Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Luka Modric yang Bangkit dari Luka Masa Lalu

8 Juli 2018   21:19 Diperbarui: 8 Juli 2018   22:30 2246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Luka Modric, bangkit dari luka masa lalu I Gambar : independen

"Dia mengatakan dia ingin mengambil  tendangan dalam adu penalti - dapatkah Anda membayangkan apa yang akan terjadi jika ia tidak mencetak gol? Ini menunjukkan kualitas pemain besar dan Luka adalah pemain besar itu. "  Zlatko Dalic, pelatih Kroasia.

Zlatko Dalic pantas kuatir ketika Modric meminta untuk ambil bagian dalam adu penalti melawan Denmark di babak 16 besar.

Di babak extra time, sebagai kapten tim, Modric telah mengecewakan rekan dan mungkin negaranya. Kesempatan untuk segera menang tanpa adu penalti hancur lebur, karena Modric gagal menuntaskan tugasnya sebagai algojo penalti saat itu. Denmark di atas angin, dan Kroasia kuatir, kegagalan Modric adalah sebuah pertanda sial.

Modric tak mau mundur. Saat sang pelatih, Zlatko Dalic sedang mendaftar pemain untuk adu penalti. Modric dengan percaya diri menawarkan diri. Sempat kuatir Modric akan gagal lagi, Dalic memberanikan diri untuk memasukan nama Modric. Keraguan itu sekejap hilang ketika Modric berhasil mencetak gol dan Kroasia melaju ke babak delapan besar.

Seusai pertandingan Dalic memuji Modric setinggi langit. Dalic mengatakan Modric adalah pemain besar, bukan saja karena ketrampilan mengolah bolanya tetapi kekuatan mental yang begitu luar bisa menghadapi situasi sulit dan penuh tekanan.

Mengapa pria bernama lengkap Luka Modric itu memiliki kekuatan mental yang besar seperti itu? Jawabannya karena pengalaman kerasnya kehidupan seorang Modric. Waktu 90 menit di lapangan hijau terkadang hanyalah sketsa kecil dari kerasnya kehidupan yang pernah dialami oleh seorang pesepakbola, termasuk Luka Modric.

Modric menjalani kehidupan dengan  berbagai "luka" pada kehidupannya. Kakeknya dibunuh pada masa perang, Modric bermain bola saat di pengungsian dan sering ditolak karena alasan keterbatasan fisiknya. Modric tak mau menyerah. Modric telah bangkit dari "luka-luka" masa lalu tersebut sehingga sampai di titik kesuksesan  saat ini. Cerita inspiratif dari seorang Kapten Kroasia yang sangat dihormati.

Mengenal Sepak Bola di Saat Perang

Modric Kecil I Gambar : Twitter Sb/Real Madrid
Modric Kecil I Gambar : Twitter Sb/Real Madrid

Bagi Modric periode 1985-1995 adalah periode yang membentuk kehidupannya. Lahir di kota kecil Zadar, masih bagian dari Yugoslavia pada 9 September 1985, hari-hari Modric kecil ditemani oleh ancaman akibat konflik yang diakibatkan oleh perang sipil.

Di dalam kondisi itu, kehidupan menjadi lebih sulit sehingga kedua orang tua Modric, Stipe dan Radojka harus bekerja keras di pabrik rajut demi menyambung hidup. Modric kecil terpaksa ditinggalkan dan diasuh oleh sang kakek, Luka Sr. Karena diasuh oleh sang kakek, Modric sangat dekat sekali dengan sang kakek.

Namun kisah pilu mewarnai kedekatan mereka. Ketika Kroasia mendeklarasikan kemerdekaannya, dengan bantuan tentara Yugoslavia dan relawan nasionalis dari Serbia, orang Serbia merebut daerah dimana Modric dan sang kakek tinggal. Dalam situasi perang tersebut, pada tanggal 18 Desember 1991, Luka Modric senior yang sedang menggembalakan ternak di sebuah bukit dibunuh secara dingin.

Saat itu, Modric masih berusia enam tahun. Karena keadaan semakin mengecam, Stipe dan Radojka membawa Modric kecil mengungsi dan menginap cukup lama di penginapan sederhana di kota Zadar.

Selalu ada hal baik di balik peristiwa yang menyedihkan. Bakat Modric ditemukan ketika Modric kecil yang lugu sedang bermain sepak bola di depan penginapan. "Ada anak lelaki yang biasa menendang bola di sekitar tempat parkir penginapan sepanjang hari," kata salah seorang pelatih di klub lokal NK Zadar, Josip Bajlo.

