Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Riyad Mahrez di Antara Ambisi dan Obsesi

7 Februari 2018   10:57 Diperbarui: 7 Februari 2018   11:11 1533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perasaan pemain Leicester City, Riyad Mahrez sedang gundah gulana. Risau dan bimbang bercampur aduk menjadi satu. Seharusnya hari ini Mahrez pergi ke Belvoir Drive , tempat latihan Leicester City,  namun dia memilih untuk tetap di rumah. Hari ini sudah hari keempat Mahrez tidak berlatih  bersama rekan-rekannya. Mahrez memang sedang kecewa dengan Leicester City.

Apa sebabnya?. Di bursa transfer Januari yang telah lewat, Mahrez ingin pindah ke Manchester City. City mengajukan tawaran beberapa kali untuk Mahrez, namun selalu mendapat penolakan dari Leicester. Klub berjuluk The Foxesini tidak cocok dengan harga yang ditawarkan. The Foxes menginginkan 100 juta pounds untuk Mahrez, namun City hanya sanggup membayar sebesar 65 juta pounds. Transaksi dengan sendirinya gugur ketika bursa transfer ditutup.

Pemain asal Aljazair ini bereaksi "negatif" dengan tidak mau lagi berlatih hingga hari ini bersama Leicester. Mahrez butuh dukungan, namun hanya dukungan dari pelatihnya di timnas Aljazair, Rabah Madjer  yang terlihat jelas. "Riyad Mahrez pantas mendapatkan klub yang lebih baik dari Leicester City" ujar pelatih Madjer. Selebihnya hukuman dan nada penyesalanlah yang menyertai keputusan Mahrez.

Denda klub sebesar 200 ribu pounds atau sekitar 3,8 miliar harus ditanggung Mahrez karena aksinya itu. Pelatih Leicester, Claude Puel secara tersirat menyindir apa yang dilakukan oleh Mahrez. "Saya tidak terlalu berharap banyak untuk dia kembali. Paling penting yang harus dipikirkan adalah tim dan keseluruhan skuad, bukan hanya memikirkan satu orang pemain" kata Puel sedikit berkomentar.

Banyak sekali pertanyaan yang bisa diajukan saat ini. Apakah Mahrez pantas bereaksi seperti itu? Bukankah hal itu adalah tindakan yang tidak profesional?. Mengapa seseorang bisa bertindak seperti itu di dalam karirnya? hingga pertanyaan tentang Bagaimana cara agar tidak bersikap seperti Mahrez?

Berkaca pada kisah Mahrez, tidak dapat dipungkiri bahwa respon Mahrez pernah kita temui di dalam lingkungan kerja kita. Ada teman  karyawan yang uring-uringan, karena tidak puas dengan apa yang diberikan kantor padanya. Akhirnya, si teman sengaja terlambat masuk kantor, berbohong bahwa sakit atau membiarkan pekerjaannya menumpuk padahal sudah sampai batas deadline. Orang lain dan pekerjaan kantor pun terkena dampaknya.

Apa persoalannya? Meski lebih dari satu variabel,  namun ada satu hal yang dapat dipikirkan sebagai akar dari persoalan tersebut, yaitu soal ambisi dan obsesi seseorang dalam karirnya. Banyak yang menyebut ambisi itu positif dan obsesi mengarah ke arah negatif.

Menurut The Webster's Dictionary, Ambisi adalah keinginan yang kuat untuk memperoleh kesuksesan dalam hidup dan mencapai hal-hal besar atau baik yang diinginkan. Sedangkan Obsesiadalah ide, pikiran, bayangan, atau emosi yang tidak terkendali, sering datang tanpa dikehendaki atau mendesak masuk dalam pikiran seseorang yang mengakibatkan rasa tertekan dan cemas.

Mahrez boleh saja mempunyai rencana untuk berpindah ke klub yang lebih besar dan hebat, lalu memfokuskan energi dan pikiran untuk merealisasikannya. Itu adalah sebuah ambisi.  Namun ketika keinginan Mahrez itu sudah mendominasi pikiran tanpa terkendali hingga membuat emosi meluap, marah pada klub, mogok latihan, dan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya maka hal itu bisa saja adalah sebuah  obsesi.

Hal lain yang penting dan perlu dicermati  adalah batas antara ambisi dan obsesi itu tipis sekali. Jika untuk mencapai ambisi, kita terlalu memaksakan diri dan tidak bisa mengendalikannya, maka ketika tidak sukses kita akan sangat kecewa. Kecewa, marah-marah, menyalahkan orang lain hingga tindakan ingin bunuh diri. Sebuah ambisi atau obsesif?

Lalu bagaimana cara mengendalikannya?. Salah satu cara untuk mengendalikannya adalah nikmati segala yang kita kerjakan saat ini dengan penuh sukacita. Nikmati pekerjaan kita sekarang, jangan terlalu banyak ngedumel tentang hal-hal yang tidak kita dapatkan di tempat kerja kita. Banyak bersyukur, bukankah kita diajarkan untuk menikmati hari demi hari hidup kita dengan penuh ucapan syukur?

Lakukan pekerjaan kita dengan hati yang sejahtera dan gembira. Bukankah ada waktu untuk bersenang-senang dan ada waktu untuk kecewa. Jangan membuat hidup kita menjadi lebih sulit, dengan membuat hari-hari pekerjaan menjadi terus muram di hati dan pikiran kita, dengan segala kekesalan kita akan apa yang terjadi di antara kita. Kita dapat menyebutnya sebagai kritis, dan menyebut kita victim, tetapi itu ada waktu dan batasnya juga.

Banyak pesepakbola yang mengalami hal yang sama dengan Mahrez tetapi berespon sedikit berbeda. Contohnya Mezut Ozil, gelandang serang Arsenal. Sudah sejak lama, Ozil menginginkan untuk pindah ke klub lain yang lebih hebat, dan Manchester United jelas datang menggoda.

Menariknya, Ozil tidak pernah mangkir latihan, dia terus melakukan pekerjaannya sebagai pesepakbola seperti biasanya. Hingga akhirnya, klub mendatangkan Aubameyang dari Dortmund ke Arsenal, Ozil langsung memutuskan untuk memperpanjang kontraknya dengan Arsenal dengan sukacita.

Bekerja dan bekerjalah.  Percayalah, waktu untuk mendapatkan hasil yang kita inginkan itu akan datang suatu saat, indah pada waktunya. Jika belum datang, itu bukan menjadi alasan untuk tidak melakukan tanggung jawab kita.

Kisah gelandang Emre Can dengan klubnya Liverpool juga bisa menjadi contoh lain yang baik. "Kami tidak bisa mengontrol keinginan Can, tetapi selama Can bersikap profesional, maka hal itu tidak menjadi masalah bagi kami" kata Jurgen Klopp, pelatih Liverpool.

Emre Can belum atau tidak mau memperpanjang kontraknya dengan Liverpool. Artinya, di musim panas nanti, siapapun klub yang mau mendapatkan Can bisa mendapatkan Can secara gratis. Tetapi sikap driinya atas kebijakan transfernya berbeda jauh dengan apa yang dilakukan Can di lapangan. Can masih sering dipercaya Klopp menjadi starting XI, karena Can masih mau memberikan 100 persen bagi klubnya. Selain itu Can tidak pernah mangkir latihan.

Banyak orang obsesif yang tidak berpikir panjang. Terlalu cepat mengambil tindakan yang akan berdampak buruk di masa depan mereka, termasuk dengan cara menunjukan ketidakpuasan di tempatnya bekerja. Kebanyakan karena belum terlalu dewasa menyikapi sesuatu. Ada yang mengatakan ini berhubungan dengan sia, muda dan tua. Saya lebih memilih, ini soal melihat tujuan dan nilai di dalam persoalan tersebut.  Soal melihat ambisi atau obsesi dalam karir kita.

Mengapa? Karena,  dalam tekanan seperti inilah, sikap asli kita keluar kan?. Jika bisa perbaiki, mari kita coba perbaiki. Karena catatan tindakan "tidak hormat" dan tidak profesional itu, percaya saya, jika tidak dapat dikendalikan maka akan terjadi lagi di tempat kerja lain dan waktu yang berbeda.

Mahrez tetaplah Mahrez. Berharap yang terbaik untuk karirnya mendatang. Sekarang waktunya untuk merenungkan, apakah kita itu termasuk sedang berambisi, atau tenggelam dalam obsesi kita?.

Referensi :

1 - 2 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun