Pep Guardiola yang datang ke kompetisi ini dengan permainan indahnya musim lalu bahkan sempat diejek karena tak mampu membawa Manchester City bersaing dengan Antonio Conte di Chelsea yang monoton bermain dengan formasi 3-5-2.
Paradigma permainan indah di Inggris juga semakin bergeser  ketika MU sendiri memilih Jose Mourinho sebagai allenatore nya. Pragmatisme Mou membuat permainan MU tak pernah enak dinikmati di tangannya, tetapi MU mampu meraih beberapa hasil positif termasuk bersaing dengan City, dan tentunya lebih baik dari prestasi Arsenal di tangan Wenger.
Di sisi lain Emirates Stadium yang makin sepi membuktikan bahwa penggemar sudah kenyang atau tak menjadikan permainan indah bukan menjadi hal yang utama lagi di mata mereka. Mereka menginginkan gelar, mereka ingin prestasi dibandingkan permainan cantik. Disinilah Allegri diharapkan dapat mengisi ruang kosong tersebut, lemari trofi ingin diisi oleh gelar dan Allegri dianggap mampu melakukannya.
Dari kacamata ini, mau tidak mau kehadiran Allegri di Arsenal dianggap penting. Dari  strategi bermain Arsenal, Allegri dipercaya juga akan membuat Arsenal menjadi tim yang kuat dalam bertahan, sisi terlemah Arsenal saat ini. Mustafi, Koscielny dan Nacho Monreal diharapkan mendapat ilmu bertahan terbaik ala Allegri ala Italia bernama cattenacio.
Jika ini berhasil maka kekuatan Arsenal dengan lini depan solid dalam diri Aubameyang dan Lacazette menjadi seimbang dengan lini belakang yang semakin kuat. Arsenal akan lebih sedikit kebobolan, dan berharap dapat membobol gawang lawang. Cara pikir Italia Job sederhana yang mampu diaplikasikan oleh Antonio Conte di musim pertamanya di Chelsea dengan sempurna. Tinggal menunggu kiprah Allegri jika benar-benar didaulat Arsenal menjadi pelatih.
Artinya dari perspektif ini, Allegri memang dibutuhkan Arsenal jika ingin prestasi atau gelar. Namun di sisi lain, Arsenal harus menurunkan standar mereka jika menginginkan permainan indah dari polesan Allegri dengan harapan kado gelar.
Akhirnya dalam kondisi ini Arsenal harus siap berubah jika ingin memilih Allegri sebagai pelatih. Gaya permainan pasti berubah, dan tentu saja susunan trofi di lemari mereka juga dapat berubah dengan terisi lebih banyak di tangan Allegri. Semoga, ya semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H