Untuk kedua kalinya saya mendapat kesempatan untuk mengikuti Perayaan berlevel nasional di kota saya yang dihadiri Presiden Jokowi. “Kali ini harus berfoto” begitu kata saya dalam hati.
Pada perayaan pertama yang saya ikuti (Natal Nasional di Kupang), saya berhasil bersalaman tangan dengan beliau. Kejadian itu adalah pertama kalinya dalam hidup saya yang bergelimang dengan ketidakberuntungan. Namun, walaupun kurang puas hanya bersalaman saja tetapi saya senang kok. Hehe.
Cerita tentang pengalaman ini bahkan saya tuangkan ke sebuah tulisan yang berjudul "Pesan di balik telapak tangan Jokowi yang lembut". Link tulisan itu di sini.
Nah sudah lebih dari setengah tahun, kesempatan ini datang kembali ketika puncak perayaan Hari Keluarga Nasional dirayakan di Kupang hari ini.
Tentu saya berharap dapat naik tingkat. Dari jabatan tangan saja menjadi berfoto berdua. Dan kali ini saya berhasil. Horeee…
Soal berfoto ini, sebenarnya bukan untuk gagah-gagahan semata tetapi paling penting adalah kita berharap agar kita dapat terinspirasi untuk berprestasi seperti orang dimana kita berfoto bersamanya. Seperti ikut berkontribusi nyata bagi kebaikan masyarakat. Ceilleh...
Sebagai informasi, di acara ini saya juga berbincang singkat dan dapat berfoto bersama Bupati Inspiratif dari Kabupaten Bantaeng, Prof. Nurdin Abdullah.
Nah, keberuntungan menjadi salah satu yg dikomentari oleh beberapa teman yang hadir melihat foto ini di FB atau yang juga hadir di momen yan sama. Bagaimana bisa hanya saya?.
Supaya Jelas saya akan membagikan caranya (Sok..ya?). Semoga menjadi tutorial bagi yang mau berfoto bersama Presiden. (bertambah soknya ya..?). Hehe
Paling tidak ada 7 hal yang menjadi poin jika ingin berfoto dengan Presiden (menurut pengalaman saya..lho).
1. Buatlah rencana untuk berfoto dengan presiden dari jauh sebelumnya.
Soal rencana yang harus diketahui adalah jika kita bukan orang yang berprestasi dan layak dan juga masuk daftar undangan ke acara tersebut, maka jangan harap kita dapat masuk ke lokasi acara. Tanda pengenal atau undangan resmi menjadi harga mati jika ingin masuk ke lokasi acara. Oleh karena itu, buka mata dan telinga di mana kita bisa mendapat undangan gratis atau tanda pengenal gratis. Hihihi.
Saya ingin berfoto tetapi tidak mempunyai akses masuk. Kebetulan beberapa teman yang batal pergi berbaik hati memberikan saya tanda pengenal atau undangan untuk masuk ke lokasi acara. Dan Kebetulannya berlipat ganda karena saya bisa mendeteksi batalnya mereka melalui media Sosial. Apakah ini takdir? Jangan katakan takdir jika anda jauh dari kerja keras..wah mulai hilang fokus...lompat ke langkah kedua aja yuuk...
2. Isi penuh baterai handphone atau kamera Anda
Jangan lupa untuk mengisi penuh Baterai Handphone atau kamera Anda. Jikalau anda pergi ke acara besar seperti ini, maka bukan hanya presiden tetapi menteri atau tokoh nasional yang menjadi favorit anda mungkin juga hadir. Belum lagi tampilan acara yang menarik menggoda Anda untuk menjepretnya tanpa henti. Yang pasti akan berhenti adalah baterai dari kamera atau handphone Anda.
Akan sangatlah tidak lucu, jika sampai kita harus kehilangan kesempatan berfoto dengan presiden dan terkulai lemas karena kamera atau handphone anda kehabisan baterai.
3. Jangan berlaku seperti undangan biasa tetapi seperti wartawan atau panitia.
“Jangan berharap hasil yang besar jikalau tindakan kita masih biasa”. Kutipan dari orang yang saya tidak kenal ini jugalah yang mendorong saya untuk jangan menunggu kesempatan foto itu datang sendiri dari langit. Jikalau tetap duduk di kursi yang tersisa barisan paling belakang maka niat saya akan jadi mustahil. Presiden tidak akan menawarkan "Ayo, berfoto bersama saya". Mimpi kali yee...
