Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Ketika Disangka Menggurui Pimpinan saat Rapat

27 Februari 2018   19:53 Diperbarui: 28 Februari 2018   09:35 1759
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menyampaikan Pendapat di Rapat I Sumber Illustrasi : Sohosail.com

"Wah bukankah semuanya dimulai dari meja rapat dulu?" tanyaku dalam hati. Ah, sudahlah, kenyataannya memang ada yang demikian.

"Lalu, gimana solusinya?" tanya saya. "Perhatikan lagi gayanya, jika dia terkesan seperti itu, coba pikirkan untuk memberikan masukan lewat tulisan bukan lisan," ajar Thomas.

"Wah, menarik, belum pernah dicoba," balas saya antusias. Thomas lalu menceritakan bahwa dia memang pernah menghadapi pimpinan seperti itu, dan cara memberikan resume usulan berdampak baik terhadap perubahan di kantor sekaligus menjaga hubungan relasi pimpinan dan bawahan tetap sehat.

"Ok..bang..makasih," jawab saya.

Bagi saya diskusi dan belajar tentang skill berkomunikasi dengan pimpinan ini teramat penting dalam kerangka perubahan di kantor. Ide-ide cemerlang untuk perubahan cara kerja dan usulan metode baru yang lebih efektif dan efisien sering terhambat karena kelemahan dalam berkomunikasi dengan pimpinan.

Malam ini, saya sudah selesai membuat resume tulisan poin-poin rapat meskipun ulangan dari apa yang saya sampaikan tadi pagi. Apalagi tadi pagi tidak ada yang membuat notulen rapat. Rencananya besok atau lusa akan saya berikan kepada pimpinan.

Sistem kerja di kantor berlabel pemerintah dengan orang-orang yang tidak mau berubah atau status quo seringkali menjadi penghambat dari gairah keinginan kita untuk melakukan sesuatu, meski itu hanya perubahan kecil. Oleh karena itu, kita juga harus belajar ketrampilan berkomunikasi untuk menyampaikan sesuatu di dalam sebuah rapat, bukan memadamkan semangat untuk perubahan. 

"Eh....pengalamanku, pimpinan seperti ibu bisa jadi pendendam. Kamu sudah minta maaf?" tanya Thomas sebelum mengakhiri obrolan kami. "Sudah," ujarku. "Bagus," jawabnya. Meski dalam hati, baru pertama kali saya meminta maaf di hadapan pimpinan. Tidak mudah.

Salam..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun