Jika tak hati-hati, maka akan sangat berbahaya. Komposisi tanah di Padar yang bercampur kerikil berukuran halus, membuat beberapa pengunjung memang akhirnya tergelicir. Beruntung tak sampai terguling-guling.
Selain itu, meski sudah ramai dikunjungi, namun jangan berharap ada sarana prasarana yang disediakan berupa toilet, dll. Artinya, Anda harus lebih berkompromi dengan "panggilan alam" jika sudah di Padar. Saya sarankan untuk terlebih dahulu melakukannya di perahu sebelum mulai mendaki bukit Padar.
Soal air mineral, harus dibawa sendiri, dan itu sangatlah penting, mungkin lebih penting dari kamera sekalipun, karena dahaga di Padar ketika memuncak tak bisa terjawab dengan uang sekalipun karena tak tersedia warung penjual air mineral satupun disana.
Namun, selebihnya Padar adalah lumbung pesona keindahan. Bulan Juli dan Agustus mungkin adalah musim kemarau di sana, namun paduan pulau-pulau kecil dengan rerumputan dan tanah berwarna coklat berpadu indah dengan lautan biru yang membentuk lukisan indah dipandang mata.
Meski lelah namun keindahan pemandangan di sekitar seperti merangsang dan memacu tenaga kita agar terus mendaki supaya dapat melihat lebih dan lebih lagi. Seperti tak pernah habis.
Janganlah kuatir, karena ada juga wilayah dataran meski sempit, yang dapat dipakai untuk beristirahat sejenak. Tempat yang tepat untuk bercengkerama dengan lainnya. Seperti saya yang sempat bercengkerama dengan kelompok wisawatan asal California, Amerika yang memilih berhenti bekerja lalu travelling ke Flores Indonesia.
Waktu sudah pukul 11 siang. Waktunya untuk berlekas turun menuju perahu. Namun masih banyak yang masih asyik mendaki, serta berfoto di puncak Padar. Bunyi mesin perahu kami mulai membesar, tanda untuk segera meninggalkan dermaga.
Dari kejauhan, Padar seperti pada awalnya kembali terlihat sebagai pulau tandus kering yang tak menarik dan biasa saja, namun tak daapt dipungkiri bahwa ketika sampai di sana, dan mendaki ke puncaknya, maka keindahan itu akan segera nampak. Jangan pernah tertipu dengan kulit luar, tapaki dan dakilah, maka keindahan itu akan semakin nyata. Saya pernah berjejak di sana, Anda?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI