Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Viktor Frankl, Keindahan Puru Kambera, dan Kehangatan Keluarga Sesungguhnya

15 Maret 2018   22:52 Diperbarui: 15 Maret 2018   23:14 881
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jarak Puru Kambera itu kurang lebih 25 Km arah timur dari kota Waingapu. Terlalu banyak titik yang memperlihatkan keindahan pantai yang terletak di Desa Hambapraing, Kecamatan Knatang itu, baik titik sebelum pantai maupun di pantai Puru Kambera itu sendiri.

View 3 Km, sebelum Puru Kambera I Dokpri
View 3 Km, sebelum Puru Kambera I Dokpri
Kendaraan kami spontan berhenti kurang lebih 3 Km dari pantai. Pemandangan pantai dan birunya laut dari kejauhan, dengan hamparan luas rumput hijau diselingi beberapa pohon serta karang yang menyembul membuat Puru Kambera terlihat eksotis siang itu.

"Indah sekali...." kata kami serempak. Sebagai keluarga, kami sadar kami jarang mempunyai momen untuk menunjukan kekompakan kami karena kesibukan masing-masing, dan akhirnya di Puru Kambera hal itu mulai nampak kembali.

Sesaat kemudian kami meluncur ke pantai Puru Kambera. Pantai dengan hamparan pantai pasir berwarna putih berkilau ini sangat indah dengan  kondisi air laut yang jernih pula dengan biru langit yang terpantul sempurna di permukaan air.  

Dokpri
Dokpri
Pasir putih dan air laut yang jernih ini berpaut mesra dengan pohon cemara yang berjajar rapi di pinggir seperti didisain sebelumnya oleh manusia, padahal sebenarnya alam yang mengaturnya dengan luar biasa.

Kami antusias untuk menikmati ciptaan Tuhan ini dengan berfoto, mandi, tidur, bermain, dan melakukan aktivitas lain dengan bayangan pohon cemara yang menaunginya di pantai yang masih alami ini.

Berfoto di Puru Kambera I Dokpri
Berfoto di Puru Kambera I Dokpri
Cerita tentang pekerjaan, keluarga spontan dimulai kembali dalam "kumpul-kumpul" kami ini. Bahkan ada cerita yang sebenarnya penting untuk diketahui oleh anggota keluarga lain, namun baru diketahui setelah diceritakan secara terus terang di momen bersama kami di Puru Kambera.

Kami sangat bahagia saat itu, selain dapat berekreasi di pantai yang sangat indah, kami juga bisa saling terbuka satu sama lain. Cerita tentang diPHK dari kantor, pindah ke kantor baru, anak yang sudah lama sakit, menjadi cerita yang semakin mempereratkan kami.

Bukankah kebahagiaan itu didapatkan ketika kehangatan keluarga membuat kami merasa at home,sehingga menelurkan sikap saling mendengar, saling hormat, saling terbuka dan juga saling mendukung satu sama lain?

Ketika ini sudah tercipta, hidup kita akan semakin bermakna dan disitulah kehangatan keluarga bersemayam. Kehangatan yang  tidak pernah pernah didapatkan sendirian. Kehangatan yang selalu berada di dalam relasi dengan orang lain, relasi antar anggota keluarga. 

Kehangatan yang juga harus dibagi bersama orang terdekat yang kita cintai. Kehangatan itu, yang  seperti kata Papa, mampu membawa kita kembali rindu untuk pulang ke rumah. Itulah kehangatan keluarga sesungguhnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun