Mohon tunggu...
Arnold Adoe
Arnold Adoe Mohon Tunggu... Lainnya - Tukang Kayu Setengah Hati

Menikmati Bola, Politik dan Sesekali Wisata

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Instruktur Disabilitas yang Justru Malah Dapat Pelajaran Hidup

15 September 2016   11:06 Diperbarui: 15 September 2016   16:41 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tobi dan Mesin Bubut (dok pri Arnold)

Om Nadus salah satu murid terbaik kami untuk bagian finishing kayu. Tangannya yang tidak sempurna menyatu dengan kertas amplas mengalun dengan keras di atas kayu Jati. Lambat laun membuat Serat kayu Jati mulai muncul dan memperlihatkan keindahan kayu yang sebenarnya. Tidak pernah satu kalipun perintah di job sheet kami dilewatkan om Nadus. Dia rajin dan taat. Salah satu kualitas berharga bagi calon pekerja di dunia permebelan yang semakin jarang kami temukan di tempat ini.

“Maaf, terlambat, Pak…masih antar anak ke Puskesmas,” maaf Om Nadus suatu ketika. “Lho..kenapa tidak ijin sekalian, Om?” balas saya. “Saya tidak mau ketinggalan ilmu baru, Pak. Bagi saya satu hari harus satu ilmu baru,” jawab om Nadus dengan senyuman manisnya. Hmm…

Om Nadus, istimewa (dok pri Arnold)
Om Nadus, istimewa (dok pri Arnold)
Saya sebenarnya langsung tertegur dengan keras oleh perkataan Om Nadus. Sebagai instruktur latihan kerja yang PNS, ungkapan seperti itu sudah mulai jauh seiring semakin lamanya saya bekerja. Bekerja dengan antusiasme yang semakin terkikis dari hari demi hari. Tetapi begitulah Om Nadus. Pengalaman dia pernah bekerja sebelumnya sebagai pemulung, membuat dia sangat bersyukur dikasih ketrampilan seperti ini. “Saya mau menjadi tukang kayu yang hebat dan akhirnya membuat keluarga saya semakin sejahtera,” beberapa kali itu diutarakan oleh Om Nadus ketika kami menanyakan tentang motivasinya ikut pelatihan.

Om Nadus, Om Minggus dan Tobi mengajarkan saya dan teman-teman di bengkel hal yang sangat besar dan berharga . Ketika kami merasa terbeban untuk menjadi inspirator bagi mereka, mereka malahan menjadi inspirasi bagi kami setiap hari. Kami merasa bahwa sebagai pelatih dan pengajar kamilah yang paling merasa telah berkorban telah memberikan ilmu dan bahkan “hati” kami untuk mereka tetapi pada kenyataannya sebaliknya. Hati mereka yang melahirkan semangat dan kegigihan mereka terus belajar dan belajar untuk kebahagiaan orang lain membuat merekalah yang mengisi kekosongan hati kami selama ini. Merekalah yang perlu dihormati karena pengorbanan yang mereka tunjukkan.

Sudah hari terakhir waktu itu. Kami berfoto bersama. Sebagai instruktur berusia muda dengan latar belakang teknik sipil seringkali saya merasa 'terjebak' berada di tempat ini dan sering bersungut-sungut dengan hal yang saya kerjakan. Saya sering merasa harus berada di tempat yang lebih baik dari ini. Tetapi untuk pertama kalinya dalam hidup saya. Saya merasa sangat sangat-sangat bersyukur bekerja sebagai seorang instruktur dan itu terjadi karena mereka. Orang-orang yang secara fisik terbatas tetapi yang telah melakukan sesuatu yang luar biasa di dalam hidup mereka.

Bersama orang-orang yang menginspirasi (dok pri Arnold)
Bersama orang-orang yang menginspirasi (dok pri Arnold)
Akhirnya. “Terima kasih telah datang di bengkel kami. Dan terima kasih sudah menunjukkan seperti apa rumah itu sebenarnya kepada kami yang sebenarnya menjadi tuan rumah,” ujar saya kepada mereka.

Sangat Berkesan.

Salam
Sumber gambar: Dok pribadi Arnold

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun