Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Ketika Antonio Conte Letih dan Bingung

2 April 2018   16:32 Diperbarui: 2 April 2018   16:39 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Antonio Conte I Independent

“Saya punya pendapat tapi saya sangat lelah selalu mengulang hal yang sama. Saya tidak ingin membuat masalah. Jika kita dalam posisi ini, kita layak berada di posisi ini. Anda harus bertanya kepada klub, bukan saya [tentang pentingnya menyelesaikan di empat besar]" ujar Conte.

Siapapun yang menonton pertandingan tadi malam pasti akan mengingat reaksi Antonio Conte ketika Alvaro Morato hendak mencetak gol. Ketika bola lambung disundul Morata masuk ke gawang Hugo Lloris, pelatih asal Italia itu pun bertingkah seperti Morata.

Kepala Conte ikut bergerak seperti hendak menyundul dan ketika gol, Conte lantas mengangkat dan mengepalkan kedua tangannya. Conte dan Stamford Bridge seperti optimis bahwa rekor mereka yang tak pernah kalah dari Hotspurs di stadion ini sejak 1990 akan tetap terpelihara.

Namun sesudah gol spektakuler Erriksen serta dua gol Delle Ali, Antonio Conte kelihatan seperti orang yang baru putus cinta. Lebih banyak merenung, ingin berteriak tapi pada siapa, ingin menangis tetapi rikuh.

“Saya dan para pemain sudah  memberi - semuanya. Kami bekerja sangat keras untuk mencoba mendapatkan musim yang bagus tetapi, pada akhirnya, kami mendapatkan hasil ini. Itu artinya kami sudah maksimal di posisi ini" ujar Conte seusai pertandingan.

Chelsea memang sudah berusaha keras, meski 90 menit mengatakan hasil yang berbeda tetapi jika melihat selama pertandingan terkhususnya babak pertama The Blues, tak pantas menerima kekalahan ini. 14 peluang membahayakan Chelsea bahkan lebih banyak dari 12 peluang Hotspurs. Namun sayangnya untuk memenangkan pertandingan sepak bola dibutuhkan banyak gol, bukan banyak peluang.

Ketika ditanya soal jarak 8 poin dengan batas zona Liga Champions, Conte meradang tapi lemas. “Saya punya pendapat tapi saya sangat lelah selalu mengulang hal yang sama. Saya tidak ingin membuat masalah. Jika kita dalam posisi ini, kita layak berada di posisi ini. Anda harus bertanya kepada klub, bukan saya [tentang pentingnya menyelesaikan di empat besar]" ujar pelatih berusia 48 tahun ini.

Antonio Conte bingung, lelah mau berbuat apa lagi.

Semua daya sudah dilakukan oleh Conte tadi malam, mencoba 3-4-3, 3-5-2 sudah dia usahakan. Berteriak agar Ngolo Kante tidak berhenti berlari, memaki asisten wasit yang menganulir gol Marco Alonso bahkan berdoa agar ketika Oliver Giroud dimasukan dan mencetak gol dari kaki atau kepalanya telah dia panjatkan namun semuanya gagal.

Rekor yang bertahan selama 28 tahun bahwa Hotspurs tidak akan menang di Stamford Bridge pun pecah. Derita itu semakin terasa sakit, karena Hotspurs terlihat "biasa-biasa" saja akan kemenangan tersebut. Pelatih Spurs, Pocchetino terlihat kalem, seperti mengatakan bahwa kemenangan atas Chelsea itu bukan sesuatu yang perlu dibesar-besarkan. Huft.

Jika komitmen pemain tidak bermasalah dan jajaran pelatih sudah melakukannya, maka apa persoalannya?. Conte tentu akan mempermasalahkan manajemen. Kambing hitam, yang bagi Conte setiap Chelsea kalah akan makin bertambah hitam.

Conte sering mengatakan manajemen tidak mendukungnya dari kebijakan transfer. Meminta Aubameyang dan Edin Dzeko yang datang Oliver Giroud. Conte memohon agar Alex Sandro didatangkan untuk mneyupport Marcos Alonso, tapi yang datang Emerson Palmieri.

Berulang kali juga, Conte mengatakan agar manajemen harus lebih royal seperti Manchester City. Chelsea dianggap Conte terlalu hemat musim ini. Faktor utama kegagalan Chelsea, dari sudut pandang Conte.

Meskipun jika mau obyektif, tidak semuanya kondisi ini adalah kesalahan manajemen.  Kelemahan Conte juga patut disoroti saat ini. Paling tidak ada dua kelemahan Conte yang bisa disoroti. Pertama, relasi Conte dengan para pemain yang terlalu rapuh. Kita tentu ingat ketika jendela transfer musim lalu belum resmi dibuka, tetapi Conte sudah mengirim pesan singkat pada Diego Costa pada Conte tidak membutuhkan Costa lagi.

Hati siapa yang tidak sakit diperlakukan seperti itu. Costa yang merupakan salah satu tulang punggung bersama Hazard, Fabregas dan David Luis, seperti habis manis belum sepah tapi dibuang. Tak tahan, akhirnya Costa minta ditransfer.

Fatal karena Conte yang merasa Morata dan Batshuayi dapat mengisi tempat Costa hingga pekan ke-31 ini hanya seperti pemanis yang terkadang terasa pahit. Belum selesai dengan Costa di tengah musim, Conte juga berselisih paham dengan David Luiz. Bukti bahwa Conte memang seorang motivator hebat, tetapi tak pandai membina relasi dengan baik dengna para pemainnya.

Kedua, Conte tidak mempunyai fleksibilitas yang cukup dalam urusan formasi. Conte adalah pemain yang sangat mengagungkan 3-5-2, 3-4-3 dengan 3 bek di belakang. Tidak seperti pelatih lain yang akan berani mengambil resiko ketika skema yang mereka terapkan tidak berjalan, Conte tidak berubah.

Ketika Luiz penampilannya amburadul, Cahill juga inkosisten, Conte memaksakan bek muda Denmark, Christensen bermain bersama Azpilicueta dan Rudiger dalam format 3 bek. Berjalan baik dalam beberapa waktu, tetapi ketika Christensen mulai lemah ditambah minusnya pengalaman, Christensen mulai sering melakukan blunder.

 Salah satu yang diingat, blunder yang mengakibatkan Barcelona menyamakan skor 1-1, di perdelapan final Liga Champions. Di laga EPL, Christensen juga mulai sering melakukannya.

Belum lagi Marcos Alonso yang sudah kelelahan. Formasi 3 bek ini benar-benar mengeksploitasi bek sayap dalam diri Marcos Alonso dan Victor Moses. Para bek sayap ini harus rajin turun naik membantu pertahanan dan ikut menyerang. Tadi malam, Alonso terlihat kelelahan. Dua gol Delle Ali tercipta kerena lubang yang ditinggalkan oleh Alonso. Alonso lantas digantikan oleh Emerson tetapi sudah terlambat.

Kondisi ini seharusnya membuat Conte berani mengubah format Chelsea. Mencoba 4-4-2 dengan Alonso menjadi pemian tengah yang fokus menyerang bisa menjadi pilihan. Tetapi tiu juga resikonya, siapa yang mengisi bek kiri, jika selama ini Conte merasa Emerson adalah kebijakan salah transfer?

*******

Dengan tersisa 9 lagi pertandingan dan tertinggal 8 poin dari Hotspurs, segala sesuatu masih mungkin terjadi, dimana Spurs dapat tersusul oleh Chelsea. Jika bukan masalah komitmen, maka mengutak-atik strategi serta mengangkat mental pemain yang mungkin tereduksi harus dimaksimalkan oleh Conte.

Itupun jika Conte masih merasa Chelsea penting, karena sepertinya Conte merasa ini merupakan musim terakhirnya bersama Chelsea. Apalagi, prestasinya masih lebih baik dari Mourinho ketika ditendang Chelsea.

Manajemen juga harus pintar mengambil hati Conte yang sedang bingung dan lelah ini untuk tetap bersikap profesional. Mengapa?. Jika tidak tampil Liga Champions musim depan, isu akan hengkangnya para pemain kunci seperti Hazard, Alonso dan Willian akan semakin santer terdengar. Bahaya.

Ternyata bukan saja Antonio Conte yang bingung, Manajemen juga.

Referensi : 1

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun