Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyapa Picasso di Galeri Seni Queensland

30 November 2017   18:25 Diperbarui: 30 November 2017   22:05 2070
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
La Belle Hollandaise , Picasso, 1905 ( Sbr Gbr : Arnold)

Lukisan bertajuk La Belle Hollandaisekarya Picasso ini adalah lukisan telanjang seorang wanita dan bukan lukisan beraliran Kubisme, seperti yang saya pikirkan sebelumnya. "Memang, ini mungkin  bukan Picasso seperti biasanya, namun mungkin ini dilukis pada saat dia (Picasso) masih sangat muda, dan begitulah..." jelas Dianne yang berusaha menafsirkan lukisan ini, dan berusaha mafhum akan reaksi saya.

Sebenarnya reaksi saya bukan soal bagaimana Picasso menggores La Belle Hollandasie yang berarti "Wanita Belanda yang Cantik" ini. Namun, hanya bentuk dari berbedanya yang saya temui dengan prediksi saya sebelumnya.  Selebihnya, Picasso tetaplah Picasso.

Dianne, Indigenous Art (Sbr Gbr : Arnold)
Dianne, Indigenous Art (Sbr Gbr : Arnold)
Untuk bagian ini, Dianne "sepertinya" tidak sepenuhnya menggambarkan dan memahami Picasso secara utuh, meski saya juga tidak.  Sebenarnya,  Picasso sudah terbiasa menggambarkan tubuh wanita, malahan hampir di sepanjang hidupnya., bukan saja pada masa mudanya. Meski, mungkin menurut Dianne, gairah muda Picasso berhubungan erat dengan lukisan-lukisan bertema sejenis ini.  Bagi Picasso, wanita adalah salah satu sumber khayalan terbesar  ketika Picasso berkarya.

Picasso seperti ingin mengatakan bahwa perempuan adalah  makhluk yang tak pernah habis dijadikannya sebagai sumber inspirasi. Salah satunya, lukisan berjudul La Reve (Mimpi) yang terjual seharga 48 juta dollar,  diinspirasi dari Marie- Terese Welter, kekasihnya.

 Saya sebenarnya maklum juga akan pemahaman Dianne yang terbatas. Sebelum bertemu Dianne,  saya sempat bercengkerama sebentar dengan pemandu lain yang terlihat kurang fasih menjelaskan lukisan-lukisan di galeri ini. Jika ditelisik, alasannya beragam, bisa karena masih kurang lama bekerja di galeri ini, dan juga bukanlah orang yang menyukai seni itu sendiri.  Mereka lebih condong bekerja demi uang, tidak lebih. Tugas utama kebanyakan dari mereka hanyalah  menjaga tangan jahil pengunjung agar jangan merusak  dan jika berhasil maka itu sudah lebih dari cukup.

Cukup untuk mendapat uang membeli kebutuhan sehari-hari dan menjalani hidup, tanpa memiliki hasrat mengembangkan diri. Ah, kata tuan rumah saya di Ausie, hidup di Queensland semakin hari semakin sulit, khususnya untuk mendapatkan pekerjaan yang layak. 

Setelah beberapa waktu di depan "Wanita Belanda", saya dan Dianne akhirnya berpisah. Dianne sepertinya dihubungi melalui handy talkie yang selalu digenggamnya agar berpindah ke tempat lain. Mungkin, ada pengunjung lain yang terlihat mencurigakan atau bertingkah jahil, entahlah.

Waktu sudah menunjukkan pukul empat sore, sejam lagi galeri ini akan ditutup. Secara rutin, galeri seni ini menerima pengunjung sejak pukul 10 pagi hingga pukul 5 sore. Saya langsung mempercepat gerak ke tempat lain, sambil mencari tahu dan belajar  bagaimana galeri yang adalah milik pemerintah ini terus kreatif untuk mengajak pengunjung juga terlibat dalam pembuatan sebuah karya seni.

Words and Pictures (Sbr Gbr : Arnold)
Words and Pictures (Sbr Gbr : Arnold)
Contohnya, di beberapa titik, disediakan pensil dan kertas bagi pengunjung yang yang ingin berkreasi sesuatu dengan kertas dan pensil tersebut. Pihak galeri menamakan program itu sebagai Words and Picture. Jadi bukan sekedar menggambar tetapi juga menuliskan sesuatu yang bernilai seni. Mencoba mencari apa saja karya dari pengunjung hari itu. Ternyata belum ada. Saya sebenarnya ingin mencobanya, namun masih belum tahu, apa yang harus dituliskan atau digambarkan. Mungkin butuh sumber inspirasi, seperti Picasso. Mungkin.

Ah, sudah waktunya pulang, belum semua terjelajah namun waktu dan juga lelahnya kaki membatasi kunjungan hari ini. Saya langsung menuju pintu keluar galeri, dan tanpa sengaja saya kembali bertemu Dianne. Sambil tersenyum, Dianne mengucapkan selamat jalan dan terima kasih telah berkunjung ke galeri ini. "Oh yaa...sudahkah anda melihat lukisan Jackaranda, itu lukisan yang juga sangat populer di galeri ini?" tanya Dianne buru-buru mengingatkan." Jackaranda?...Hmm..mungkin lain waktu" jawab saya, sambil berlalu pergi.

Dalam perjalanan pulang, saya terus bertanya-tanya tentang Jackaranda, sepertinya saya pernah mendengarnya. "Jackaranda?..., oh yaa". Saya langsung teringat kata ini, Jackaranda adalah nama bunga berwarna ungu di Brisbane. Keindahannya sangat dipuja-puji oleh Christina, nyonya di rumah keluarga Australia dimana saya menginap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun