Seperti sudah belajar dari kesalahan, tadi pagi pertarungan Derby Turin di JStadium itu jauh dari chants negatif semacam itu lagi. Saling hina dan saling benci masih dalam batas kewajaran dukungan antar kedua belas fans saja. Mungkin juga suasana sejuk ini disebabkan karena pertandingan ini waktunya berdekatan dengan tanggal peringatan Tragedi Superga yang baru beberapa hari yang lalu.
Namun tak dapat dipungkiri bahwa sepak bola itu sebenarnya dapat mempersatukan. Arti Derby della Mole ini juga menyiratkan pesan senada. Molle sendiri berasal dari nama sebuah gedung megah bernama Mole Antonelliana yang terletak di tengah kota Turin. Gedung yang menjadi landmark seperti Monas di Jakarta ini pada awalnya dibangun sebagai tempat peribadatan bagi orang Yahudi (Sinagoge) namun pada Tahun 2000 dirubah menjadi tempat museum Film nasional.
Kehadiran Mole Antonelliana sejatinya adalah simbol kesatuan yang mempersatukan kedua pendukung kesebelasan, biarlah hitam putih, merah marun dalam pertandingan, namun tetaplah satu sebagai warga Turin yang istimewa. Dukungan di lapangan boleh berbeda tetapi dalam keseharian kita sama. Itu pesan mendalam dari Mole Antonelliana.
Pesan mendalam ini juga sempat disampaikan oleh dua pilar kedua klub, Paulo Dybala (Juventus) dan Juan Iturbe (Torino) melalui gesture kemanusiaan mereka. Pada Januari 2017 Dybala dan Iturbe bersama-sama turun langsung membantu para gelandangan yang ada di jalanan Turin.
Terlibat bersama dalam sebuah gerakan kemanusiaan, Dybala dan Iturbe membagi-bagikan selimut tebal kepada para gelandangan di Kota Turin. Dua orang yang berbeda jikalau berbicara tentang tradisi rivalitas kedua klub, tetapi satu sebagai penghuni Turin. Inspiratif.
Sepak bola sebenarnya mengikis itu semua. Mayoritas, minoritas tak dikenal dalam sepak bola. Perbedaan status sosial, kaya miskin, suku, agama tidak mendapat tempat dalam sepak bola. Malahan sepak bola membuat nilai-nilai kemanusiaan terpancar menjadi  satu-satunya pandu.Â
Derby sudah berakhir. Saatnya menjadi warga Turin yang baik. Ada waktu membenci Juventus, dan menghina Torino tetapi atas dasar kemanusiaan, jangan pernah tenggelamkan Turin.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H