Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Opa Wenger di Antara Cinta dan Nafsu

28 Mei 2017   14:45 Diperbarui: 29 Mei 2017   09:44 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara tentang cinta dan nafsu, maka menurut beberapa orang cinta dan nafsu itu bagaikan dua sisi sebuah koin. Selalu berdampingan, di mana ada cinta disitulah nampak nafsu yang bergelora.

Namun ada yang mengatakan bahwa cinta dan nafsu itu sangatlah berbeda. Cinta itu membahagiakan, namun nafsu mengecewakan. Cinta selalu ingin memberi, tetapi nafsu ingin terus memiliki.

Lebih jauh dikatakan, tidak ada nafsu dalam sebuah cinta sejati, yang ada hanya pengabdian dan pengorbanan. Dalam kata lain, puncak dari cinta adalah pengabdian dan pengorbanan, sedang puncak dari nafsu adalah kepemilikan.

Jika bicara soal ini, maka situasi Arsene Wenger di Arsenal bagaikan berada di zona abu-abu. Kehadirannya di Arsenal saat ini dipertanyakan oleh pendukung Arsenal, atas nama cinta atau nafsu belaka.

Pendukung Arsenal sebagai obyek yang harus dicintai malah gigih melakukan pemberontakan akan keinginan Wenger masih untuk terus duduk di kursi pelatih. Wenger masih terus bertahan, dan seperti hendak menjelaskan bahwa yang dilakukannya sekarang adalah demi sebuah cinta, “Satu hal yang tak bisa Anda bantah adalah kecintaan saya terhadap klub ini. Saya menolak klub-klub lain untuk tetap di London Utara," ujar Wenger ingin menjelaskan bukti cintanya.

Semestinya Wenger yang kerap disebut Opa karena usianya yang sudah 67 tahun, tak harus membela diri secara verbal untuk menyatakan kecintaannya kepada klub. Lebih dari 20 tahun setia melatih Arsenal, Opa Wenger seperti menegaskan cintanya masih dan terus ada di klub berjuluk The Gunners ini. Sesuatu yang tidak lumrah di jaman sepak bola modern sekarang.

“Saya bisa membayangkan ada manajer lain yang bertahan 20 tahun di satu klub. Tetapi sepertinya hal itu sangat sulit terjadi,” kata Wenger yang sepertinya kagum sendiri akan pencapaiannya tersebut.

Datang seusai melatih klub Jepang, Nagoya Grampus Eight (1995-96), Wenger yang diperkenalkan pada 20 September 1996 merubah Arsenal sebagai tim yang menghibur dan atraktif, sekaligus berprestasi. Gelar Premier League 1997-98, 2001-02, dan sejarah catatan rekor tidak terkalahkan dalam perjalanan menjadi juara musim 2003-04, adalah prestasi yang dipersembahkan Opa Wenger dalam periode 10 tahun pertamanya di Arsenal.

Namun sayang, sesudah itu Arsenal masuk dalam masa gelap gulita di bawah kepemimpinan Opa Wenger. Arsenal tak pernah sekalipun menjadi juara Premier League. Meski berhasil meraih 6 gelar Piala FA bersama Arsenal, namun itu tak cukup untuk memuaskan dahaga cinta dari pendukung Arsenal.

Puasa gelar Premier League yang terus berlanjut di musim ini, yang artinya 13 tahun berlalu tanpa trofi liga, diperparah lagi dengan ketidaklolosan Arsenal ke Liga Champions musim ini. Walaupun terus membela diri karena masih memberi gelar, Opa Wenger tetap tersudutkan.

“Sepakbola telah berubah dengan sangat cepat. Masyarakat saat ini telah berubah dan sangat menuntut banyak hal. Orang-orang mudah dibengkokkan opininya dan ingin lebih terlibat dalam situasi di klub.” ujar Opa Wenger seperti bersungut-sungut.

Seiring kegagalan demi kegagalan, Opa Wenger diminta lekas untuk mundur.  Spanduk-spanduk bertuliskan "Wenger out" serta "Tak ada kontrak baru", muncul hampir di setiap sudut yang ditempati suporter Arsenal, ketidakpuasan fans itu kian memuncak ketika Arsenal kalah 1-3 dari West Bromwich Albion pada 18 Maret dalam lanjutan Premier League.

Opa Wenger bergeming pada rasa cintanya dengan tak mau sesegera mungkin untuk mundur melalui komentar-komentarnya.

"Saya pikir, saya telah berusaha melayani klub dengan komitmen penuh. Hal yang sama tentu akan saya lakukan dalam sisa hidup ini. Berapa lama itu akan terjadi, saya tidak tahu. Namun sudah saya katakan berulang kali, saya sudah menunjukkan loyalitas selama berada di sini," komentar Wenger beralasan.

Menilik pernyataan Opa Wenger ini, maka sepertinya ada perbedaan dan pergeseran makna cinta yang dimaksud oleh kedua belah pihak yang sudah lama memadu kasih ini.

Opa Wenger memaksakan diri bahwa cinta dengan sebuah loyalitas atau komitmen itu sudah lebih dari cukup. Namun sebaliknya para fans Arsenal merasa bahwa itu jauh dari cukup. Cinta itu adalah tindakan nyata untuk dapat memberikan terbaik bagi yang dicintainya.

“Wenger terlalu banyak alasan” ujar kelompok yang menggelar aksi di luar Emirates Stadium. Mereka seperti ingin mengatakan bahwa Cinta yang dimaksud Wenger adalah bohong belaka, Wenger hanya mau bertahan tak peduli perasaan para fans. Apakah ini bentuk dari sebuah nafsu? Entahlah.

Dini hari tadi waktu Indonesia, di Stadion Wembley,  kerutan di dahi Opa Wenger yang akhir-akhir ini biasanya menebal seperti mencair. Wenger tampak bahagia sekali, apalagi ketika diperkenankan mengangkat Piala FA. 

Arsenal tampil tangguh dalam partai final dengan mengalahkan Chelsea, 2-1. Gol cepat Alexis Sanchez di menit ke-4 dan Aron Ramsey di menit ke-80 mampu membuat sang juara  Premier League, Chelsea harus tertunduk malua meski Diego Costa mampu menyamakan skor menjadi 1-1, di menit ke-76.

"Saya bangga dapat memenangi tujuh gelar ini. Anak-anak menunjukkan kekuatan dan kekompakan. Mereka memainkan sepak bola yang spektakuler hari ini," kata Wenger.

Namun, raihan trofi ini memunculkan kembali pertanyaan soal masa depannya. Akankah Wenger pergi atau bertahan kembali musim depan?. Apakah kado trofi ini mampu memenangkan kembali cinta sejati dari para fans Arsenal?

Belum pasti, ternyata perlu pihak ketiga untuk menentukan keberlanjutan jalinan asmara yang retak ini dapat berlanjut atau tidak.  "Kami punya agenda pertemuan dengan Dewan Klub pada Selasa (30/5/2017). Kemudian pada Rabu atau Kamis, situasi (soal masa depan saya) akan lebih jelas," ucap Wenger ketika ditanya tentang kelanjutan nasibnya.

Stadion Wembley tadi malam sepertinya tidak menampakan kegembiraan seutuhnya, terkhususnya bagi fans Arsenal. Gelar itu bahkan tidak bisa dianggap cukup sebagai sebuah pelipur lara atas kegagalan demi kegagalan yang diderita Arsenal selama bertahun-tahun.

Kabar kencang berhembus, bahwa pertandingan di final itu adalah pertandingan terakhir Wenger bersama Arsenal. Artinya apa, walaupun masih harus menunggu sekitar 48 jam untuk keputusan bertahannya Opa Wenger atau tidak, menurut saya sebaiknya Wenger memutuskan untuk mundur saja dari kursi pelatih.

Inilah saat yang terbaik bagi Opa Wenger untuk merenungkan definisi cinta di sepak bola modern, sembari mengingat bahwa tanda cinta yang utama adalah keinginan agar orang yang dicintai bahagia, meski kita mungkin tak akan bahagia.

Kita tunggu saja....salam..

Referensi : I 2 I 3

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun