Sengketa Pemain dan Klub Membuat Sepakbola Indonesia Tidak Berkembang
"Semangatnya adalah bagaimana membangun pemain dan klub sebagai satu unit, demi mengembangkan sepak bola Indonesia," tutur Joko Driyono, Wakil Ketua PSSI setelah selesai bertemu dengan wakil FIFA, Federasi Pesepak Bola Profesional Internsional (FIFpro) dan Asosiasi Klub Eropa (ECA) di Jakarta.3
Benar bahwa semangat untuk mengembangkan sepak bola Indonesia harus menjadi pandu utama dari terbentuknya NDRC.
Persoalan sengketa antar klub dan pemain seperti penyakit akut yang susah lepas dari persepakbolaan nasional. Bahkan, pemain yang dikatakan professional sekalipun harus rela bermain tarkam hingga menjadi pengamen di jalanan karena bayaran gaji yang tak terbayarkan oleh klub, dan yang paling parah ada pemain asing yang harus tutup usia dengan terbelit tunggakan gaji saat berkiprah di Indonesia.4
Pemain harus “dipaksa” maklum akan kondisi tersebut. Alasannya, karena penyelesaian masalah sengketa pemain dengan klub tidak dapat diselesaikan di pengadilan umum ataupun pengadilan hukum industrial karena adanya prinsip lex specialis dalam yuridiksi sepak bola.
Persoalan sengketa pemain dan klub undang-undangnya diatur tersendiri dengan penyelesaiannya berujung di pengadilan arbitrase (NDRC). Sayangnya belum terbentuk di Indonesia.
Mungkin karena itu pula, daya tarik sepak bola Indonesia hanya menarik bagi pesepak bola yang sudah “habis” atau yang skillnya menengah ke bawah. Pemain yang berkualitas menjadi “takut” bermain di Indonesia karena berpikir bahwa hak-haknya sebagai pemain tidak dapat dilindungi apabila terlibat sengketa. Sulit untuk berharap kualitas sepakbola kita dapat berkembang dengan baik dengan kondisi seperti itu .
NDRC mendorong Tata Kelola Sepak Bola yang Semakin Baik
Bersyukur FIFA merespon ini dengan cepat. NDRC adalah salah satu langkah konkrit yang diinisiasi FIFA berdasarkan tugas-tugas yang diberikannya kepada PSSI sesudah penarikan sanksi kepada PSSI pada Mei 2016. Malahan, penyelesaian masalah sengketa pemain menjadi poin nomor satu dalam “5 perintah” FIFA kepada PSSI itu.5
Optimisme pun patut diapungkan karena PSSI yang baru berganti kepengurusan pun menjanjikan tata kelola yang semakin baik. Terjalinnya kesepakatan untuk membentuk NDRC dipercaya akan menjadi efek domino untuk hal positif lainnya. Seperti mereview kembali keberadaan asosiasi pemain sekaligus membuat standar kontrak pemain yang semakin baik dan juga adil.
Namun, ada yang harus terus dikawal dalam pelaksanaannya. Bukan saja mengenai penggunaan uang “bantuan” yang tidak sedikit itu, tetapi kewajiban mengawal proses pemilihan pengurus NDRC harus diperhatikan dan dievaluasi dengan baik.