Anggap saja sekarang skor menjadi satu-satu karena kelebihan dan kekurangan di atas. Lalu apa yang akan menjadi penentu? Sisanya. Sektor penyerang dan sektor kiper.
Harry Kane di sudut Inggris harus membuktikan bahwa enam golnya tercipta bukan karena belas kasih wasit melalui hadiah penalti dan tim lemah seperti Panama yang menjadi lumbung gol mereka di fase grup. Ujian sesungguh mereka adalah Kroasia.Â
Karen alasan mudah mencetak gol, Kane sempat dipandang sebelah mata oleh beberapa pihak. Namun, Â yang perlu diingat, semakin ditekan, Kane akan semakin berbahaya.
Di sisi Kroasia, Rebic dan Mandzukic pun kembali diuji. Mandzukic sampai sekarang baru mampu mencetak satu gol, tetapi kemampuannya sebagai pemberi assist dan pemberi ruang bagi Rebic wajib diwaspadai. Ante Rebic? Masih belum bisa dianggap "tenar", tapi laga melawan Inggris adalah lembar yang harus diisi tinta emas jika mau namanya lebih berkibar.
Kiper. Subasic dan Pickford akan menjadi sorotan, sorotan positif. Mereka dipuji setinggi langit karena dianggap menjadi pahlawan kelolosan tim masing-masing. Namun, hati-hati ketika menerima pujian, jika tak mampu dikelola, jatuhnya akan sakit sekali. Lebih sakit dari sakit Igor Akinfeev yang harus terduduk lunglai saat  Subasic dipeluk ditindih rekan-rekannya, sedang kiper Rusia itu tak ada yang menyapa. Sakit.
Soal ini Subasic lebih unggul. Kematangan emosi menghadapi tekanan besar sudah dimiliki kiper Monaco, kala tampil di Liga Champions. Sedangkan Kiper Inggris, Jordan Pickford, hanyalah kiper level Liga Eropa. Masih butuh jam terbang. Apakah saya menganggap remeh kemampuan Pickford? Tidak sama sekali, ini hanya soal kematangan.
Padahal soal mengutak-atik strategi itu hanya soal keberanian. Keberanian, yang sempat menjadi sorotan saya ketika kedua pelatih menghadapi babak adu penalti. Gareth Southgate akan tetap berdiri bersama pemain di pinggil lapangan sedangkan Dalic memilih duduk di bench pemain. Â Inilah yang membuat banyak pihak menilai, Southgate terlihat seperti berani dan yakin, sedangkan Dalic terlihat lemah dan takut.
Tetapi jangan terlalu cepat mengambil kesimpulan, di lapangan seperti itu, tetapi di depan media, Dalic bisa terlihat sebaliknya. "Tetaplah lapar kemenangan. Cuma dengan cara itu Kroasia akan melangkah jauh. Tiada yang lebih bahagia daripada saya, tetapi saya harus tetap tenang dan menjaga kaki tetap berada di tanah," kata Dalic usai menang. Terkadang pihak yang tampak lemah yang sebenarnya lebih kuat secara mental.
Pernyataan pendek dari Dalic itulah yang membuat saya langsung memilih Kroasia sebagai pemenang dari begitu panjang dan sia-sianya pemaparan di atas. Kadang-kadang prediksi itu bukan soal di atas kertas, tetapi soal hati. Hati saya kali ini bersama Kroasia.
Oh iya, menikmati bola sambil menikmati Mlinci sensasinya sama dengan menikmati Kacang Garuda. Artinya, jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda. Ingat.