Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Argentina Takluk dari Mbappe dan Kematangan Strategi Deschamps

30 Juni 2018   23:52 Diperbarui: 1 Juli 2018   00:41 2674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dua Gol Mbappe taklukan Argentina I Gambar : GettyImages

Kylian Mbappe berlari kencang dari sisi kiri pertahanan Argentina, kecepatannya semakin bertambah setelah Giroud menyodorkan bola matang ke kotak penalti. Tanpa mengontrol, Mbappe melepaskan tendangan keras yang mulus masuk ke gawang Argentina. Gol kedua Mbappe. Perancis unggul 4-3 atas Argentina dan melangkah ke babak perempat final.

***

Ketika Argentina unggul 2-1, seorang teman mengeluarkan pernyataan menarik. " Tim yang muda itu terlalu cepat terbakar, tetapi cepat juga padam". Pendapat ini ada benarnya, minimal sampai saat Argentina unggul atas tim muda, Perancis.

Les Blues memang adalah tim dengan rata-rata usia pemain termuda yaitu 25,8 tahun. Meski masih diperkuat oleh pemain senior seperti Giroud dan Blaise Matuidi, namun nama - nama seperti Kylian Mbappe, Paul Pogba dan Thomas Lemar memang membuat skuad Perancis terlihat lebih segar daripada Argentina.

Buktinya di 15 menit awal pertandingan babak 16 besar melawan Argentina, Perancis tampil lebih garang melalui kecepatan Kylian Mbappe dan Antoine Griezmann. Hasilnya, Mbappe berhasil membuat Rojo terpaksa menghentikannya di kotak penalti di menit ke-13. Griezmann yang dipercaya sebagai algojo , mampu menuntaskan tugasnya dengan baik. Perancis  unggul 1-0.

Argentina bereaksi. La Albiceleste mulai menguasai bola lebih banyak sambil melihat peluang untuk masuk ke kotak penalti Perancis yang masih tampil rapi. Strategi false nine milik Argentina yaitu bermain tanpa striker murni masih belum membuahkan hasil karena pertahanan Perancis yang tampil lebih dalam.

Nmaun kesabaran Argentina menuai hasil. Di menit ke-41, Angel Di Maria mencetak gol melalui tendangan indah dari luar kotak penalti. Hingga usai babak pertama, skor bertahan imbang 1-1 untuk kedua tim.

Di awal babak kedua, tanpa diduga Argentina berhasil unggul di mneit ke-48. Bola tendangan Messi berhasil dibelokan oleh Mercado yang membuat kiper Perancis, Hugo Lloris terkecoh. Skor menjadi 2-1. Fans Argentina bergemuruh di Kazan Arena yang dipenuhi 42.873 penonton saat itu.

Fans Tim Tango sepertinya yakin bahwa inilah saatnya momentum Argentina untuk bangkit dari kematian karena gagal tampil baik sepanjang turnamen.

Naas bagi Argentina gol kedua mereka itu seperti membangunkan kembali semangat anak-anak muda Perancis terutama sang juru ledak muda Perancis, Kylian Mbappe.

Panggung Kylian Mbappe

Setelah menyamakan kedudukan melalui gol Benjanmin Pavard di menit ke-57. Sesudah itu panggung menjadi milik Mbappe. Pergerakan striker PSG itu selain cepat, namun juga sulit ditebak. Mbappe bisa muncul dari segal sisi, ketika lawan memprediksi bahwa Mbappe akan munclu dari kanan, Mbappe bisa berpindah ke kiri atau tengah.

Di menit ke-64, Mbappe berhasil mencetak gol setelah terlebih dahulu mengecoh pertahanan Argentina, melalui tendangan kaki kiri yang keras. Armani yang berusaha memblok tendangan Mbappe hanya bisa melihat bola keras itu masuk ke gawangnya. Perancis berbalik unggul 3-2 atas Argentina.

Dua Gol Mbappe taklukan Argentina I Gambar : GettyImages
Dua Gol Mbappe taklukan Argentina I Gambar : GettyImages
Belum selesai keterkejutan Argentina atas respon cepat Perancis, empat menit kemudian, Mbappe kembali membobol gawang Argentina untuk kedua kalinya. Striker yang memulai karir di timnas senior pada 25 Maret 2017 ini bergerak cepat menyambut umpan matang dari Giroud. Kali ini bukan kaki kiri, namun melalui tendangan kaki kanan. Skor menjadi 4-2 untuk keunggulan Perancis.

Argentina yang berusaha menambah daya gedor dengan memasukan Sergio Aguero hanya mampu memperkecil ketinggalan di penghujung pertandingan. Hingga wasit Alireza Faghani asal Iran meniup peluit panjang tanda pertandingan usai,  kemenangan menjadi milik Perancis dengan skor 4-3.

Kematangan Perancis di Tangan Deschamps

Deschamps mampu membuat Mbappe cs nyaman I Gambar : Reuters
Deschamps mampu membuat Mbappe cs nyaman I Gambar : Reuters

Selain penampilan luar biasa dari Kylian Mbappe, pelatih Didier Deschamps perlu diberikan kredit khusus karena mampu memaksimalkan potensi pemain yang dimilikinya.  Perancis semakin matang di tangan Deschamps. Paling tidak ada dua hal yang dapat menunjukan hal tersebut.

Pertama, formasi berani 4-3-3 membuat Mbappe kembali ke posisi aslinya dan Perancis semakin ofensif.

Mbappe cs sempat dihujat karena penampilan mereka di fase grup. Perancis yang segar terlihat layu, Deshamps dinilai terlalu takut untuk bermain menyerang. Ini dapat dilihat dari cara Deschamps menempatkan Mbappe dalam formasinya.

Di pertandingan awal, Mbappe dimainkan Deschamps sebagai striker tunggal di depan. Sedangkan para pemain lain diperintahkan untuk membantu penyerangan. Strategi ini sering membuat Mbappe terisolisir. Apalagi, Mbappe tidak terbiasa menjadi ujung tombak sendiri di depan.

Hal serupa juga terlihat di pertandingan kedua, Deschamps memaksa Mbappe untuk berdiri sejajar dalam skema dua striker. Mbappe juga belum fasih bermain dalam skema ini dan terlihat kebingungan.

Entah angin apa yang mendera Deschamps, dalam pertandingan melawan Argentina, Deschamps kembali menempatkan Mbappe di posisi aslinya penyerang sayap. Mbappe terlihat liar dan nyaman dari posisi ini. Hasilnya dua gol mampu dicetaknya. Jika formasi ini tidak berubah dan Mbappe semakin nyaman, Perancis dapat melangkah lebih jauh di Rusia.

Kedua, kolektivitas Perancis yang semakin terasah.

Salah satu kritik atas  Deschamps adalah membuat semua pemain terlalu terlibat untuk bertahan sehingga terkesan membosankan. Fans menganggapnya negatif, namun Deschamps menyebutnya sebagai seimbang. Namun beberapa pengamat mengatakan ini adalah cara memupuk kolektivitas atau kebersamaan. Menyerang bersama-sama, bertahan juga bersama.

Perlahan-lahan, unsur kebersamaan itu tumbuh subur di Perancis. Tak terlihat ada pemain yang merasa unggul atas yang lain dan tampil terlalu individual. Bahkan bakat kebintangan Griezmann saja harus tunduk pada gaya permainan ini, tidak menonjol tetapi tetap berkontribusi penting.

Perhatikan bagaimana juga Mbappe masih ingin mengoper bola ke Griezmann meski dalam posisi bebas, begitu pula dengan Giroud dan Griezmann yang terus bergerak membuka ruang bagi rekan-rekan mereka.

Sebelas orang lebih baik dari satu orang. Sebaliknya, Argentina masih terlihat terlambat memahami filosofi ini dengan Messi-sentris, sedangkan di sisi lain Perancis sedang berada di jalan yang benar menghidupi arti kolektivitas yang digaungkan oleh Deschamps dalam setiap laga mereka.

Perancis sudah berada di babak 8 besar. Perancis menunggu pemenang dari laga antara Uruguay melawan Portugal. Siapapun lawan Perancis nantinya akan semakin gentar karena Perancis telah menunjukan sebagai tim yang semakin siap dari sisi kualitas pemain maupun koletivitas tim. "Tim Perancis ini akan terus terbakar membakar lawan berikutnya" ujar saya seusai laga Perancis melawan Argentina.

KIta tunggu kiprah Mbappe dan Perancis di laga 8 besar dan ingat jangan tonton bola tanpa Kacang Garuda.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun