"Kami harus menang dengan keunggulan dua gol. Situasi ini sejatinya bergantung kepada performa kami. Kami harus mengerahkan segalanya dengan cara kami sendiri," kata Joachim Loew.
Loew tentu saja optimis sesudah kemenangan atas Swedia, apalagi rekor mereka ketika menghadapi Korsel sangat baik. Korsel selalu kalah  atas Jerman di dua pertemuan mereka di Piala Dunia.Â
Kemenangan Jerman dicatatkan di Piala Dunia 1994 dan  di Piala Dunia 2002 saat Korsel yang menjadi tuan rumahnya.
Jerman optimis, Korsel sebaliknya. Pelatih Korsel Shin Tae-Yong bahkan lebih sibuk untuk memberikan argumentasi alasan atas kegagalan tim mereka sesudah pulan dari Piala Dunia kali ini.Â
"Kami harus berpikir bagaimana kami bisa memperbaiki Liga kami dan bekerja dengan para pemain muda," ujar Tae-Yong.
***
Rekor dan optimisme itu harus tertunduk malu ketika pada kenyataannya Jerman harus takluk dari Korsel, 0-2 di pertandingan terakhir grup. Di Kazan Arena,  di depan 41.835 penonton, Jerman terlihat  tak berdaya.Â
Dua gol telat dari Korsel Young-Gwon Kim dan Heung-Min Son membuat pendukung Jerman terdiam di sisa tambahan waktu yang mencapai 9 menit. Diwarnai Manuel Neuer yang turut membantu serangan dan meninggalkan gawangnya kosong, akhirnya sang juara bertahan, Jerman harus tersingkir.
Mengapa demikian? Ada dua hal yang dapat dikemukakan untuk menegaskan bahwa memang Jerman bermain tidak untuk menang, tetapi mengundang kutukan itu datang menghampiri.
Pertama, kesalahan dengan menurunkan pemain "gagal" di laga penentuan.