Thomas Mueller terlihat tak kuat menahan tangisnya. Mueller mencoba melihat ke arah pendukung Jerman, namun dia tak mampu. Tangannya seperti ingin meminta maaf untuk apa yang telah terjadi, namun dia tahu itu sia-sia. Â Jerman takluk 0-2 dari Korsel dan harus pulang dari Rusia.
Aroma kutukan di sepak bola khususnya Piala Dunia kembali terasa setelah Jerman secara mengejutkan takluk dari Meksiko, 0-1 di pertandingan awal grup F Piala Dunia 2018 Rusia.Â
Baunya bahkan menyengat  karena bukan satu kutukan malahan dua kutukan yang bersinggungan langsung dengan Jerman.
Pertama, juara bertahan Piala Dunia akan tampil buruh di piala dunia berikutnya. Prancis gagal lolos dari fase grup Piala Dunia 2002 setelah juara di Piala Dunia 1998.Â
Italia usai juara Piala Dunia 2006 hanya menjadi juru kunci pada Piala Dunia 2010 di grup lemah yang diisi Paraguay, Slovakia, dan Selandia Baru. Terakhir, Spanyol yang juara Piala Dunia 2010 gagal lolos dari fase grup di Piala Dunia 2014.
Kedua, kutukan juara Piala Konfederasi. Â Sejak pertama kali digelar, juara Piala Konfederasi tidak pernah bisa menjadi juara di Piala Dunia. Brasil yang juara Piala Konfederasi pada tahun 1997, 2005, 2009, dan 2013 tak mampu menjadi juara Piala Dunia 1998, 2006, 2010, dan 2014. Lalu Perancis yang gagal juara di Piala Dunia 2002. Jerman menjadi juara Piala Konfederasi pada tahun 2017 lalu.
Namun catatan kutukan ini rasanya akan pecah sesudah Jerman mampu tampil heroik dengan mengalahkan Swedia di partai kedua. Tendangan bebas Toni Kroos yang mematikan sanggup membawa Jerman mengungguli Swedia, 2-1. Jerman menjadi percaya diri dan yakin mampu memecahkan kutukan tersebut.
Penggemar der Panzer tentu memiliki modal lebih untuk  merasa yakin, karena Jerman telah mampu memecahkan kutukan lain sesudah menjuarai Piala Dunia 2014 lalu di Brasil.Â
Kutukan itu berbunyi  negara dari Benua Eropa tidak akan bisa menjuarai Piala Dunia jika Piala Dunia digelar di Benua Amerika (Utara dan Selatan). Jerman mampu melakukannya.
Terbukti, sebelum pertandingan menentukan melawan Korsel, pelatih Joachim Loew sendiri tahu, bukan kutukan yang mengatur nasib mereka tetapi mereka sendirilah yang menjadi penentu