Makan siang hari ini terasa lebih sulit dicerna disebabkan adanya peristiwa terror bom dan ledakan di Bandung. Alasannya bukan saja karena peristiwa bom ini bersingungan dengan beberapa saudara dan teman yang kebetulan tinggal di Bandung tetapi rasa kecewa bercampur tanya, sampai kapan negeri tercinta ini bisa bebas dari yang namanya terorisme.
Menurut keterangan masyarakat jumlah pelaku peledakan di taman Pandawa itu berjumlah dua orang dengan memakai sepeda motor.Ketika bom panci itu diledakan, masyarakat berusaha mengejar para pelaku. Pelaku yang mengendarai sepeda motor berhasil lari dan pelaku yang lain lari dan masuk ke dalam kantor kelurahan Arjuna.
Proses pelumpuhannya berjalan cukup lama karena negosiasi yang dilakukan oleh kepolisian tidak berhasil. Oleh karena itu tim anti teroris melakukan penyergapan, dalam penyergapan itu terjadi baku tembak bahkan pelaku melakukan perlawanan dengan senjata tajam.
Oleh karena itu akhirnya berhasil dilumpukan oleh tim anti teroris, dan sekarang sedang dibawa ke RS Bhayangkara dalam kondisi sangat kritis walaupun ada yang mengatakan sudah meninggal karena kelihatan “seperti” dimasukan ke dalam kantong jenazah. (Laporan Metro TV yang diklarifikasi oleh Kabid Humas Polda Jawa Barat).
Dalam salah satu stasiun TV, muncul beberapa pertanyaan yang berusaha dijawab oleh Ridlwan Habib, pengamat intelijen Terorisme.
Bagaimana penilaian anda tentang aksi teror di Bandung ini? Ini bagian dari kelompok yang sangat amatir. Ada dua indikasi tentang keamatiran kelompok ini. Pertama, target bom awal yang low profile sekali, mereka memilih tempat yang tidak ada polisi dan tidak ada masyarakat yang lalu lalang. Kedua, peneror memilih tempat yang terlalu mudah untuk dibekuk ketika melarikan diri.
Jika amatir apa sebenarnya yang diinginkan oleh peneror? Mereka ingin menyampaikan sebuah pesan tetapi tidak dikemas dengan baik. Dapat juga diperhatikan, mengapa harus Cicendo? Waktu era orde baru ada serangan dari Komando Jihad (Komji) di Cicendo, sesuatu pesan bahwa teroris itu belum habis. Ini seperti mengingatkan akan terror lama.
Apakah ada hubungan dengan Komji? Oh tidak, Komji sudah tidak ada lagi. Banyak yang sudah mati dan bertobat, malahan ada yang membantu polisi. Selain itu mereka tidak melakukan kaderisasi.
Lalu anda mengatakan bahwa ini juga terlibat jaringan lama? Menurut informasi dan setelah melihat foto, saya menduga pelaku berkaitan dengan kelompok JAD. Basis JAD kebetulan banyak di Jawa Barat. Oleh karena merupakan daerah asal pimpinan mereka yang melakukan dakwah dari lapas sukamiskin. Kelompok ini masih eksis dan densus 88 pasti mempunyai petany dan mempunyai hubungan dengan ISIS.
Anda mengatakan ada hubungan dengan ISIS di Indonesia? Kelompok ISIS ini melakukan rekrutmen dengan tertutup dan kejadian ini hanya untuk menunjukan pesan keeksisan mereka.
Mengapa harus ditunjukkan bahwa mereka tetap eksis? Pertama, untuk menunjukkan kepada jaringan mereka ke luar negeri di Irak dan Syria bahwa mereka masih ada di Indonesia.Kedua,menunjukkan dan menumbuhkan semangat dari kader mereka yang ada di Indonesia.
Ada tambahan?Kita harus hati-hati, apakah ada decoy attack?. Bahwa ada kemungkinan bahwa di luar peristiwa ini ada kelompok lain yang lebih besar yang sedang menjalankan rencana untuk serangan yang lebih besar.
Bagaimana penyebaran ini terjadi walaupan pemimpin mereka sudah dipenjara? Penyebaran ideologi dilakukan secara masif melalui sosial media atau WA tentu dengan nama palsu. Mereka diterima dengan sangat baik oleh orang-orang yang bersimpati kepada gerakan radikal seperti ini.
Mengapa mereka yang sudah dipenjara dapat kembali lagi? Parapelaku tindakteroris ketika keluar dari penjara mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan masyarakat sehingga mereka akan memilih untuk bergabung kembali dengan kelompok yang memberikan perlindungan. Selain itu, jumlah aparat dan dana kita masih kurang untuk melakukanpengawasantermasuk aktivitas mereka.
Di tengah wawancara, Kapolri Tito mengiyakan bahwa pelaku yang berinisial YC ini memang berafiliasi dengan JAD. Pelaku bahkan pernah ditangkap tahun 2010 dalam sebuah pelatihan yang dibuat oleh JAD di aceh. JAD sendiri adalah pendukung utama ISIS.
Menurut Kapolri, dari teriakan pelaku, maka dapat disimpulkan sementara bahwa motif pelaku adalah pembebasan teman-temannya yang ditangkap oleh Densus dan belum ditemukan ada hubungannya dengan kedatangan Raja Salman.
Doaku, Semoga Indonesia tercintaku bebas dari teroris.
*Wawancara dilakukan oleh Stasiun TV Metro TV
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H