Pertandingan final Piala Dunia 2014 sudah selesai. Argentina dikalahkan oleh Jerman di final. Saatnya untuk seremonial untuk penutupan. Penikmat sepak bola sejati pasti menantikan untuk melihat bagaimana ekspresi para pemain kedua tim sesudah pertandingan yang mendebarkan itu.
Cameraman memuaskan dahaga para fans. Di pihak Argentina, mata Sergio Aguero terlihat kemerah-merahan, Aguero sepertinya baru selesai menangis. Pablo Zabaleta terlihat terus ngedumel, bahkan pelatih Argentina, Alejandro Sabella harus menenangkannya.
Lionel Messi dan Marcos Rojo  terlihat tidak terlalu "tersakiti" seperti Aguero. Messi dan Rojo hanya terpantau sibuk dengan botol air mineralnya, Mereka terlihat haus, meski pertandingan sudah selesai. Ketika dahaga gelar juara tidak terpuaskan, air mineral mungkin menjadi jawabannya. Â
Di pihak Jerman, Mario Gotze menjadi pemain yang paling disorot. Gotze adalah penentu kemenangan Jerman atas Argentina melalui golnya di menit ke-113. Gotze terlihat tenang, matanya juga kemerah-merahan, dia seperti baru selesai menangis. Menangis bahagia.
Selain itu, tingkah Bastian Scheweinsteger dan Lukas Poldoski juga menyita perhatian. Â Schweini dan Poldo seperti pasangan yang sedang kasmaran, Â saling berpelukan dan berpura-pura hendak berciuman bibir. Mereka terlihat bahagia, mereka mungkin sadar ini adalah Piala Dunia terakhir bagi mereka, gelar juara tentu saja melengkapi kebahagiaan mereka.
Memori peristiwa ini melekat erat dalam ingatan pikiran saya. Selain menikmati pertandingan di lapangan hijau, ekspresi pertandingan yang diperlihatkan oleh para pemain dan pendukung adalah hal menarik yang sayang jika dilewatkan.
Kemarin, ketika derby della molle yang panas antara Torino versus Juventus selesai, peristiwa seperti ini bahkan dibuat nampak artistik. Kamera menyorot langkah kaki punggawa Juventus ke salah  satu sudut Stadion Turin, disana berkumpul sekelompok kecil pendukung Juventus. Ketika punggawa Juventus melangkahkan kaki ke sudut itu, anak-anak Torino masing-masing hanya terpaku diam di lapangan, kontras.
Selain itu, slow down motion juga diaplikasikan menangkap ekspresi senang dan sedih dari masing-masing tim. Mulai dari pelukan dan teriakan kegembiraan dari Giorgio Chiellini, maupun tatapan kosong Iago Falque bersedih.
Sepak bola adalah mereka (pemain dan fans) dan mereka adalah sepak bola. Jika ada sesuatu yang lebih menyita perhatian daripada mereka, maka kata memuakan adalah kata yang tepat untuk menggambarkannya.
Final Piala Presiden sudah selesai. Penampilan super dari Simic, ekspresifnya pelatih Persija Teco, dan daya juang kedua tim dalam 90 menit melekat dalam ingatan saya. Dalam sejarahnya, saya pikir Piala Presiden kali ini adalah turnamen yang paling menghibur.
Menghibur bukan saja karena banyaknya gol yang tercipta dalam setiap fase, tetapi juga penampilan apik dari pemain asing yang baru tampil di Indonesia seperti Simic, Yaissoh dll serta mengkilapnya pemain-pemain muda Indonesia seperti Abimanyu dan Frids Batuan.
Jika ada hal lain yang menggantikan itu, maka saya menjadi pihak yang paling menyesalinya dan hal itu saya anggap telah sakit, meskipun mungkin belum sekarat.
Seremonial mungkin bisa menjadi salah satunya. Tayangan video amatir ketika Gubernur Jakarta, Anies Baswedan yang diminta untuk tidak turun ke lapangan untuk penyerahan piala oleh Paspampres bisa saja menjadi salah satunya.
Netizen bereaksi beragam, mulai dari melihat hal itu sebagai hal yang wajar karena ada aturan protokoler yang harus ditaati ataupun melihat ini sebagai tindakan politik untuk menghalang-halangi Anies untuk mendapat ruang lebih untuk memperkuat citranya. Gila!
Kata-kata poor Anies, Congratz Anies Sandy bertebaran kemana-mana. Pengamat politik amatir bahkan menyebut bahwa tindakan ini akan menjadi blunder bagi Jokowi untuk pilpres 2019 nanti. What??.
Siapa yang paling tersakiti dengan kejadian ini? Anies?. Saya rasa bukan, yang paling tersakiti adalah sepak bola itu sendiri.
Kejadian ini sekejap membuat pecinta bola sendiripun langsung lupa akan perjuangan para pemain di lapangan. Berita ini bahkan  menggantikan berita tentang cerdasnya Teco memainkan strategi di Persija dan perlunya perbaikan signifkan dari Bali United yang diperkuat oleh pilar timnas seperti Lilipaly dan Spasojevic. Seremonial unggul atas sepak bola itu sendiri.
Saya sadar bahwa tak dapat dipungkiri panggung seremoni sepak bola dari tunamen kelas tarkam sampai dunia mempunyai kemiripan. Para pejabat ingin mengambil panggung tersebut. Â Waktu pertandingan 90 menit terkadang kalah dari waktu ketua RT/RT, Lurah, Camat dan Bupati untuk memberikan sambutan.
Ketua RT yang sering memarahi anak-anak bermain bola karena dianggap terlalu ribut dan buang-buang waktu, bahkan dengan bangganya mengatakan bahwa dialah aktor di balik penyelenggaraan dan keberhasilan turnamen.
Salaman dengan para pemain sebelum dan sesudah pertandingan yang intinya untuk mendukung serta meminta mereka untuk memberikan terbaik di lapangan, terkadang diisi dengan obrolan-obrolan yang tak perlu. Kapten harus menemani sang pejabat, lalu memperkenalkan siapa-siapa nama pemain, asal kampung dan lain sebagainya. Untungnya, nama istri dan jumlah anak tidak ditanyakan sang pejabat. Basa basi yang menyita waktu.
Lalu apakah seremoni itu adalah hal yang tidak penting?. Sastrawan Inggris, William Shakespeare mencoba menjawabnya untuk kita. "The sauce to meat is ceremony; Meeting were bare without it." arti singkatnya Seremoni ibaratnya seperti saus tomat dan sejenisnya.
Jika hanyalah saus mengapa harus diributkan bahkan menggantikan kehangatan keluarga yang harganya lebih mahal dari adanya sebotol saus di atas meja makan?. Meributkan tentang adanya saus jelas melukai kehangatan itu sendiri. Siapa yang dapat melakukannya, mereka bukan keluarga , mereka bukan penikmat sepak bola.
12 Juni 2014. Beberapa saat lagi Piala Dunia 2014 akan ditutup dengan sebuah seremoni. Shakira sedang tampil seksi dengan dukungan banyak penari berbokong besar menyanyikan lagu La La La. Namun terlihat, di Arena Corinthians, Sao Paulo, Brasil, jumlah penonton sudah tidak seramai saat pertandingan final berlangsung. Beberapa sudut sudah terlihat mulai ditinggalkan penonton.
Mereka memilih untuk keluar stadion, bercerita tentang serunya pertandingan, penampilan pemain, strategi pelatih. Selebihnya memang hanyalah saus. Tidak penting.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H