Nah, lekas perhatikan di mana letak wartawan berada. Jika protokolernya sama dengan acara sebelumnya, maka Pers akan berada disisi bagian kanan depan. Itu tempat paling strategis untuk mengambil gambar dan bergerak cepat sesudah acara selesai.
Berikutnya bantulah panitia jika perlu dan bincang-bincanglah dengan mereka, seraya mengakrabkan diri. Sok kenal, gitulah. Itu sangat berguna ketika kita akan bergerak ke tempat yang strategis tetapi tidak dibolehkan oleh umum atau dikhususkan untuk panitia. Jika beruntung, kita mungkin akan dibolehkan. Mungkin saja.
Soal berlaku seperti wartawan atau panitia, saya memakai dress code batik padahal di undangan dress codenya adalah baju berwarna putih. Pemakaian Batik ini cukup berguna karena di acara seperti itu, batik hanya dipakai oleh panitia, pengamanan atau rombongan kementrian. Jadi pencitraan kita sudah Klop. Hehe.
4. Seusai acara, mendekatlah kalau bisa dekat dengan rombongan Ibu-ibu yang ingin berfoto.
Karena kita dekat dengan panitia dan wartawan, bergeraklah seiring dengan wartawan ketika acara berjalan dan selesai. Karena kita akan semakin dekat dengan tempat duduk orang –orang penting itu. Walalupun ini diperlukan ketahanan untuk berdiri, jarang ada wartawan yang duduk. Sebagai Kompasianer saya juga tidak mau kalah. Hehe.
Presiden Jokowi ini tipikal yang tidak langsung pulang sehabis acara. Ini sudah modal yang bagus untuk kita sang pengejar foto bareng Presiden.Hehe.
Alangkah lebih baik, jika ada rombongan ibu-ibu yang berteriak mendekatlah ke situ. Jokowi pasti akan memperhatikan karena teriakan mereka cukup keras.Haha. Kita bisa ambil kesempatan untuk ikut berteriak ketika dia memandang ke arah kita. Lirikan mata kita jelas mempengaruhi di sisi ini.
5. Berteriaklah, jangan diam saja.
“Pak Jokowi tolong berfoto dengan saya”. Teriakkan kalimat sejenis itu dengan jelas. Jika beruntung, maka Presiden akan menunjukkan jari telunjuknya kepada kita. Itu artinya Presiden sudah bersedia untuk berfoto dengan kita dan kita yang dipilihnya. Horee.
Segeralah maju ketika sinyal itu terlihat, karena Paspampres akan segera menarik kita serta mengambil kamera atau handphone kita untuk diambilkan gambar bersama Presiden.
Catatan tambahan, kita dilarang selfie bersama Presiden.
6. Jangan membawa tas jika ingin berfoto
Pengalaman saya, selain kamera saya diambil, jika kita membawa tas, maka tas kita akan diamankan oleh Paspampres. Ini tentu supaya menjaga kemungkinan terburuk. Relakan saja untuk sementara dan jangan kuatir karena dompet kita tidak termasuk barang yang akan diamankan.Hehe.
Supaya tidak repot, jika bersama teman, titiplah tas tersebut ketika ingin berfoto daripada kita gagal berfoto karena rebut-rebutan tas padahal sudah “dipanggil” Presiden untuk berfoto. Nah...
7. Jangan “terlalu” mempercayai Paspampres untuk mengambil gambar.
Jikalau terpaksa, maka biarkanlah Paspampres yang menjepret kita bersama Presiden. Tetapi berdasarkan pegalaman saya, itu jadi pilihan terakhir.
Paspampres biasanya buru-buru menjepret kita. Karena itu, foto kita bisa menjadi blur, atau terpotong sebagian. Seperti contoh foto saya dibawah ini.
Karena itu sediakanlah second photographer yang menjepret kita.Bisa teman, sodara, bapak ibu kakek nenek, silahkan. Supaya hasilnya selain bisa dibandingkan juga ada dua, bukan satu saja.Hehe.
Nah, hanya ini saja tips dan triknya. Sekali lagi ini jangan bandingkan kisah ini dengan kisah suksesnya Kompasianer berprestasi berfoto dengan Presiden dan diundang ke Istana negara itu lho.
Kisah ini adalah kisah dari Kompasianer yang belum punya banyak prestasi dan rebut-rebutan dengan kerumunan orang. Kasian ya. Hehehe.
Akhirnya Semoga berguna…walaupun mungkin sedikit dan kurang berguna yang penting saya heppy. Hehe..
Pamit ya..Salam…
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H