Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Takluk dari Roma, Liverpool Melaju ke Final

3 Mei 2018   04:29 Diperbarui: 3 Mei 2018   05:42 2433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jurgen Klopp membawa Liverpool ke Final I Gambar : BBC

Menit ke-87, Radja Nainggolan melepaskan tendangan keras dari luar kotak penalti, bola melaju cepat membentur tiang gawang dan masuk ke gawang Liverpool yang dijaga Loris Karius. Wajah Nainggolan datar saja menyambut gol spektakuler yang baru saja dicetaknya. Pemain berdarah Indonesia ini mungkin sadar kali ini timnya tak mampu membuat keajaiban di Olimpico. Roma 4, Liverpool 2. Agregat menjadi (6-7). Liverpool lolos ke final Liga Champions.

***

Jas hitam mengkilat Eusebio Di Fransesco seperti menggambarkan bahwa Roma sedang percaya diri untuk dapat melakukan keajaiban kedua setelah mampu menumbangkan Barcelona di Olimpico di babak perempat final. Di Anfield, Roma takluk 2-5.

Pendekatan ofensif dilakukan oleh Di Fransesco. Target meraih kemenangan membuat Di Fransesco berani kembali memainkan formasi 4-3-3. Dzeko ditemani Schick dan El Sharawy di depan. Sedangkan tanpa Strootman, Dzeko bermain bersama Pellegrini dan De Rossi di lini tengah.

Sebaliknya, Liverpool tak merubah gaya bermain mereka. Anak asuh Jurgen Klopp tetap bermain dengan 4-3-3, dan menurunkan trio depan terbaik mereka Firmino, Mane dan pemain terbaik Premier League, Mohamad Salah.

Perubahan formasi Roma bukan tanpa resiko, bermain dengan lini tengah yang kurang padat seperti dalam 3-5-2, membuat Roma akan kesulitan melakukan pressing ketat pada pemain Liverpool . Tetapi keuntungannya adalah, bek sayap Liverpool seperti Alexander Arnold tak akan semaunya berani ikut membantu serangan.

Di dalam formasi yang seragam ini, kedua tim bermain lebih menunggu, menunggu kesalahan yang dilakukan oleh pemain lawan. Sial bagi AS Roma, Nainggolan melakukan kesalahan back pass pada menit ke-9.

Senjata paling menakutkan Liverpool yaitu serangan balik mereka bekerja sempurna pada waktu terjadinya kesalahan ini. Sadio Mane yang terlepas bebasd dari pengawasan "hanya" dua bek tengah Roma, melepaskan tendangan keras yang tak mampu dihentikan Allison, Roma 0, Liverpool 1.

Enam menit kemudian, Olimpico bergemuruh. Gawang Liverpool bobol. Bola yang hendak dihalau Dejan Lovren membentuk Milner dan masuk ke gawang sendiri. Optimisme bangkit kembali dan serigala Roma mulai bersemangat kembali.

Namun optimisme itu lagi-lagi dihapuskan oleh kesalahan sendiri. Di menit ke-25, gawang Allison kembali bobol, karena kurangnya konsentrasi dari para pemain Roma. Bola liar disundul Dzeko dan berbalik arah ke gawang sendiri. Wijnaldum yang berdiri bebas dengan mudah menanduk ke gawang Allison. Roma 1, Liverpool 2.

Sesudah itu kedua tim bermain dengan tempo sedang, Liverpool lebih menunggu kesempatan untuk serangan balik sedangkan Roma melihat peluang untuk dapat menusuk dari kedua sayap mereka. Hingga usai babak pertama skor masih untuk keunggulan Liverpool, 2-1.

Di babak kedua, tidak ada perubahan pemain dan formasi yang dilakukan oleh kedua tim. Meski Roma terlihat agresif untuk mengejar ketertinggalan. Hasilnya terlihat setelah babak kedua berlansung sekitar 7 menit.

