Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Andrea Pirlo, Pensiun, dan Arti Kebahagiaan

9 Oktober 2017   23:08 Diperbarui: 10 Oktober 2017   08:47 1644
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Andrea Pirlo, Pensiun Akhir musim 2017 (Foto : The Mirror)

Untuk ketenangan bermainnya, pelatih yang ikut membesarkan Pirlo di tim nasional Italia, Marcelo Lippi mendeskripsikan dengan baik. "Andrea adalah seorang pemimpin yang sunyi (silent leader). Dia berbicara dengan kakinya," ujar Lippi.

Kapasitas inilah yang menjadi kendaraan bagi Pirlo untuk meraih sejumlah gelar.  Mulai dari enam gelar Serie A (6)- 2003-04, 2010-11, 2011-12, 2012-13, 2013-14, 2014-15. Dua gelar Champions League - 2002-03, 2006-07. Dua Gelar Coppa Italia - 2002-03, 2014-15, tiga gelar Supercoppa Italiana - 2004, 2012, 2013 dan gelar World Cupbagi Italia tahun 2006.

Sederet gelar inilah yang membuat pesepakbola yang meninggalkan Juventus pada tahun 2015 ini langsung diikat kontrak oleh klub MLS, New York City. Pirlo menjadi salah satu Marquee Player MLS yang paling berharga dan tentunya berkualitas. Di kompetisi tahun 2017 saja, meski sudah beranjak uzur, Pirlo masih dipercaya melakoni 15 laga bagi NYCFC.

Namun meski Pirlo ingin berteriak seperti Chairil Anwar dalam puisi berjudul Aku, agar dapat hidup seribu tahun lagi, namun di usia 38 tahun ini, Pirlo mendapati bahwa dia tetaplah manusia biasa yang dapat mengalami masalah fisik dan harus pensiun sebagai pesepakbola. "Setiap hari Anda punya masalah fisik. Anda tidak bisa berlatih sesuka hati karena masalah selalu datang." kata Pirlo berusaha jujur untuk keadaannya.

Bagi Pirlo semuanya sudah cukup, dan saatnya dia untuk berpikir masa depannya di luar lapangan. Jujur dengan kelemahan fisik bagi Pirlo bukanlah sebuah kemunduran namun sebuah langkah positif untuk kemajuan sepak bola itu sendiri.  "Di usia 38 Anda harus memberi ruang utuk pemain yang lebih muda. Saya tidak kecewa. Saya akan membantu rekan setim dan pelatih." ujar Pirlo tampil bijak.

Sang Maestro akhirnya mengatakan bahwa sudah cukup. Akhir musim MLS tahun 2017 ini juga akan menjadi akhir penampilan kompetitif di level klub bagi Pirlo setelah pensiun secara resmi dari timnas Italia pada tahun 2015.

Apakah Pirlo akan kehilangan kebahagiaan yang didapatkannya selama ini setelah nanti pensiun? Desas-desusnya Pirlo akan kembali ke Italia dan juga berpikir untuk menjadi asisten Antonio Conte. Bagian dari mengejar kebahagiaan yang lain? Mengejar kebahagiaan adalah hak setiap orang, jika kebahagiaan itu memang ditakdirkan untuk seseorang, maka kesempatan itu akan segera datang mengapit kebahagiaan itu. Tentu saja Andrea Pirlo berhak untuk itu meski telah pensiun sebagai seorang pemain. 

Jika anda adalah seorang pensiunan, mari berbahagialah!

Referensi : 1 - 2

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun