Melihat N'Golo Kante yang tampil terlalu berhati-hati, Deschamps dengan jeli memasukan N'Zonzi. Lini tengah Kroasia berhasil diredam, dan gol mulai mengalir bagi Prancis.Â
Sesudah Mandzukic mencetak gol bagi Kroasia, Deschamps memasukan Tolisso. Perisic diredam dan Prancis semakin nyaman. Prancis Juara Piala Dunia 2018 setelah unggul 4-2 atas Kroasia di laga final.
Kroasia menunjukan bahwa sepanjang turnamen mereka memiliki keunggulan di dua sisi. Pertama, Kroasia sangat kuat di lini tengah yang dihuni Modric dan Rakitic. Bola dialirkan dengan begitu baiknya dari lini tengah mereka yang membuat tim lawan kesulitan.
Kedua, kekuatan mental mereka. Melewati semua pertandingan fase knock out dengan 120 menit, menandakan bahwa Kroasia siap untuk situasi sulit dan penuh tekanan. Modric cs bahkan terlihat semakin tangguh jika pertandingan sudah melewati 90 menit. Mereka juga amat tenang di babak adu penalti.
Sisi yang pertama terlihat jelas di laga final  antara Kroasia melawan Prancis. Terutama di babak pertama. Kroasia mampu menekan setelah lini tengah Prancis yang diisi Pogba, Matuidi dan Kante tak mampu mengimbangi pergerakan lini tengah Kroasia.
Bahkan sesudah Prancis unggul di menit ke-18 melalui gol bunuh diri Mandzukic, Kroasia masih mampu mendominasi pertandingan, hasilnya bahkan terlihat, setelah di menit ke-28, Perisic berhasil menyamakan kedudukan  dengan tendangan keras yang menghujam sisi kiri gawang Lloris.
Setelah Prancis kembali unggul dari tendangan penalti Antoine Griezmann di menit ke-43, banyak penikmat bola yang masih yakin bahwa Kroasia akan mampu menyamakan kedudukan. Babak pertama ditutup dengan keunggulan Prancis 2-1.
Di awal babak kedua, Kroasia masih mendominasi pertandingan. Lini tengah mereka bahkan bergerak semakin garang. Perisic bisa berubah tempat secara cepat bergantian ke sisi kanan dan kiri. Sedangkan Modric terlihat nyaman mengalirkan bola.
Disinilah Deschamps dengan jeli melihat kelemahan timnya. Kunci mematikan lini tengah Kroasia adalah berharap N'Golo Kante mampu mematikan Modric. Namun, Kante tampil di bawah performa terbaiknya, apalagi sesudah mendapat kartu kuning cepat di babak pertama.
Deschamps cerdas memasukan N'Zonzi menggantikan Kante di menit ke-55. N'Zonzi mampu lebih lebar  menjaga daerah di depan kotak penalti Prancis dan lebih bebas mematikan pergerakan Modric. Lini tengah dikuasai Prancis, dan Kroasia mulai dijajah Prancis.
Mampu mematikan lini tengah, membuat Prancis tinggal menunggu kesempatan membuat gol tambahan. Benar, kesempatan itu datang dan mampu dikonversi dengan dua gol tambahan pada menit ke-59 dan ke-65 melalui Paul Pogba dan Kylian Mbappe. Prancis unggul jauh 4-1.
Kroasia terlihat tak mau menyerah, setelah Mandzukic mencetak gol memperkecil keduudkan memanfaatkan blunder kiper Hugo Lloris. Optimisme mungkin kembali muncul bagi pendukung Kroasia, dan berharap kekuatan mental Kroasia akan mampu membuat mereka menyamakan kedudukan 4-4.
Harapan itu hanya menjadi sebuah mimpi yang tak menjadi nyata, setelah sekali lagi Deschamps mampu membuat pergantian cerdas dengan memasukan Tolisso menggantikan Matuidi. Deschamps dengan jeli melihat pergerakan Perisic yang sudah berpindah ke sisi kiri pertahanan Prancis. Masuknya Tolisso membatasi gerakan Perisic. Setelah Perisic tamat, Modric tak bebas bergerak, Kroasia tamat. Prancis juara Piala Dunia 2018.
Kecermatan Deschamps membaca situasi dan melakukan pergantian pemain adalah kunci kemenangan. Tetapi ada beberapa hal menarik yang membuat Deschamps membuat Prancis menjadi mesin yang sulit dikalahkan.
Pertama, Deschamps mampu membuat Prancis tampil seimbang.
Perhatikan Prancis saat diserang, Giroud, Griezmann dan Mbappe turut turun membantu pertahanan. Tak jarang terlihat, Griezmann ikut berjibaku dengan pemain Kroasia. Meski dengan kemampuan defensif terbatas, tetapi trio penyerang Prancis itu mampu mewujudkan keinginan Deschamps untuk membuat Prancis bermain seimbang dan menjadi satu kesatuan kokoh.
Para pemain ini bisa muncul dimana saja ketika dibutuhkan. Lihat saja Pogba yang tiba-tiba sudah berada di depan ketika menyerang, dan jauh di belakang ketika bertahan. Â
Kedua, Deschamps membuat para pemain Prancis tampil tanpa sekat, harmonis.
Prancis tidak demikian. Deschamps membuat Prancis bermain tanpa sekat tersebut. Di lini belakang, Pivard dan Hernandez taat di bawah arahan Lloris.Â
Sedangkan di tengah, Pogba dan Matuidi saling menghormati dan di lini depan Mbappe bisa menikmati perpaduannya dengan pemain senior seperti Griezmann dan Giroud. Â Inilah yang membuat Mbappe tampil lepas, dan menjadi pemain muda terbaik di Piala Dunia 2018.
Jika keharmonisan tim sudah tercipta, maka hasil tinggal menunggu waktu yang tepat dan waktu itu adalah di Piala Dunia Rusia 2018 ini.
Ketiga, Deschamps yang lebih berpengalaman dari Dalic.
Zaltjko Dalic sebagai pelatih Kroasia pantas diberikan apresiasi atas penampilan Kroasia yang dibesutnya. Namun, laga final menunjukan bahwa pengalaman melatih juga salah satu faktor penentu.
Didier Deschamps menunjukan ini dengan begitu jelasnya. Bukan saja dalam kejelian mengganti pemain tetapi ketika unggul, Deschamps mampu membuat Prancis mampu bermain seperti tim Italia dengan Cattenacio, grendel rapat ketika bertahan. Maklum saja jika berpedoman pada karir Deschamps baik sebagai pemain maupun pelatih.Â
Deschamps pernah menjadi pemain dan pelatih di Italia bersama Juventus. Hal inilah yang membuat, filosofi Cattenacio mampu dipahaminya, membuat Deschamps menjadi sangat taktikal seperti para pelatih Italia umumnya.
Kesuksesan meraih gelar Piala Dunia 2018 inimembuat Deschamps menjadi pelatih ketiga yang mampu meraih juara Piala Dunia sebagai pemain dan pelatih setelah Mario Zagallo dan Franz Beckenbauer.
Selamat bagi Prancis dan Deschamps.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H