Sebagai nelayan, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa setiap musim melaut. Sehingga dalam musim-musim tertentu mereka ingin mengisinya dengan ketrampilan lain, yaitu pelatihan tukang mebel yang saya ajarkan. “Wah..kami yakin akan berguna sekali pak guru” jawab mereka senang saat saya bertanya tentang kegunaan mereka ikut pelatihan.
Sesudah bercerita dan selesai menikmati ikan bakar, mereka berpamitan pulang. “Jangan terlambat besok” ujar saya mengiringi kepulangan mereka. Ah, minggu pertama yang bahagia.
Cerita tentang malam dengan bakar-bakar ikan itu tersebar, beberapa orang mulai menawarkan aktifitas-aktifitas menarik untuk mengisi hari-hari saya di kampung selagi tidak mengajar. “Pak guru suka mancing?” tanya Gusnan, wakil ketua kelas yang sebaya dengan saya. “Wah..suka, tapi beta son (tidak) mahir. Beta ju biasa mabok kalo pake perahu” jelas saya jujur. “Wah..gampang pak, katong(kita) mancing meting sa nanti” ujar Gusnan. “Ayo….” sahutku cepat, walaupun belum mengerti apa maksud dari memancing meting ini.
Kelas pelatihan hari itu selesai jam 3 sore. “Wah..kami permisi pak,cari umpan dulu, nanti baru bapak menyusul” kata Gusnan dengan mata berbinar-binar. “Oh..oke” jawabku.
Beberapa waktu kami semua terdiam dan berkonsentrasi. Satu persatu mereka terlihat mulai menuai hasil. Mulai dari ikan berukuran kecil hingga ikan yang berbadan seperti ular didapatkan. Sayangnya, hanya saya yang gagal mendapatkan hasil sore itu, namun kami semua tersenyum bahagia ketika pulang. Minggu kedua berlalu.
Sesudah kegiatan memancing yang hampir rutin kami lakukan, kelas pelatihan mulai tidak terasa "kaku" lain. Di sela-sela kami mempraktikkan ketrampilan yang didapat, cerita-cerita tentang memancing dan pengalaman-pengalaman bersama itu sanggup lebih mewarnai perbincangan di antara kami saat kelas berjalan.
Sebenarnya, kelas pelatihan bukanlah ruangan kelas yang “ideal” pada umumnya. Terpal berwarna coklat yang dibentangkan memang sudah cukup melindungi kami dari gerimis hujan yang terkadang datang kala udara terasa sangat panas. Namun, di kala hanya panas, maka panas akan semakin menjadi-jadi menembus terpal berwarna coklat itu. Syukur, cerita tentang kebersamaan kami itu menjadi angin segar di saat panas.
Minggu terakhir. “Pak guru..kami boleh memohon ijin untuk anak-anak di kelas bisa libur besok?” kali ini bapak RT yang menyambangi saya ke rumah saat ayam baru selesai berkokok. Jam 6 pagi.
“Besok, mata air kami mau dibersihkan, karena mau dipasang pipa air. Jadi pemuda-pemuda di kelas pak guru bisa membantu” tambah pak RT. “Berapa hari pak?” tanya saya. “Cuma setengah hari, pak” kata bapak RT. “Baik ..pak” sahut saya yang masih yakin materi kelas masih bisa terkejar, apalagi kegiatan ini berkaitan dengan kepentingan orang banyak.