Misteri siapa pelatih baru Real Madrid pasca kepergia ZInedine Zidane terjawab sudah. Bukan Juergen Klopp, Maurici Pocchetino atau Arsene Wenger. Bukan pula nama-nama mantan pemain Madrid yang juga santer terdengar seperti Guti dan Raul Gonzales.
Meski sedikit ditebak oleh saya dalam tulisan "Penantian Pelatih Madrid dan Efek Domino kepergian Zinedine Zidane" bahwa calon pelatih baru Madrid berasal dari nama-nama pelatih pembesut timnas yang berlaga di Piala Dunia 2018. Saya tetap keliru. Tebakan saya adalah Joachim Loew, pelatih Jerman namun ternyata yang dipilih oleh manajemen Madrid adalah pelatih Spanyol, Julen Lopetegui.
Pertanyaannya apa yang diinginkan Madrid untuk menunjuk Lopetegui yang sejatinya sudah memperpanjang kontrak bersama timnas Spanyol hingga tahun 2020 itu. Menilik perjalanan karir Lopetegui, paling tidak ada 3 (tiga) alasan yang dapat dikemukakan.
Pertama, Lopetegui diharapkan dapat membawa Madrid sukses transisi menuju era baru.
Isu domino sesudah kepergian Zidane adalah perombakan total di Madrid. Nama-nama pemain senior seperti Christiano Ronaldo, Luca Modrid, Karim Benzema dan bahkan Marcelo dikabarkan akan ditendang keluar.
Semua orang mengerti bahwa ini bukan soal prestasi dan penampilan nama-nama di atas, namun hal ini bicara tentang Madrid butuh pemain yang lebih muda bukan generasi pemain di atas usia 30an tahun yang tak lama lagi akan memudar. Madrid perlu regenerasi dan Lopetegui dianggap adalah orang yang tepat untuk melakukannya.
Kiprah Lopetegui yang cukup panjang dengan melatih  Timnas Spanyol U-19 hingga U-21 membuktikan hal itu ditambah pengalaman dia melatih di FC Porto dengan mengorbitkan pemain-pemain muda yang tebrukti sukses sekarang. Nama-nama seperti  Isco, Alvaro Morata dan David De Gea adalah sedikit nama yang berhasil di orbitkan.
Madrid mempunyai pemain muda seperti Marcos Assensio, Lucas Vasquez dll yang perlu segera diorbitkan untuk menggantikan peran Christiano Ronaldo Cs, untuk menciptakan era baru Madrid yang tetap kuat dan matang. Lopetegui dianggap mampu.
Kedua, Lopetegui mampu menyatukan pemain senior dan pemain muda.
Persoalan besar dari tim yang dipenuhi oleh pemain dengan berbeda generasi adalah kekompakan dan keharmonisan. Madrid riskan untuk mengalami hal tersebut, apalagi jika bicara perbedaan pengalaman dan gaji dari pemain senior dan yang lebih muda.
Pekerjaan rumah yang perlu cepat diselesaikan Lopetegui adalah persoalan ini. Apakah Lopetegui sanggup melakukannya? Jawabannya adalah iya. Contohnya terlihat dari apa yang dia lakukan di skuad timnas Spanyol sekarang.
Pelatih berusia 51 tahun ini berhasil menyatukan Pepe Reina dengan David De Gea, Â dan berhasil menyatukan David Silva, Andres Iniesta dengan Thiago Alcantara dan Isco sehingga membuat Spanyol tetap kuat dan berprestasi.
Artinya jika transisi Ronaldo, Modric Cs ke pemain muda masih tertunda di musim awal kepelatihannya, optimisme tetap ada bahwa Lopetegui masih sanggup menangani tim bertabur bintang serta perpaduan banyak pemain senior dan yunior dengan sangat baik.
Ketiga, filosofi menyerang Madrid yang tetap terpelihara di tangan Lopetegui.
Julen Lopetegui sejatinya adalah seorang kiper kala masih aktif bermain artinya sia tentu bukan seorang Pep Guardiola yang mampu menciptakan tiki-taka sempurna karena pernah bermain sebagai seorang pengatur permainan atau playmaker. Namun Lopetegui terbukti juga  sanggup menciptakan permainan yang menghibur di timnas Spanyol.
Lopetegui adalah penggemar formasi 4-3-3 atau 4-2-3-1 yang atraktif meski tak seatraktif tiki-taka. Sesekali Lopetegui juga berani mencoba false nine, permainan tanpa striker murni di depan. Tingkat atraktif Lopetegui dengan strategi menyerangnya ini bukan tanpa kontrol. Strategi ini dijaga keseimbangannya agar timnya jangan terlalu menyerang dan lupa bertahan. Inilah yang mungkin disukai oleh Madrid.
Real Madrid selama ini adalah tim menyerang tapi juga seimbang. Bahkan kadang-kadang Madrid terlihat bisa bertahan sepanjang pertandingan, namun tetap menang. Dengan filosofi ini, bersama Lopetegui, timnas Spanyol belum pernah tersentuh kekalahan dalam 20 kali pertandingan mereka.
Namun tetap perlu ada yang  ditakutkan oleh Madrid dari penunjukan Lopetegui. Yaitu mental ketika melatih Madrid menghadapi laga-laga besar. Bukan saja di Liga Champions tapi tentunya El Classico. Lopetegui belum teruji di level klub. Bersama FC Porto Lopetegui belum pernah mendapat satu gelar pun. Jika bisa lolos dua soal ujian di atas, Lopetegui minimal akan selamat untuk lebih bertahan lebih lama di Madrid.
Madrid berjudi dengan menunjuk Lopetegui? Bisa ya atau bisa tidak. Namun seperti penunjukan Zidane, Madrid sepertinya terlihat berspekulasi untuk menunjuk mantan pelatih Madrid Castilla  sebagai pelatih tim utama mereka seraya terus berharap kesuksesan yang didulang Zidane juga dapat mengalir dari racikan tangan pria ini.
Semoga Sukses Lopetegui!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H