkap KPK I Gambar : Kompas.com

"Ada kesan begitu makanya dia santai-santai saja ngomongnya, malah beberapa kali ditanya ketawa-ketawa," ungkap Saut Situmorang, Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Pernyataan Saut ini menyorot tentang sikap dari Kepala Lapas Sukamiskin Bandung Wahid Husen ketika diperiksa oleh KPK. Wahid ditetapkan sebagai tersangka usai terjerat dalam operasi tangkap tangan (OTT) yang digelar KPK pada Jumat hingga Sabtu dini hari silam. 

Wahid dianggap terlibat dalam kasus dugaan penerimaan suap terkait pemberian fasilitas lebih di lapas Sukamiskin Bandung.

Saut pasti sempat tak habis pikir mengapa dalam situasi yang sebenarnya tersudutkan itu Wahid masih sempat Tertawa. Sudah terkena OTT, melakukan tindakan tercela lalu masih bisa ketawa? Macam apa pula ini?

Selanjutnya, Saut sendiri sempat menyiratkan sebuah jawaban di balik tawa Wahid.

"Kalau lihat dari cerita yang kami pantau dari kemarin pagi sampai hari ini, memang ada kesan itu sudah terbiasa sehingga menjadi aneh kalau tidak dijalankan sama si pendatang (narapidana) barunya," kata Saut berkomentar tentang sikap Wahid.

Dari komentar Saut ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa Wahid tertawa karena menganggap apa yang dilakukannya itu adalah sebuah prosedur yang menjadi kebiasaan di Lapas. Dimana saja? Entahlah, di Sukamiskin sudah terbukti.

Ibarat sebuah tindakan pemerkosaan, Wahid berpikir bahwa ini dilakukan atas suka sama suka dan tidak ada yang dirugikan. Meski namanya pemerkosaan selalu saja ada yang akan dikorbankan.

Untuk kasus ini, pihak Lapas senang, napi yang membayar menjadi bahagia.

Apapaun itu, tertawa dalam situasi seperti ini bagi orang awam adalah sebuah tindakan gila.

***
Gila? Ya, Gila!

Mengapa gila? Pada umumnya esensi dari orang tertawa adalah sebagai bentuk kegembiraan. Tertawa dan tersenyum adalah bahasa universal yang menunjukan kebahagiaan seseorang. Secara ilmiah bisa dijelaskan bahwa orang tertawa karena hasil dari lepasnya dopamin pada otak dan terutama endorfin pada sirkuit-sirkuit kesenangan pada otak. 

Hal dilakukan sebagai respons psikologis terhadap humor dan tindakan untuk membagi perasaan tertentu.

Artinya, Wahid gembira ketemu KPK? Wah, ada-ada saja.

Namun sebagai informasi tambahan, selain diakibatkan humor yang dirasakan, orang bisa tertawa sebagai ekspresi lega setelah menghadapi keadaan ekstrem atau berbahaya. Selain itu, tawa bisa juga tercipta secara spontan seseorang berkumpul dengan orang lain. Ini merupakan respons otak untuk membagi perasaan aman dan nyaman juga untuk mempererat ikatan antar individu dalam kelompok.

Wahid ketawa karena mendapat kelegaaan dan merasa nyaman saat diperiksa? Ah, tidak mungkin.

***

Jika kita tidak bisa menemukan alasan yang paling tepat dari tawa seseorang maka bisa dikatakan orang tersebut sedang mengalami sakit jiwa.

Mengapa? Karena hanya orang sakit jiwalah yang tertawa tanpa alasan yang rasional. 

Orang yang sakit jiwa memang dapat tertawa, tetapi bukan karena dipengaruhi situasi di sekitarnya, tetapi karena halusinasi di dalam pikirannya.

Halusinasi menjelaskan tentang keadaan dimana seseorang dengan sadar memperoleh persepsi tanpa adanya rangsangan terhadap panca indera. Selain itu, Halusinasi dibentuk sebagai persepsi yang kuat atas suatu objek atau peristiwa yang sebenarnya tidak ada.

Orang yang mengalami halusinasi seperti mendengarkan suara-suara dimana orang yang tidak sakit tidak mengarnya. Ketika dia berbicara sendiri, isi halunasinya adalah orang sedang berbicara dengan dirinya.  Jika dia tertawa, maka dia berhalusinasi sedang berbicara dengan orang yang sedang mebicarakan hal-hal yang lucu.   

***

Soal halunasi ini paling tidak dapat dijadikan sebagai jawaban sementara bagi kita ketika menyaksikan behaviour para tersangka maupun terpidana koruptor di depan media, yang kita anggap aneh.

Ada tersangka koruptor yang memberikan salam metal ketika memakai jaket KPK. Kita dapat menganggap orang itu sedang berhalunasi sedang berada di panggung konser musik rock atau metal.

Ada juga yang memberikan simbol V atau victory melalui tangannya sesudah ditetapkan sebagai tersangka. Anggap saja orang tersebut sedang dalam misi membela sesuatu dan berharap kemenangan.

Ada juga tersangka koruptor yang melambaikan tangan dan menyapa para wartawan sambil tersenyum. Anggap saja dia sedang berhalusinasi menjadi artis atau bintang dunia yang baru turun di bandara Soekarno Hatta. Gila.

***

Namun  jika kita perhatikan lebih dalam,  tindakan korupsi itu kebanyakan juga karena berbagai halusinasi. Halusinasi dari PNS golongan III untuk memiliki tabungan miliaran dari masa kerja dibawah 5 tahun padahal gaji per bulan hanya 3 jutaan, itulah yang membuat dirinya melakukan korupsi.

Halunasi juga yang membuat seorang istri PNS menganggap bahwa menemani suami menerima suap dalam jumlah ratusan juta rupiah seperti menerima arisan kelompok ibu-ibu.

Halunasi pula yang membuat terpidana korupsi beranggapan bahwa masuk di penjara hanyalah berpindah dari rumah mereka ke hotel berbintang.

Namun rasanya bukan sebuah halunasi ketika para pengusaha melihat para pejabat PNS adalah orang yang paling mudah disuap. Menyedihkan.

Akhirnya, akan merupakan sebuah kekonyolan jika halusinasi ini membuat kita akan terus melihat para Koruptor menjadi orang yang paling bahagia ketika ditetapkan menjadi tersangka dan divonis. 

Mari sama-sama kita sudahi kegilaan ini, karena cepat atau lambat bukan saja mereka yang gila, kita juga bisa gila.  Atau kita juga sedang berhalusinasi sekarang?

Referensi :

1- 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun