Belum genap sebulan usai Piala Dunia 2018, penikmat bola kembali disajikan turnamen sepak bola berkelas internasional bertajuk International Champions Cup  (ICC) 2018.
Turnamen ICC kali ini adalah edisi keenam sejak tahun 2013. ICC digagas oleh pria Amerika, Stephen M. Ross dan Pemilik Relevant Sports, Charlie Stillitano dengan tujuan mula-mula menaikan pamor sepak bola di Amerika Serikat. ICC yang sebelumnya bernama World Football Challenge, berevolusi menjadi kompetisi pramusim terbaik dan terus berekspansi ke berbagai negara sebagai penyelenggara.
Pada tahun 2018 ini saja, ICC akan dilaksanakan di 11 negara di tiga benua berbeda. Selain Amerika Serikat, ICC diadakan di sembilan negara Eropa ditambah dengan Singapura yang mewakili Asia.
Sedangkan dari jumlah kontestan, Â edisi ICC 2018 ini mencapai 18 kontestan yang merupakan tim-tim raksasa Eropa.
Sebut saja, Manchester United, Chelsea, Arsenal, Manchester City, Liverpool dan Tottenham Hotspur yang mewakili Liga Premier Inggris. Wakil dari Bundesliga, Bayern Munich dan Borussia Dortmund serta Real Madrid, Atletico Madrid dan  Barcelona yang mewakili La Liga.
Ada juga Seri A Italia yang tak mau kalah dengan mengirimkan empat wakilnya yaitu Juventus, AS Roma, AC Milan dan Internazionale, dan terakhir Liga 1 Prancis diwakili oleh PSG dan Lyon.
Artinya, laga-laga bigmatch akan tersajikan dari total 27 pertandingan untuk memperebutkan  juara ICC 2018. Pada tahun 2017 lalu, Barcelona menjadi kampiun di wilayah Amerika dan Eropa, sedangkan Inter Milan menjadi juara di wilayah Singapura.
Terlihat kompetitif dari partisipan yang mengikuti, ada 3 (tiga) hal menarik yang dapat  dijadikan panduan pecinta bola untuk menikmati ICC 2018 ini, karena sejatinya ICC tetap adalah kompetisi pra-musim.
Pertama, kesempatan untuk melihat amunisi anyar dan penampilan pemain muda dari klub favorit. Â Â
Dari pertandingan yang telah berlangsung sejak Sabtu kemarin saat Manchester City berhadapan dengan Dortmund, di kubu City tidak ada nama-nama seperti Sergio Aguero, David Silva, Kevin De Bruyne, Gabriel Jesus hingga Ederson. Sedangkan di pihak Dortmund tidak ada nama-nama seperti Marco Reus dan Shinji Kagawa.
Begitu juga saat PSG meladeni Bayern. Tidak ada nama-nama seperti Neymar, Kylian Mbappe, Cavani dan pilar timnas Jerman yang sebagian besar berasal dari tim Bavarian itu.
Meskipun begitu kita masih dapat menyaksikan tampilnya beberapa amunisi anyar dan pemain muda yang kebetulan tidak tampil pada pergelaran Piala Dunia kemarin. Sebut saja Riyad Mahrez amunisi anyar Manchester City dari Leicester seharga 60 juta poundsterling dan Gianluigi Buffon yang tampil pertama kali bersama PSG setelah dilepas Juventus.
Selain itu ada pemain muda yang menjadi sorotan media di ICC ini. Contohnya, pada pertandingan kemarin (City vs Dortmund), ada nama penyerang timnas Inggris U-19, Lukas Nmecha yang diprediksi akan menjadi bintang masa depan Inggris. Lalu, Douglas Luiz, gelandang bertalenta Brasil berusia 20 tahun yang direkrut City pada musim lalu, namun baru dapat tampil bersama City musim ini.
Nama-nama ini akan berupaya keras tampil baik, menonjol untuk merebut perhatian jajaran pelatih timnya dan pemandu bakat yang akan bertebaran di ICC 2018 karena sesudah turnamen, Â belum tentu para pemain muda ini mendapat kesempatan bermain sebanyak ini.
Kedua, menyimak gaya bermain tim favorit di bawah asuhan pelatih baru.
Sebut saja nama Lucien Lavre, pelatih berkebangsaan Swiss yang baru diangkat menjadi pelatih baru Borussia Dortmund setelah sebelumnya sukses melatih klub Nice d Liga 1 Prancis. Meskipun dalam laga kemarin berhasil membawa Dortmund mengalahkan City dengan skor tipis 1-0, tetapi permainan kasar Dortmund dikritik keras oleh Guardiola. Gambaran gaya bermain Dortmund musim depan di tangan Lavre?
Lalu ada pria Spanyol, Unay Emery mantan pelatih PSG yang buah taktiknya sebagai nahkoda anyar Arsenal pasca Arsene Wenger amat ditunggu. Emery akan memulai debutnya kala berhadapan dengan Atletico Madrid pada 26 Juli mendatang.
Di PSG ada Thomas Tuchel, pria Jerman yang akan mendapat tantangan besar untuk berprestasi lebih baik dari Emery. Kemarin Tuchel harus mengakui keunggulan Niko Kovac, pelatih yang juga baru milik Bayern. PSG takluk dari Bayern 1-3, namun rasanya belum bisa dijadikan ukuran karena PSG hampir 90 persen bermain tanpa skuad terbaiknya.
Lalu ada mantan pelatih timnas Spanyol, Julian Lopetegui yang menggantikan Zinedine Zidane sebagai pelatih baru Real Madrid. Tanpa Zidane dan Christiano Ronaldo, Lopetegui akan menghadapi tantangan berat untuk membawa Los Blancos tampil tetap kompetitif.
Pertandingan perdana aka dilakoni Lopetegui bersama Los Blancos di ICC 2018 saat menghadapi Manchester United pada 31 Juli mendatang.
Terakhir Maurizio Sarri, allenatore pengganti Antonio Conte di Chelsea yang akan menjadikan ICC 2018 sebagai pemanasan dalam proses menjadikan Chelsea tampil semenarik Napoli. Pria Italia ini bersama Chelsea akan berhadapan dengan Inter Milan pada 28 Juli.
Mampukah para allenatore baru ini mencuri perhatian di ICC 2018? Perlu dinantikan.
Ketiga, merayakan TVRI sebagai penayang International Championship Cup 2018 di Indonesia.
Sebagai TV nasional yang paling luas jangkauannya, tayangan ICC 2018 ini adalah sebuah kejutan. Namun tentu kita berharap bahwa menyaksikan Guardiola bersama City, Arjen Robben dan Ribery bersama Bayern lewat siaran langsung di TVRI melalui ICC kali ini bukan menjadi pertama dan terakhir.
Jangan dahulu terlalu banyak memprotes kualitas tayangan atau komentator, nikmati saja dahulu. Mungkin saja sesudah ini, TVRI akan berani membeli hak siar salah satu kompetisi Eropa. Liga Italia?. Mungkin saja.
Hingga 12 Agustus 2018 nanti penikmat bola di Indonesia akan disuguhi ICC 2018. Apalagi waktu tayang ICC juga ramah terhadap jam istirahat manusia meski beberapa pertandingan big match akan menggoda di waktu kerja seperti Manchester United vs Real Madrid, AC Milan vs Barcelona dan Real Madrid vs Roma yang berlaga pada pukul 7 pagi WIB. Selebihnya, dalam konteks memperbesar pangsa pasar dan popularitas klub di luar Eropa, waktu tayang ICC ada pada jam tayang biasa.
Akhirnya, merayakan kompetisi yang dipenuhi klub raksasa meski minus pemain bintang Piala Dunia 2018 perlu disyukuri. Minimal akan membuat diskusi-diskusi tentang bola di berbagai lapak terisi kembali sesudah Piala Dunia 2018 yang epik itu telah usai. Diskusi tentang pemain baru, amunisi anyar, strategi pelatih baru dan tentunya kebijakan transfer. Selamat menyaksikan ICC 2018.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H