 "Dia kurus dan sangat kecil untuk usianya, tetapi kamu bisa langsung tahu bahwa dia memiliki sesuatu yang istimewa di dalam dirinya. Namun, tidak seorang pun dari kita dapat bermimpi bahwa suatu hari dia akan tumbuh menjadi pemain dia sekarang." ujar Josip yang menemukan bakat Modric.

Di usia tujuh tahun, Modric langsung ditawarkan untuk sekolah dasar dan mendaftar di akademi olah raga milik NK Zadar. Di tempat ini Modric dibimbing oleh Tomislav Basic, pelatih pertama Modric ketika belajar di NK Zadar. Modric bahagia, namun keadaan di sekitarnya bahkan bertambah parah.

"Kami belajar dengan rasa takut, itulah yang paling saya ingat. Ribuan granat, ditembakkan dari bukit-bukit di sekitarnya, jatuh di lapangan pelatihan pada tahun-tahun itu, dan kami selalu berlomba untuk mencapai tempat perlindungan.  " cerita Basic, mengenai masa kelam saat perang.

"Sepak bola adalah pelarian kami dari kenyataan." pungkas Basic.

Modric Sering Ditolak Tapi Tak Berhenti Mengejar Mimpi

Luka Modric saat di Dinamo Zagreb : Gambar : Football Player Biography
Luka Modric saat di Dinamo Zagreb : Gambar : Football Player Biography

Sepak bola membawa Modric kecil untuk terus mengejar mimpinya. Di usia 12 tahun, Modric mendapat kesempatan untuk ikut seleksi di klub yang sangat dia idolakan, Hadjuk Split. Modric sangat senang dan bangga. Sayang, akhirnya Modric gagal karena dinilai memiliki ukuran tubuh yang terlalu kecil dan lemah secara fisik.

Sebagai remaja, Modric jelas kecewa dan ingin berhenti bermain sepak bola. Namun Tomislav Basic terus meyakinkan Modric agar jangan menyerah. Basic yang seperti ayah kedua bagi Modric bahkan mencari cara untuk Modrid agar mendapat kesempatan ikut seleksi di klub rival, Hadjuk Split yaitu Dinamo Zagreb.

Basic berhasil, dan Modric diterima di Dinamo Zagreb. Bakat Modric dianggap pantas untuk bermain di Zagreb, namun Modrid harus rela dipinjamkan dulu ke klub lain yang lebih kecil. Modric terus berjuang dan tak patah arang.

Keberhasilannya menandatangani kontrak dengan Zagreb bahkan diselingi dengan perjuangan keluarga yang harus berpindah ke penginapan pengungsi yang lain demi mendukung karir sepak bola Modric. Seiring karir yang semakin baik, secara finansial Modric membantu keluarganya untuk membeli rumah baru. Hasil jerih payah dari orang yang bekerja keras tak akan pernah sia-sia.

Modrid bersama Gareth Bale di SpursI Gambar : Ibtimes
Modrid bersama Gareth Bale di SpursI Gambar : Ibtimes
Tahun 2008, talenta emas Modric terdengar sampai Eropa. Modric mengidolakan Chelsea dan Barcelona, sayang sekali lagi kedua tim besar itu ragu untuk menebus Modric. Lagi-lagi rival Chelsea, Tottenham Hotspurs yang berani menebus Modric. Modric resmi bermain sebagai pemain Spurs.

Bagi Modric, meraih mimpi bukan sekedar berada di tempat yang kita inginkan, tetapi berani terus melangkah maju meski ditolak.

Berjuang Untuk Mendapat Tempat Utama di Real Madrid

Modric berjuang di awal karir di Madrid I Gambar : Getty Images
Modric berjuang di awal karir di Madrid I Gambar : Getty Images

Modric tampil hebat bersama Spurs. Sosok Modric semakin dikenal karena mampu bertindak sebagai jenderal permainan dari lapangan tengah. Modric mempunyai visi permainan yang luar biasa dengan gaya bermain taktis yang luar biasa.

Pesona ini membuat Modric menjadi pemain yang paling diincar oleh klub-klub raksasa Eropa. Akhirnya Spurs tak mampu menahan Modrid dari kejaran Los Galacticos,  Real Madrid yang membeli Modric pada tahun 2012.

Periode awal Modric di Madrid bukanlah hal yang mudah. Modric yang berusia 27 tahun saat itu dianggap tak mampu bersaing dengan pemain tengah Madrid seperti Xabi Alonso, Mesut Oezil, dan Sami Khedira. Modric bahkan dianggap sebagai pembelian terburuk klub.

Seharusnya Modric menyerah, tapi lagi-lagi perjuangan masa kecil Modric membuat Modric menjadi peribadi yang tegar dan tak gampang menyerah. Perlahan-lahan Modric menjadi sosok vital dalam setiap strategi permainan Madrid  di bawah pelatih yang berbeda.

Modric bahkan berhasil mengambil hati para pendukung pada final Liga Champions 2014 saat Real Madrid bertemu Atletico Madrid di partai puncak. Di menit ke-93 , assist sempurna Modrid dari sepak pojok membuat kepala Sergio Ramos melesatkan bola ke  gawang Atletico Madrid.

Suami dari Vanja Bosnic dan ayah dari Ivano Modric dan Ema Modric ini semakin dicintai oleh para penggemar dan selalu mendapat tempat di tim utama Los Blancos hingga sekarang.

Piala Dunia 2018 dan Pembuktian di Penghujung Karir

Modric, pengabdian terakirdi Piala Dunia? I Gambar : Telegraph
Modric, pengabdian terakirdi Piala Dunia? I Gambar : Telegraph

Sekarang Modric telah berusia 32 tahun, usia yang tak lagi muda. Setelah meraih berbagai gelar bersama Real Madrid, Modric tentu ingin memberikan yang terbaik bagi negaranya di Piala Dunia yang mungkin terakhir dia ikuti.

Pada pertandingan melawan Rusia di babak delapan besar, Modric yang bertindak sebagai Kapten tampil luar biasa. Modric mengkreasi berbagai peluang dan menjadi jenderal di lini tengah Kroasia. Hasilnya Kroasia berhasil menguasai pertandingan.

Meski Rusia menunjukan perlawanan melalui kerja keras mereka, tapi akhirnya Kroasialah yang melaju ke semi final setelah menang di babak adu penalti yang dramatis. Modric yang dipercaya menjadi salah satu algojo berhasil menuntaskan tugasnya dengan baik, meski bola tendangannya sempat menyentuh tangan kiper Rusia, Igor Akinfeev.

Seusai pertandingan, Modric terpilih sebagai man of the match. Dilansir dari whoscored, Modric mendapat rating hingga 9.06, rating tertinggi yang pernah diraihnya sepajang turnamen mengalahkan rating 8.85 yang didapatnya ketika Kroasia mengalahkan Argentina 3-0.

Modric membuat aliran bola Kroasia berjalan dengan  begitu lancarnya. Tingkat kesuksesan operan Modric yang mencapai 86 persen sepanjang turnamen adalah yang tertinggi di antara rekan-rekannya, termasuk unggul atas Ivan Rakitic dengan 84 persen. Ditambah torehan dua gol dan satu assist, menunjukan bahwa peran Modric teramat penting.

Mencapai babak semi final adalah kesuksesan besar bagi Modric dan Kroasia. Pencapaian ini menyamai pencapaian Davor Suker cs pada Tahun 1998. Seusai laga melawan Rusia, Modric mencoba mengobarkan semangatnya dan rekan-rekannya.

" Kami mengambil rute yang sulit namun kami sangat bangga dan bahagia bahwa setelah 20 tahun, kami mencapai semifinal Piala Dunia. Mudah-mudahan kami bisa melangkah lebih jauh dari 98," seru Luka Modric.

Mengambil rute sulit memang terkadang bukanlah sebuah pilihan tetapi sebuah ketiadaan pilihan. Perjalanan hidup Modric sepertinya menunjukan hal itu dengan begitu jelas. Modric tak ingin menghabiskan masa kecilnya di tengah perang, tapi dia tak bisa memilihnya. Namun pada suatu saat, kehidupan itu mempunyai maksud tersendiri.

Sepak bola sejatinya menunjukan keadilan dari kehidupan itu sendiri. Perjalanan hidup bisa begitu kerasnya, namun sepak bola ingin menghadirkan kebahagiaan bagi para pejuang, pejuang kehidupan. Salah satunya adalah Luka Modric.

Kita tunggu saja sampai dimana titik perhentian kebahagiaan itu bagi seorang Luka Modric dan ingat jangan nonton bola tanpa Kacang Garuda.

Referensi : 1 - 2

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun