Kedua, kolektivitas Perancis yang semakin terasah.
Salah satu kritik atas  Deschamps adalah membuat semua pemain terlalu terlibat untuk bertahan sehingga terkesan membosankan. Fans menganggapnya negatif, namun Deschamps menyebutnya sebagai seimbang. Namun beberapa pengamat mengatakan ini adalah cara memupuk kolektivitas atau kebersamaan. Menyerang bersama-sama, bertahan juga bersama.
Perlahan-lahan, unsur kebersamaan itu tumbuh subur di Perancis. Tak terlihat ada pemain yang merasa unggul atas yang lain dan tampil terlalu individual. Bahkan bakat kebintangan Griezmann saja harus tunduk pada gaya permainan ini, tidak menonjol tetapi tetap berkontribusi penting.
Perhatikan bagaimana juga Mbappe masih ingin mengoper bola ke Griezmann meski dalam posisi bebas, begitu pula dengan Giroud dan Griezmann yang terus bergerak membuka ruang bagi rekan-rekan mereka.
Sebelas orang lebih baik dari satu orang. Sebaliknya, Argentina masih terlihat terlambat memahami filosofi ini dengan Messi-sentris, sedangkan di sisi lain Perancis sedang berada di jalan yang benar menghidupi arti kolektivitas yang digaungkan oleh Deschamps dalam setiap laga mereka.
Perancis sudah berada di babak 8 besar. Perancis menunggu pemenang dari laga antara Uruguay melawan Portugal. Siapapun lawan Perancis nantinya akan semakin gentar karena Perancis telah menunjukan sebagai tim yang semakin siap dari sisi kualitas pemain maupun koletivitas tim. "Tim Perancis ini akan terus terbakar membakar lawan berikutnya" ujar saya seusai laga Perancis melawan Argentina.
KIta tunggu kiprah Mbappe dan Perancis di laga 8 besar dan ingat jangan tonton bola tanpa Kacang Garuda.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H