Basic berhasil, dan Modric diterima di Dinamo Zagreb. Bakat Modric dianggap pantas untuk bermain di Zagreb, namun Modrid harus rela dipinjamkan dulu ke klub lain yang lebih kecil. Modric terus berjuang dan tak patah arang.
Keberhasilannya menandatangani kontrak dengan Zagreb bahkan diselingi dengan perjuangan keluarga yang harus berpindah ke penginapan pengungsi yang lain demi mendukung karir sepak bola Modric. Seiring karir yang semakin baik, secara finansial Modric membantu keluarganya untuk membeli rumah baru. Hasil jerih payah dari orang yang bekerja keras tak akan pernah sia-sia.
Bagi Modric, meraih mimpi bukan sekedar berada di tempat yang kita inginkan, tetapi berani terus melangkah maju meski ditolak.
Berjuang Untuk Mendapat Tempat Utama di Real Madrid
Modric tampil hebat bersama Spurs. Sosok Modric semakin dikenal karena mampu bertindak sebagai jenderal permainan dari lapangan tengah. Modric mempunyai visi permainan yang luar biasa dengan gaya bermain taktis yang luar biasa.
Pesona ini membuat Modric menjadi pemain yang paling diincar oleh klub-klub raksasa Eropa. Akhirnya Spurs tak mampu menahan Modrid dari kejaran Los Galacticos, Â Real Madrid yang membeli Modric pada tahun 2012.
Periode awal Modric di Madrid bukanlah hal yang mudah. Modric yang berusia 27 tahun saat itu dianggap tak mampu bersaing dengan pemain tengah Madrid seperti Xabi Alonso, Mesut Oezil, dan Sami Khedira. Modric bahkan dianggap sebagai pembelian terburuk klub.
Seharusnya Modric menyerah, tapi lagi-lagi perjuangan masa kecil Modric membuat Modric menjadi peribadi yang tegar dan tak gampang menyerah. Perlahan-lahan Modric menjadi sosok vital dalam setiap strategi permainan Madrid  di bawah pelatih yang berbeda.
Modric bahkan berhasil mengambil hati para pendukung pada final Liga Champions 2014 saat Real Madrid bertemu Atletico Madrid di partai puncak. Di menit ke-93 , assist sempurna Modrid dari sepak pojok membuat kepala Sergio Ramos melesatkan bola ke  gawang Atletico Madrid.