El Shaarawy yang bergerak lincah dari sisi kanan pertahanan Liverpool melepaskan tendangan keras. Bola mampu dihalau Kariusm namun bola rebound menuju Dzeko yang dengan dingin menjaringkan bola ke gawang Liverpool. Skor berubah imbang, 2-2.

Sesudah gol ini, Klopp seperti menginstruksikan pemain Liverpool untuk lebih dalam bertahan. Hal ini membuat pemain Roma kesulitan untuk menembus pertahanan Liverpool terkhususnya melalui sayap mereka.

Strategi ini membuat Roma harus menunggu hingga menit ke-87 untuk mencetak gol dari tendangan keras dari luar kotak penati yang dicetak oleh Nainggolan. Roma 3, Liverpool 2, namun agregat masih jauh, 5 -7 untuk keunggulan Liverpool.

Dua gol Nainggolan, gagal membawa Roma ke final I Gambar : BBC
Dua gol Nainggolan, gagal membawa Roma ke final I Gambar : BBC
Olimpico sempat berharap-harap cemas di menit 90+2, sesudah wasit asal Slovenia, Damir Skomina memberi hadiah penalti bagi Roma. Nainggolan berhasil menjadi eksekutor dan merubah skor berubah menjadi 4-2 bagi keunggulan Roma.

Namun hadiah penalti itu seperti PHP bagi Roma, beberapa saat setelah bola tengah ditendang oleh pemain Liverpool, Skomina meniup peluit panjang. Para pemain Liverpool meluapkan kegembiraan mereka dengan masuk ke dalam lapangan, meski kalah, The Redi melaju ke final dan akan berhadapan dengan Real Madrid.

***

Romanisti  berdiri dan memberi penghormatan bagi para pemain. Mungkin memang ada yang disesali tetapi para fans mengerti bahwa para pemain telah melakukan yang terbaik dari perjalanan mereka di Liga Champions musim ini.

Menyingkirkan Atletico Madrid di fase grup dan secara ajaib menyingkirkan Barcelona di fase Knock-out bukan prestasi yang bisa dipandang enteng. Namun sekali lagi keajaiban tidak bisa datang untuk kedua kalinya.

Penyakit di leg pertama, yaitu lambat panas juga terjadi di leg kedua. Gol-gol yang dibutuhkan terlambat datang, dan hanya membuat harapan itu membumbung tinggi dan jatuh lagi. Meskipun bermain hebat di babak kedua, tapi itu tak cukup untuk membuat serigala Roma untuk lolos.

Sebaliknya, Jurgen Klopp malam ini dengan berani dan cerdas membuat para pemainnya bermain dengan sabar. Bertahan lebih dalam dan menunggu serangan balik, membuat Liverpool tampil efektif malam ini.

Meskipun kalah dari segi peluang dan penguasaan bola, namun mampu menciptakan dua gol di Olimpico sudah lebih dari cukup untuk membuat mereka lolos. Gol yang klub sehebat Barcelona saja tak mampu melakukannya di tempat yang sama.

Namun sebagai catatan, malam ini Mo Salah tak mengeluarkan tajinya. Tak ada peluang berarti yang dilakukan oleh Salah. Semoga ini karena perasaan emosional karena tidak mau menyakiti Romanisti, rumah Salah sebelum berlabuh ke Liverpool. Namun jika tidak, maka Klopp harus berdoa agar di final nanti yang akan dilangsungkan pada 26 Mei di Kiev nanti, Salah kembali dapat tampil hebat melawan Real Madrid.

Catatan lain adalah bagaimana Liverpool sering kehilangan konsentrasi di menit-menit akhir, karena dalam dua leg selalu kebobolan dua gol di atas menit ke-80. Bermain di final tanpa sistim home and away, membuat kesalahan sekecil apapun akan berakibat fatal. Klopp harus mengevaluasi hal ini sehingga tidak terulang lagi di final jika ingin menjadi juara.

Selebihnya, secara akumulasi, Liverpool memang pantas ke final, final ke delapan mereka di ajang ini. Selamat The Reds!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun